http://mhharismansur.blogspot.com/2013/03/soal-dan-jawaban-olimpiade-geografi.html
Backwash EFEK
Berikutnya,
teori yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal (1957), yang menjelaskan hubungan
antara wilayah maju dengan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash effect dan spread effect. Berbeda dengan Hirschmann, pandangan Myrdal
cenderung bernada pesimisme. Untuk Indonesia, pesimisme Myrdal menjadi
kenyataan, efek pengurasan sumber daya manusia dan kapital wilayah belakang (backwash effect) bekerja lebih kuat
dibanding spread effect. Hal ini
kurang memberi efek positif bagi perkembangan wilayah belakang, bahkan
cenderung bersifat akumulatif-eksploitatif. Efek trickle-down tidak terjadi karena akumulasi kapital pada suatu
wilayah – yang dicirikan dengan berkembangnya footloose industry, tidak
memiliki keterkaitan bahan baku dalam prosesnya dengan produksi di wilayah
belakangnya, sehingga kurang berfungsi sebagai penggerak perkembangan wilayah.
Landasan
teori lainnya yang cukup penting dikemukakan oleh John Friedmann (1966), yang
lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem
pembangunan. Teori Friedmann kemudian populer dengan istilah center-periphery theory atau teori pusat
pertumbuhan, dimana penetapan pusat-pusat perumbuhan sebagai prioritas dalam
pembangunan diasumsikan akan memberi efek positif bagi pengembangan wilayah
belakangnya.
REVOLUSI HIJAU
ahabat sdi, pada kesempatan kali ini Simak Dulu Info akan berbagi artikel
mengenai Sejarah Revolusi Hijau. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam sektor pertanian di Indonesia tidak lepas dari perkembangan sektor
industri pertanian itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pertanian di dunia ditandai dengan munculnya Revolusi Hijau.
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat
dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa
sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin
besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan perbedaan antara
efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk.
Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali
terjadi dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah
revolusi. Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan
pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini
ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu
peru-bahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan
peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam
sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah
suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.
Revolusi Hijau ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan petani pada
cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
upaya meningkatkan produksi pangan. Revolusi Hijau sering disebut juga Revolusi
Agraria. Pengertian agraria meliputi bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan
akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat
perhatian setelah
Thomas Robert
Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan me-maparkan hasilnya. Malthus
menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh
manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan
produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk lebih cepat
dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian (pangan). Malthus berpendapat
bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 31, 64, dan
seterusnya), sedangkan hasil pertanian mengikuti deret hitung (1, 3, 5, 7, 9,
11, 13, 15, dan seterusnya). Hasil penelitian Malthus itu menimbulkan
kegemparan di Eropa dan Amerika.
FENOMENA
REVOLUSI HIJAU GENERASI KEDUA
Hasil spektakuler dari
Revolusi Hijau berupa peningkatan produksi dan produktifitas pertanian.
Revolusi Hijau merujuk pada suatu proses perubahan teknologi budidaya pertanian
secara besar-besaran, memamfaatkan temuan-temuan dan terobosan baru hasil
penelitian di bidang pertanian yang berupa : adopsi benih dan bibit unggul,
penggunaan pupuk dan pestisida, pengelolaan air irigasi dan drainase,
intensifikasi areal pertanian yang baru dibuka, dll. Hasil nyata yang dinikmati
Indonesia yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, yang sayangnya
terlepas kembali sejak awal dekade 1990-an ini.
Data menunjukkan pada
periode 1965-1984, tingkat pertumbuhan produksi padi, gandum, dan jagung dunia
berturut-turut adalah 3,1 3,2 dan 2,8% per tahun. Angka tersebut menurun pada
periode 1985-1991 menjadi 2,2 2,0 dan 0,0 %(FAO,1995). Kemungkinan besar
penyebab menurunnya produktifitas tersebut adalah sumber-sumber pertumbuhan
tersebut sudah terlalu jenuh (exhausted). Andalan utama Revolusi Hijau mungkin
sudah mencapai titik jenuh. Juga investasi sarana dan prasarana irigasi mulai
menurun terkait menurunnya penerimaan ekonomis yang dapat diperoleh oleh petani
dan negara secara agregat.
Saat ini proses perubahan
teknologi di sektor pertanian itu telah masuk pada suatu fase yang mementingkan
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Perlu suatu lembaga untuk
mempertahankan dan mencari sumber-sumber pertumbuhan baru di sector pertanian.
Fase institusionalisasi proses produksi pertanian tersebut disebut Revolusi
Hijau Generasi Kedua. Bab ini akan menguraikan fenomena Revolusi Hijau Generasi
Kedua tersebut dan keterkaitannya dengan strategi dan kebijakan pangan nasional
Indonesia.
Morfologi GUMUK PASIR
Bentuk gumuk
pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir
pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok
yang perlu dikenal adalah bentuk
1. sabit
(barchans),tidak punya barier ,ada yang tinggi dan rendah
2. melintang
(transverse), seperti ombak arah tegak lurus
3. memanjang
(longitudinal dune), terjadi searah arah angin
4. parabola
(parabolik), arah angin berhadapan dengan arah angin
5. bintang (star dune). Dari segala arah
Kerja angin
mempunyai 2 aspek, yaitu erosif dan akumulatif. Akumulatif seperti yang terjadi
di daerah pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dari
materialnya. Bentuk-bentuk gumuk pasir seperti barchan, parabolik, longitudinal
dan transversal merupakan tipe gumuk pasir yang berkembang di bawah pengaruh
aktivitas angin. Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan
dengan bentuk teratur.
Keseimbangan dan SIFAT Ekosistem
Individu yang menyusun populasi dalam ekosistem selalu tumbuh dan
berkembang. Komponen abiotik yang memengaruhi ekosistem juga terus-menerus
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan
pada komunitas dan ekosistem. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi
keseimbangan ekosistem. Perkembangan ekosistem dari ekosistem yang sederhana
menjadi ekosistem yang kompleks dan seimbang disebut suksesi. Ekosistem yang seimbang
adalah ekosistem yang komponen penyusunnya memiliki komposisi yang seimbang.
Komposisi seimbang bukan berarti jumlahnya sama. Misalnya pada waktu musim
hujan, jumlah rumput (produsen) di suatu padang rumput meningkat sehingga dapat
mencukupi kebutuhan makan populasi rusa. Ketika musim kemarau, jumlah rumput
berkurang sehingga menyebabkan jumlah rusa juga menurun. Apabila perubahan
komposisi itu terjadi secara seimbang dari waktu ke waktu, maka ekosistem itu
dikatakan seimbang dan dapat bertahan lama. Daya lenting ekosistem adalah
kemampuan ekosistem untuk pulih kembali dalam keadaan seimbang. Apabila ekosistem yang seimbang mendapat
gangguan, keseimbangan ini dapat mengakibatkan perubahan yang dapat menyebabkan
terbentuknya keseimbangan baru. Sifat ekosistem sangat dinamis, sehingga dapat
terjadi perubahan jumlah komposisi komponen biotik dari waktu ke waktu. Tidak
semua gangguan ekosistem dapat diatasi dengan daya lenting ekosistem secara
alami. Kebakaran hutan atau penebangan hutan yang berlebihan dapat
mengakibatkan keseimbangan ekosistem tidak dapat pulih dengan segera.
PRINSIP BERKELANJUTAN
Pada tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Brundtland
Report atau yang lebih dikenal dengan nama “Our Common Future.” Secara
politis, laporan ini menandai masuknya urusan lingkungan
kedalam agenda politik ekonomi bangsa-bangsa. Kerusakan ekologis yang
disebabkan oleh upaya pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi telah
memberikan ancaman yang nyata. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan
kesinambungan sumber daya ke generasi yang akan datang.Di dalam laporan tersebut, dikonsepkanlah prinsip sustainable development yang diterjemahkan menjadi ‘pembangunan berkelanjutan’ yang kemudian menjadi tema kampanye pembangunan di banyak negara, terutama negara-negara berkembang. Prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah proses pemanfaatan alam dan pengunan ekonomi yang tidak mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiga prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan melingkupi upaya untuk melindungi lingkungan hidup, masyarakat sekitar serta ketersediaan sumber daya di masa yang akan datang, atau disebut dengan Environment, Local People and Future (ELF).
Berdasarkan dokumen World Commission on Environment and Development dipaparkan bahwa pembangunan berkelanjutan menekankan pada pentingnya untuk pengendalian pengambilan sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui. Kedua sumber daya alam tersebut masih dapat diambil, namun harus mempertimbangkan dampak pengambilannya serta meminimalisir efek negatifnya. Negara-negara didorong untuk mulai memperhatikan implikasi sosio-kultural serta environmental dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warganya. Misalnya saja, suatu negara masih dapat menembang hutan mereka namun menanamnya di tempat yang berbeda. Pada intinya, konsep sustainable development jembatan terhadap kebutuhan ekonomis dengan upaya perlindungan lingkungan dan masyarakat lokal. Upaya untuk mendorong diterapkannya prinsip pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan tiga cara: 1) melalui pendidikan, 2) reformasi dan pengembangan institusi yang ada, serta 3) melalui regulasi yang baik.
Dengan dimasukkannya konsep pembangunan berkelanjutan di dalam dokumen WCED, ada harapan terhadap perubahan pola kebiakan dan investasi di berbagai belahan dunia. Sekalipun isu lingkungan pada masa itu masih merupakan agenda minoritas, namun mulai terlihat trend yang cukup positif terhadap wacana lingkungan hidup di dalam diskusi internasional. Dokumen “Our Common Future’ menjadi dokumen bersejarah yang menandai perjalanan diimplementasikannya berbagai prinsip untuk mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan di berbagai negara.
Dampak Intrusi Air Laut
Banyaknya pembangunan di wilayah pesisir pantai tentunya berdampak pada
naiknya tingkat populasi penduduk di wilayah pesisir pantai tersebut.
Itu berarti bahwa kebutuhan air tanah di wilayah tersebut juga meningkat
tentunya.Oleh karena itu di wilayah pesisir pantai dengan tingkat
kebutuhan air tanah yang tinggi rawan terjadinya "intrusi air laut".
Intrusi Air Laut
Sumber : www.lenntech.com
Apa itu intrusi air laut?
Intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air tanah dengan
permukaan air laut ke arah daratan. Perbedaan tekanan air tanah yang
lebih kecil dibandingkan air laut pada kedalaman yang sama menyebabkan
terjadinya intrusi air laut ini. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan
batas antara air tanah dan air laut naik ke daratan, sehingga air tanah
di wilayah pesisir pantai tersebut menjadi terasa asin.
Faktor - faktor yang dapat menyebabkan intrusi air laut :
1. Pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas.
2. Pemangkasan hutan mangrove di pesisir pantai.
3. Pemanasan global.
4. Turunnya muka air tanah akibat proses geologi (pergeseran lempeng tektonik).
Dampak intrusi air laut :
1. Kebutuhan akan air bersih semakin sulit, karena air tanah sudah
terkontaminasi dengan air laut sehingga rasanya menjadi asin.
2. Pertanian di sekitar pesisir pantai akan mengalami kerugian karena kebutuhan air tawar untuk irigasi semakin berkurang.
3. Kesehatan penduduk sekitar pesisir pantai memburuk karena kurangnya konsumsi air bersih.
Cara - cara untuk mencegah terjadinya intrusi air laut :
1. Memberi batasan pengambilan air tanah kepada penduduk sekitar pesisir pantai sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Menjaga dan melestarikan kembali hutan mangrove di pesisir pantai.
3. Membuat bendungan atau penampungan air bersih.
KEUNGGULAN DAN MANFAAT BIOPORI | ||||||||||||||||
|
KELAS LAHAN DAN KEMIRINGAN
Kemiringan lereng
Kelas Lereng
No
Kelerengan
(%)
Bentang alam Sifat
dan kesesuaian lahan
1. 0 - 8% Datar
Cocok untuk pengembangan permukiman dan pertanian. Sebagian wilayah dapat
berpotensi terjadi bencana banjir dan drainase yang buruk.
2. 8 - 15% Landai
Irigasi terbatas tetapi baik untuk pengembangan pertanian tanaman keras,
drainase baik dan cocok untuk pembangunan permukiman/perumahan dan areal
bisnis.
3. 15 - 25%
Bergelombang Cocok untuk cultivation, problem erosi cukup besar, cocok
untuk pengembangan industri ringan, komplek permukiman/perumahan dan fasilitas rekreasi.
4. 25 - 45% Terjal Cocok
untuk dikembangkan menjadi tempat tinggal secara cluster, pariwisata
dengan intensitas
rendah, hutan dan padang rumput.
No
Kelerengan
(%)
Bentang alam Sifat
dan kesesuaian lahan
5. > 45% Sangat
terjal Daerah sesuai untuk tempat tinggal satwa liar, hutan dan padang rumput terbatas.
Sumber: Modifikasi
Dari Noor, 2005
4.
Batuan
SUKU BANGSA
Semua suku bangsa di dunia punya sejarah yang menarik
tentang penduduk aslinya. Seperti suku Indian yang merupaka penduduk asli di
Negara Adi kuasa Amerika Serikat, ataupun suku Bushman ( kl nonton film
"God Must Be Crazy" pasti tau ttg suku Bushman) dari benua Afrika.
Suku Ainu yg merupakan penduduk asli negara Jepang, suku Asmat, suku Sasak dll
yg berasal dari negara Indonesia kita tercinta. Sepertinya belum ada trit yang
membahas soal suku2 ini yah, jadi sebelumnya saya permisi dulu, trims.Aborigin
: suku di Australia
Adapula suku bangsa berdasarkan percampuran ras seperti Orang
Peranakan yang merupakan campuran bangsa
Melayu dengan Tionghoa, orang Indo sebutan campuran bule dengan bangsa
Melayu,
Eurosia, dan sebagainya.
Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis
keturunan (patrilinial) seperti suku Batak,
menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang,
atau menurut keduanya seperti suku Jawa. Adapula ditentukan menurut agamanya, sebutan
Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang muslim, orang
Serani bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu),
suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan
sebagainya.
MENGENAL JENIS-JENIS AWAN
Sumber Gambar: BKMG Jakarta 2010
|
Seorang ahli (Gibbs (1987) mengatakan yang dimaksud dengan iklim adalah
keadaan atmosfer yang meliputi suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai
fenomena hujan, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang.
Keadaan atmosfer tersebut ditentukan adanya proses penguapan air yang terangkat
keatas dan pada ketinggian tertentu terdinginkan dan membentuk butiran air
(hujan) dan bila ukuran butir air ini bertambah besar secara visual terlihat
sebagai awan. Salah satu cara untuk menetapkan ramalan/prakiraan iklim/cuaca,
dapat dilakukan dengan membaca gejala alam yaitu dengan melihat jenis awan yang
nampak, apakah awan tersebut mengandung hujan lebat, petir, kilat, atau bahkan
berpotensi terjadi badai, cuaca buruk dan turbulensi yang sangat besar.
Ada 10
(sepuluh) jenis awan utama yaitu cirrus (Ci), Cirrocumulus (Cc), Cirrostratus (Cs),
Altocumulus (Ac), Altostratus (As), Stratus (St), Stratocumulus (Sc), Cumulus
(Cu), Nimbostratus (Ns), Cumulonimbus (Cb). Ciri dan sifat dari jenis-jenis
awan tersebut sebagai berikut :
Cirrus (Ci),
awan terlihat halus dan lembut seperti bulu2, berwarna putih. Ketinggian
umumnya lebih dari 5.000 meter. Terdiri dari kristal es, suhu sangat dingin,
walaupun pada musim panas atau kering.
Cirrocumulus
(Cc), mengandung butiran air super-dingin, bercampur dengan kristal es. Butiran
air cepat membeku. Awan ini berumur sangat singkat, cepat berubah menjadi
cirrostratus. Mengandung hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga),
bercampur salju.
Cirrostratus
(Cs), gugusan kristal es, menyebar dan menutupi sebagian atau seluruh langit.
Menyerupai selaput tipis tembus cahaya. Sering terbentuk cincin atau halo di
sekeliling matahari atau bulan. Kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai
ke permukaan bumi (virga), seolah-olah cerah di permukaan.
Altocumulus
(Ac), puncak awan putih bergulung, dengan dasar awan lebih gelap dan umumnya
melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan beragam. Menggambarkan udara
cerah, namun bisa berkembang menjadi awan hujan lainnya, bahkan cumulonimbus.
Lapisan awan lenticularis dapat terbentuk di atas pegunungan, atau angin
kencang pada siang hari, massa udara stabil dan kering.
Altostratus
(As), awan seperti lembaran halus berwarna abu-abu gelap. Dapat menghasilkan
hujan gerimis, hujan ringan hingga sedang. Umumnya terbentuk sepanjang sore
hari, diikuti hujan pada senja atau malam hari.
Dalam kondisi tertentu dapat berkembang awan altostratus lenticularis, akibat angin kencang, dan tidak menghasilkan hujan.
Dalam kondisi tertentu dapat berkembang awan altostratus lenticularis, akibat angin kencang, dan tidak menghasilkan hujan.
Stratus (St),
awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk lembaran atau lapisan. Tidak
tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi dimana aliran angin mengakibatkan
udara terkondensasi pada lapisan atmosfer bawah. Kadang-kadang terlihat sebagai
kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang menjadi awan badai nimbostratus.
Stratocumulus
(Sc), awan rendah yang umumnya bergerak lebih cepat dari cumulus. Cenderung
lebih mengembang ke arah horisontal daripada arah vertikal. Dasar awan umumnya
lebih gelap daripada puncak awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam. Dapat
terlihat seperti lembaran rendah yang lebar, atau berbentuk rekahan dimana
cahaya matahari terlihat melalui rekahan tersebut.
Cumulus (Cu),
adalah awan yang mengandung kristal es. Terlihat seperti serabut atau buntut
kuda berwarna putih. Terlihat pada posisi yang sangat tinggi, umumnya lebih
dari 5.000 meter dimana suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau
kering.
Nimbostratus
(Ns), berwarna gelap, visibility rendah, langit tertutup awan, dan sinar
matahari terhalang. Umumnya disertai cuaca buruk. Hujan turun dengan intensitas
rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama.
Cumulonimbus
(Cb), awan cumulus yang tumbuh vertikal ketika cuaca terik. Mengandung hujan
lebat, petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca buruk.
Turbulensi sangat besar.
Oleh : Ir.Sri
Puji Rahayu, MM
Sumber : Awan serta Hubungannya dengan Hujan dan Musim, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010.
Gambar : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010
Sumber : Awan serta Hubungannya dengan Hujan dan Musim, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010.
Gambar : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010
ANGIN
Angin adalah massa udara yang bergerak (Lakita dalam Farita,
2006). Menurut Pariwono (1989), angin didefinisikan sebagai gerakan
udara mendatar (horizontal) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara
dua tempat. Atmosfer selalu berusaha membentuk sebaran tekanan yang
seragam, maka massa udara yang padat dari tekanan tinggi mengalir ke tempat
bertekanan rendah dimana massa udaranya relatif lebih renggang.
Angin Tidak
nampak tapi bisa dirasakan
|
Penyebab
Terjadinya Angin
Salah
satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien
tekanan. Gaya gradien tekanan timbul karena adanya perbedaan suhu udara.
Dalam hal ini hubungan antara permukaan bumi dalam menerima energi radiasi
matahari yang sama tapi mempunyai laju pemanasan yang berbeda – beda dari satu
tempat ke tempat yang lain. Perbedaan tekanan udara pemanasan terlihat dari
suhu udara yang berada langsung diatas permukaan yang terpanasi sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan yang menimbulkan perbedaan tekanan udara antara
satu tempat dengan tempat yang lain. Gradien tekanan ini akan memicu terjadinya
angin. Atmosfer selalu berusaha membentuk sebaran tekanan yang seragam, maka
massa udara yang padat dari tekanan tinggi mengalir ke tempat bertekanan rendah
dimana massa udaranya relatif lebih renggang.
Kuat
atau lemahnya hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara
atau dengan kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan
udaranya. Disamping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor
lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek (frictional force) (Pariwono,
1989). Semakin besar perbedaan tekanan udara maka semakin besar pula kecepatan
angin berhembus (Hasse dan Dobson, 1986 dalam Farita, 2006).
Faktor
lain yang berpengaruh dalam pembentukan angin adalah gaya coriolis. Gaya
coriolis timbul akibat rotasi bumi. Gaya coriolis menyebabkan perubahan
gerak angin ke arah kanan pada belahan bumi bagian utara dan pembelokan angin
ke arah kiri pada belahan bumi bagian selatan.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor
:
1) Gradien barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradien barometrik, makin
besar pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah.
Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin.
Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub
pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 900 sehingga sejajar
dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah
beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah
angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah
kiri, ke kanan atau ke atas.
PERUBAHAN IKLIM
Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) kurang lebih mendefinisikan perubahan iklim
sebagai perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang
terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan
iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada
variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang,
biasanya dalam satu dekade atau lebih (IPCC, 2001). Kementerian Lingkungan
Hidup (2001) mendefinsikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik
atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak
luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik atmosfer bumi
ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
Selanjutnya LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan
rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu.
Beberapa definisi diatas pada intinya menjelaskan bahwa perubahan iklim terkait
dengan perubahan cuaca yang menyebabkan dampak yang luas pada manusia dan
lingkungan baik secara lokal maupun global.
Sebagaimana
telah diuraikan pada bagian pemahaman mengenai perubahan iklim diatas, manusia
memiliki kontribusi yang besar pada terjadinya perubahan iklim. Berdasarkan
laporan IPCC pada tahun 2007 kemungkinan manusia yang menyebabkan terjadinya
perubahan iklim adalah sebesar 90%, keadaan ini lebih tinggi dari laporan
terakhir dari IPCC pada tahun 2001 dimana kemungkinan manusia sebagai penyebab
perubahan iklim adalah sebesar 60%. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa
penyebab utama terjadinya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti peningkatan
gas CO2 yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan
penggunaan dari lahan hutan menjadi lahan yang bernilai ekonomi seperti
pemukiman dan perkebunan, sedangkan peningkatan gas metan (CH4) dan gas
dinitrogen oksida (NO) disebabkan oleh aktivitas pertanian.
EL
NINO DAN LA NINA
Pengertian El-Nino :
El-Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana
penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah
(dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya.
Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang
terkadang mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan Pacasmayo.
Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut biasanya suhu air
permukaan laut di daerah tersebut dingin kerena naiknya massa air di bawah
permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling)
Kejadian ini kemudian semakin sering muncul
yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta dapat mempengaruhi iklim dunia
selama lebih dari satu tahun.
El-Nino adalah fenomena alam dan bukan badai,
secara ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di serkitar pasifik
tengah dan timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik
El-Nino tidak dapat dilihat.
El-Nino sering disebut fase panas (warm event)
di samudera pasifik ekuatorial bagian tengah dan timur. El-Nino
diindikasikan dengan beda tekanan atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau
yang disebut Osilasi Selatan. Disebut demikian karena keduanya terletak di
belahan bumi bagian selatan. El-Nino ditandai dengan indeks
osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif, artinya tekanan atmosfer Tahiti
lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
Ketika terjadi El-Nino angin pasat timuran
melemah. Angin berbalik ke barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke barat.
Hal ini menyebabkan peruabahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi
wilayah perairan pasifik tengah, pasifik timur, dan amerika tengah.
Selain itu air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang pantai selatan
amerika dan pasifik timur berkurang atau bahkan menghilang sama sekali. Wilayah
pasifik tengah, pasifik timur menjadi sehangat pasifik barat.
Dampak El-Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El-Nino menyebabkan curah hujan di sebagian
besar wilayah indonesia berkurang. Tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat
tergantung dari intensitas El-Nino tersebut. Namun, karena posisi geografis
Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino.
El-Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di
Indonesia. Kekeringan dan kebakaran hutan terparah terjadi pada tahun 1977.
Kebakaran tersebut menimbulkan polusi udara yang menyebar hingga ke
negara-negara tetangga seperti malaysia, Brunei, Filipina dan Thailand.
EUTROFIKASI
Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat
cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga sering disebut
dengan blooming. Dengan kata lain merupakan pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan
eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang
35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah dimana
danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi
tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi
eutrofik.
Proses Terjadinya Euterofikasi
Limbah organik kebanyakan akan mengair ke sungai, danau atau perairan lainnya melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4):
COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + enerji … ….(3)
COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru) …..(4)
Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan sebagai reaksi.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob.
Pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton tersebut menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan termasuk karena beracun.
Proses Terjadinya Euterofikasi
Limbah organik kebanyakan akan mengair ke sungai, danau atau perairan lainnya melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4):
COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + enerji … ….(3)
COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru) …..(4)
Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan sebagai reaksi.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob.
Pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton tersebut menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan termasuk karena beracun.
Arus Laut
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju
kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air.
Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan
beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah
gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara
vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).
Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu
gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan
mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi
selatan.
Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah
jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum
jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke
pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983).
Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal
atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus
menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya
yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan
massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua
jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain
adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan
mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990)
Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa
air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang
ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman.
Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil
seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu
dan salinitas anatara 2 massa
air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan
air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin.
c.Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya
horizontal.
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan
terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.
e.Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang
dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa.
f. Gelombang
lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary
Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus
atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut.
Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut.
Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup
diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas)
sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang
sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin
tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut
permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara
karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara musim barat dan
musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim
barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut
Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores. Adapun pada musim
timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.
Selain pergerakan arah arus
mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan upwelling dan downwelling di daerah-daerah
tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses massa air
yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang
mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas,
akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di
atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan
atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan
dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung
larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar
rantai makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Menurut
suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus
yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedangkan arus dingin
adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya.
Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :
Arus Ekman; Arus yang dipengaruhi oleh angin
Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi
Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut
Arus Geostropik : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis
Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan
Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :
Arus Ekman; Arus yang dipengaruhi oleh angin
Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi
Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut
Arus Geostropik : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis
Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan
MITIGASI
BENCANA
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi
terjadi bencana meliputi: (a) kesiapsiagaan; (b) peringatan dini; dan (c)
mitigasi bencana.Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan dilakukan melalui:
- penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;
- pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;
- penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;
- pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat;
- penyiapan lokasi evakuasi;
- penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan
- penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui:
- pengamatan gejala bencana;
- analisis hasil pengamatan gejala bencana;
- pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang;
- penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; dan
- pengambilan tindakan oleh masyarakat.
Mitigasi Bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi dilakukan melalui:
- pelaksanaan penataan tata ruang;
- pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan
- penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern;
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak
melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan
recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation
dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian
terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi
bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:
- Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
- Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;
- Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
iklim katulistiwa
Karena secara Geografis terletak di antara dua samudra dan dua benua,
Indonesia memiliki tiga iklim utama, yaitu: iklim musim (muson), iklim tropis
(iklim panas), dan iklim Laut.
A. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim ini terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah setiap setengah tahun sekali. Pada bulan Oktober-April, angin bertiup berasal dari Barat Daya yang bersifat basah sehingga menimbulkan musim hujan. Sementara itu pada bulan April-Oktober, angin yang bertiup berasal Timur Laut yang bersifat kering sehingga menimbulkan musi kemarau.
1. Angin Musim Barat Daya
Angin ini bertiup antara bulan Oktober sampai April, dan bersifat basah. Akibat angin ini, Indonesia mengalami musim penghujan.
2. Angin Musim Timur Laut
Angin ini bertiup antara bulan April sampai Oktober, dan bersifat kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut Indonesia mengalami musim kemarau.
B. Iklim Tropis
Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas, sehingga negara Indonesia memiliki iklim tropis (panas). Iklim ini terjadi karena Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa.
C. Iklim Laut
Sebagai besar wilayah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut dan samudra. Hal ini menyebabkan Indonesia mempunyai iklim laut. Sifat iklim laut ini lembab dan banyak mendatangkan hujan.
Iklim laut ini mengakibatkan perubahan arah angin di daerah pantai. Pada malam hari, angin bertiup dari arah darat ke laut. Pada siang hari, angin bertiup dari arah laut ke darat.
A. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim ini terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah setiap setengah tahun sekali. Pada bulan Oktober-April, angin bertiup berasal dari Barat Daya yang bersifat basah sehingga menimbulkan musim hujan. Sementara itu pada bulan April-Oktober, angin yang bertiup berasal Timur Laut yang bersifat kering sehingga menimbulkan musi kemarau.
1. Angin Musim Barat Daya
Angin ini bertiup antara bulan Oktober sampai April, dan bersifat basah. Akibat angin ini, Indonesia mengalami musim penghujan.
2. Angin Musim Timur Laut
Angin ini bertiup antara bulan April sampai Oktober, dan bersifat kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut Indonesia mengalami musim kemarau.
B. Iklim Tropis
Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas, sehingga negara Indonesia memiliki iklim tropis (panas). Iklim ini terjadi karena Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa.
C. Iklim Laut
Sebagai besar wilayah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut dan samudra. Hal ini menyebabkan Indonesia mempunyai iklim laut. Sifat iklim laut ini lembab dan banyak mendatangkan hujan.
Iklim laut ini mengakibatkan perubahan arah angin di daerah pantai. Pada malam hari, angin bertiup dari arah darat ke laut. Pada siang hari, angin bertiup dari arah laut ke darat.
210 0 0 0
Ditulis Oleh : khairul anas ~ All- Round About
Knowledge
Iklim
khatulistiwa, juga dikenali sebagai iklim hutan hujan tropika, ialah sejenis iklim tropika yang tidak
mengalami musim kering, iaitu kesemua 12 bulan dalam setahun mencatat nilai kerpasan min
sekurang-kurangnya 60 mm (2.36 inci). Iklim khatulistiwa tiada musim panas dan
sejuk yang ketara, sebaliknya bercuaca panas dan lembap sepanjang tahun dengan
hujan lebat yang turun pada waktu petang hampir setiap hari. Panjang waktu
siangnya hampir sama setiap hari, meskipun jurang perbezaan suhu purata antara
siang dan malam jauh lebih ketara berbanding perbezaan suhu purata antara
"musim panas" dan "musim sejuk".
Iklim
khatulistiwa biasanya ditemui di garis lintang antara lima
darjah di Utara dan Selatan dari khatulistiwa yang
didominasi oleh Zon Pertemuan Antartropika. Namun
demikian, di tempat lain wujudnya juga mikroiklim tropika, apatah lagi bukan semua tempat di sepanjang
rantau khatulistiwa beriklim khatulistiwa (lihat juga zon kering khatulistiwa).
Ciri-ciri
iklim:
- Garis lintangnya berada dalam Jalur Tekanan Rendah Doldrum sepanjang tahun, maka tidak mengalami perubahan musim.
- Matahari tengah hari sentiasa berhampiran dengan garis tegak dan mencapai kepanasan tertinggi dua kali setahun, iaitu pada waktu ekuinoks.
- Suhu harian purata adalah 26 °C (79 °F) sepanjang tahun. Litupan awan yang berlebihan dan curahan hujan yang lebat menghalang kenaikan suhu melebihi 26°C.
- Perubahan suhu harian adalah antara 2 °C (36 °F) dan 5 °C (41 °F), iaitu lebih besar daripada julat suhu tahunan iaitu 2°C.
- Curahan hujan adalah lebat sekali dan selalunya bersifat perolakan.
Iklim
khatulistiwa dilambangkan oleh Af mengikut sistem pengelasan iklim Köppen. Hutan hujan tropika merupakan tumbuh-tumbuhan semula jadi di rantau
khatulistiwa.
Cabang Cabang Ilmu Geologi
Kristalografi yaitu ilmu yang mempelajari kristal dan mineral
Mineralogi yaitu ilmu yang mempelajari mineral
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari asal mula batuan
Petrologi Sedimen yaitu ilmu yang mempelajari batuan sedimen
Geologi Struktur yaitu ilmu yang mempelajari sikap, bentuk, dan tatanan batuan pada kerak bumi
Geologi Fisikal yaitu ilmu yang mempelajari proses eksternal dan internal, seperti erosi, deposisi, dan aktivitas gunung berapi
Sejarah Geologi yaitu ilmu yang mempelajari kronologi peristiwa dari perkembangan bumi
Stratigrafi yaitu ilmu yang mempelajari urutan dan kronologi dari lapisan batuan
Paleontologi yaitu ilmu yang mempelajari kehidupan
Geofisika yaitu ilmu yang mempelajari sifat fisika material pembentuk kerak bumi
Geokimia yaitu ilmu yang mempelajari sifat kimia material pembentuk kerak bumi
Geologi Ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari kegunaan praktis dari material geologis
Gelogi Tambang yaitu ilmu yang mempelajari masalah jebakan material dan
Kristalografi yaitu ilmu yang mempelajari kristal dan mineral
Mineralogi yaitu ilmu yang mempelajari mineral
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari asal mula batuan
Petrologi Sedimen yaitu ilmu yang mempelajari batuan sedimen
Geologi Struktur yaitu ilmu yang mempelajari sikap, bentuk, dan tatanan batuan pada kerak bumi
Geologi Fisikal yaitu ilmu yang mempelajari proses eksternal dan internal, seperti erosi, deposisi, dan aktivitas gunung berapi
Sejarah Geologi yaitu ilmu yang mempelajari kronologi peristiwa dari perkembangan bumi
Stratigrafi yaitu ilmu yang mempelajari urutan dan kronologi dari lapisan batuan
Paleontologi yaitu ilmu yang mempelajari kehidupan
Geofisika yaitu ilmu yang mempelajari sifat fisika material pembentuk kerak bumi
Geokimia yaitu ilmu yang mempelajari sifat kimia material pembentuk kerak bumi
Geologi Ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari kegunaan praktis dari material geologis
Gelogi Tambang yaitu ilmu yang mempelajari masalah jebakan material dan
Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk
yang umum, yaitu :
1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung
2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping
3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v)
4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar
5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna
1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung
2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping
3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v)
4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar
5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna
WALTER CHRISTALLER
Menjelaskan
tentang tanah positif yang merupakan tanah yang mendukung pusat kota. Pusat
kota itu ada karena untuk berbagai jasa penting yang harus disediakan
tanah/lingkungan sekitar. Kota merupakan pusat daerah yang produktif. Sedangkan
tempat pusat adalah pusat kota. Adapun asumsi-asumsi dalam penyusunan teori
Christaller :
1.
Konsumen menanggung ongkos angkutan maka jarak ke tempat pusat dinyatakan
dalam biaya dan waktu
2.
Jangkauan suatu barang ditentukan oeh jarak yang dinyatakan biaya dan waktu
3.
Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang
dan jasa
4.
Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya
5.
Wilayah tersebut merupakan dataran yang rata yang mempunyai ciri-ciri
ekonomis dan penduduk yang sama serta penduduknya juga tersebar secara merata.
Menurut
teori ini, tempat pusat/sentra secara hierarki dapat dibedakan menjadi 3 jenis
:
1.
Tempat sentral yang berhirarki 3 ( K=3 )
Merupakan
pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang
bagi daerah sekitarnya, memudahkan kebutuhan pelayanan seluas mungkin atau
disebut juga dengan ‘kasus pasar optimal’.
2.
Tempat sentral yang berhirarki 4 ( K=4 )
Merupakan
situasi lalu lintas yang optimum. Maksudnya, daerah tersebut dan daerah
sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan
kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Prinsipnya adalah bagaimana
meminimumkan jarak penduduk untukmendapatakan pelayanan fungsi di tempat pusat.
3.
Tempat sentral yang berhirarki 7 ( K=7 )
Merupakan
situasi administratif yang optimum. Maksudnya, tempat sentral ini mempengaruhi
seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya. Prinsipnya adanya kemudahan dalam
rentang kendali pengawasan pemerintahan.
Christaller mengembangkan
modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri :
1.
Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua datar dan sama
2.
Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface)
3.
Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada
seluruh wilayah
4.
Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya
Penjelasan
model Christaller tentang terjadinya mode area pelayanan heksagonal yaitu :
Gambar Model Pelayanan Hek
Batuan ultrabasa
adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45 %), kandungan
MgO > 18 %, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungan kalium dan
umumnya kandungan mineral mafiknya lebih dari 90 %. Batuan ultrabasa umumnya
terdapat sebagai opiolit.
Kelompok batuan peridotite terdiri dari :
• Dunite – terdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene dan chromite.
• Harzburgite – terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.
• Lherzolite – terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau pyrope garnet.
• Pyroxenite – terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.
Peridotite adalah suatu batuan beku berukuran butir menengah, berwarna gelap, mengandung sedikitnya 10 persen olivine, besi dan mineral yang kaya akan magnesium (biasanya pyroxenes), dan tidak lebih dari 10 persen feldspar.
Kelompok batuan peridotit tidak umum tersingkap dipermukaan dan sangat tidak stabil. Umumnya batuan peridotit yang tersingkap telah terubah menjadi serpentinit, dimana mineral pyroksen dan olivin terubah menjadi mineral serpentin dan amfibol, proses perubahan ini (hydrasi) diikuti dengan perubahan volume yang mengakibatkan terjadinya perubahan (deformasi) dari tekstur awalnya.
JENIS BATUAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa
Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi,
baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah
ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari
Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
- Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
- Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:Fanerik/fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:- Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:- Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:- Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
- Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
- Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
- Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
- Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
- Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
- Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
- Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:- Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
- Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya
Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:- Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
- Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
- Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2
Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:- Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
- Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
- Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
- Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna
Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:- Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
- Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
- Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
- Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
- Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
- Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
- Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku
Batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu :- Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit, diorit, dan Gabro
- Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir
- Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit, obsidian, dan basalt
MORFOLOGI BENTUKAN
Dilihat dari genesisnya
(kontrol utama pembentuknya), bentuklahan dapat dibedakan
menjadi 10 macam bentuklahan asal proses:
- Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
- Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
- Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
- Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
- Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
- Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
- Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
- Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
- Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
- Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.
Spektrum Elektromagnetik Yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromaknetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan
atas :
- foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini adalah spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 µm.
- Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunkan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 µm – 0,56 µm).
- Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.
- Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 µm dan hingga 1,2 µm bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
- Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.
f. Bentuklahan
asal proses solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi
pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk
topografi karst, walaupun faktor selain batuan sama. Faktor lain tersebut
adalah terletak pada derah tropis basah, dengan topografi tinggi dan vegetasi
penutup cukup rapat. Batuan karbonat yang memiliki banyak diaklas akan
memudahkan air untuk melarutkan CaCO3. Oleh karena itu batuan
karbonat yang sedikit diaklas atau tidak mempunyai diaklas walaupun terletak
pada wilayah dengan curah hujan tinggi, tidak terbentuk topografi karst.
Vegetasi rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah itu
mempunyai pH rendah atau air menjadi asam. Pada kondisi asam, air akan mudah
melarutkan karbonat (CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan
banyak diaklas, curah hujan dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat, akan
mendorong terjadinya topografi karst.
g. Bentukan hasil
proses solusional ini pada dasarnya ada 3 (tiga), yaitu bentuk solusional,
bentuk sisa (residual), dan bentukan deposisional. Berdasarkan hasil proses
pembentukannya maka bentuklahan solusional dibedakan menjadi 3 antara lain :
h. a.
Bentukan sisa (residual form)
i.
1) Kubah Karst
j. Kubah karst
merupakan bentukan menyerupai kubah (dome) yang terbentuk akibat adanya sisa
proses pelarutan batuan karbonat yang ada disekilingnya. Di antara kubah karst
dipisahkan oleh cockpit yang satu sama lain saling berhubungan. Selain
dipisahkan oleh cockpit kubah karst juga dapat dipisahkan oleh dataran aluvial
karst. Ciri-cirinya antara lain bentukan positif, membulat, dengan ketinggian
seragram.
k. 2) Menara Karst
l. Menara karst
merupakan bentukan positif yang merupakan sisa dari proses solusional. Menara
karst memiliki lereng curam sampai tegak atau vertikal yang terpisah satu sama
lain dan sebarannya lebih jarang.
m. b.
Bentukan solusional (solusional form)
n. 1) Dolin
o. Dolin merupakan
bentukan depresi/cekungaan yang terbentuk akibat proses pelarutan dengan ukuran
beberapa meter sampai 1km dengan kedalaman beberapa meter hingga ratusan meter.
Karena bentuknya cekung maka dolin sering terisi oleh air hujan sehingga
menjadi suatu genangan yang disebut sebagai danau dolin.
p. 2) Uvala
q. Uvala merupakan
cekungan yang cukup luas yang terbentuk oleh gabungan beberapa danau doline.
r.
3) Polje
s. Polje adalah
ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari
beberapa gua, dan biasanya dasarnya tertutup oleh aluvium.
t.
c. Bentukan
deposisional (depositional form)
u. 1) Stalaktit
v. Stalaktit
merupkan bentukan runcing yang menghadap ke bawah dan menempel pada
langit-langit gua yang terbentukan akibat akumulasi batuan karbonat yang larut
akibat adanya air.
w.
2) Stalakmit
x. Stalakmit
hampir sama dengan stalaktit akan tetapi posisinya berada di lantai gua
menghadap ke atas.
y. 3) Dataran aluvial
karst
z. Dataran aluvial
karst adalah bentukan deposisional dengan relief datar landai yang terdiri atar
material aluvium.
aa. Menurut tempat
terjadinya bentukan solusional dapat dibedakan menjadi bentukan endokarst dan
eksokarst. Eksokarst terletak di permukaan, kontak langsung dengan udara luar,
sedangkan endokarst terdapat di dalam gua atau terowongan karst. Bentuk- bentuk
tersebut adalah sebagai berikut ini:
bb. a.
Bentukan Eksokarst:
cc. Dolin, danau dolin, uvala, polje,
kubah karst, menara karst, dataran aluvial karst.
dd. b.
Bentukan Endokarst:
ee. Gua, stalaktit, stalakmit, kolom,
korden.
PETA
Peta yang menggambarkan satu atau
dua kenampakan yang ada di permukaan bumi, contoh peta-peta tematik antara
lain:
Peta geologi, menerangkan struktur batuan dan sifatnya yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Peta tanah air, menggambarkan pesebaran tanah dan air dalam suatu daerah.
Peta irigasi, menggambarkan saluran irigasi dari suatu daerah. Biasanya disertai sungai dan waduk.
Peta transportasi, menggambarkan jalur-jalur lalu lintas baik darat, laut maupun udara.
Peta arkeologi, menggambarkan penyebaran letakpeninggalan benda-benda purba,
Peta ishoyet, menggambarkan banyaknya curah hujan di suatu tempat
Peta tanah, menjelaskan tentang jenis-jenis tanah dan tingkat aktivitas manusia yang terjadi setiap hari.
Peta penggunaan lahan, menggambarkan bentuk penggunaan tanah yang ada hubungannya antara lingkungan geografi dan aktivitas manusia
Peta geologi, menerangkan struktur batuan dan sifatnya yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Peta tanah air, menggambarkan pesebaran tanah dan air dalam suatu daerah.
Peta irigasi, menggambarkan saluran irigasi dari suatu daerah. Biasanya disertai sungai dan waduk.
Peta transportasi, menggambarkan jalur-jalur lalu lintas baik darat, laut maupun udara.
Peta arkeologi, menggambarkan penyebaran letakpeninggalan benda-benda purba,
Peta ishoyet, menggambarkan banyaknya curah hujan di suatu tempat
Peta tanah, menjelaskan tentang jenis-jenis tanah dan tingkat aktivitas manusia yang terjadi setiap hari.
Peta penggunaan lahan, menggambarkan bentuk penggunaan tanah yang ada hubungannya antara lingkungan geografi dan aktivitas manusia
Skala foto dapat ditulis dengan beberapa cara
, yaitu:1.
System pecahanMisalnya 1/50.000, artinya jika jarak
dua buah titik di peta adalah 1 satuan panjang, maka jarak sebenarnya adalah
50.000 satuan panjang.1.
System perbandinganMisalnya 1: 50.0001.
System padanan unitMisalnya 1 mm = 25 m, artinya jarak
1 milimeter di foto sama dengan 25 meter di lapanganUkuran skala yang besar
dapat memberikan kesan kenampakan obyek-obyek yang ada dipermukaan bumi dengan
lebih jelas dan rinci.
Rumus 1:
S = Skala foto = Jarak di foto / Jarak di lapangan= d
/ D
Untuk dapat menggunakan rumus ini terlebih dahulu kita
harus mampu menggunakan systemperhitungan skala pada peta, sebab antara skala
peta dan skala foto sangat berhubungan erat.
Contoh:
Pada sebuah
peta topografi yang berskala 1 : 25.000, jarak kota A dan B adalah 55,3
mm,sedangkan pada foto udara jarak kota A dan B adalah 106,
5 mm. hitung skala foto…
Jawab:Jarak AB
di peta = 55,3 mm, maka jarak AB sebenarnya (di lapangan) adalah:1 : 25.000 =
55,3 : ABAB = (25.000 X 55,3) / 1=1.382.500 mm
atau
1.382,5 m.Sedangkan jarak AB di foto = 106,5 mm, maka
skala foto
adalah…
FAKTOR PEMBANTUK TANAH
Tanah
merupakan bahan alam yang terbentuk melalui
proses pembentukan tanah (pedogenesis)
dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut
dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk (parent
material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu
(Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:
Soil (s) =
f(p,cl,o,r,t,...) ................................ Jenny (1941)
p = parent
material
cl = climate
o = organism
r = relief
t = time
TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara Pasir
( sand ) berukuran 2 mm – 50 mikron, debu ( silt ) berukuran 50 – 2 mikron dan
liat ( clay ) berukuran < 2 mikron. Klasifikasi tekstur ini berdasarkan
jumlah partikel yang berukuran < 2 mm. Jika dijumpai partikel yang > 2 mm
dengan jumlah yang nyata, maka penambahan / penyisipan kata – kata berkerikil
atau berbatu ditambahkan pada nama kelas tekstur tadi. Sebagai contoh lempung
berbatu.
Berdasarkan kelas teksturnya menurut (Kemas Ali Hanafiah, 2010) maka tanah digolongkan menjadi:
(a)
Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir
berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau
pasir berlempung (3 macam).
(b)
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti
tanah yang mengadung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau
liat berpasir (3 macam).
(c)
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung,
terdiri dari:
(1)
tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar
meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus (dua macam).
(2)
Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus, lempung (loam),
lempung berdebu (silty loam) atau
debu (silt) (4 macam), dan
droometer kedua
(H2) dan suhu suspensi (t2).
14.
Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan
persamaan di bawah ini :
Berat debu dan liat =
- 0,5 ………………(a)

Berat liat =
- 0,5…………..(b)

Berat debu = berat (debu + liat) – berat liat………...(a+b)
15.
Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan
persamaan :
% pasir = 

% debu = 

% liat = 

16.
Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga
tekstur
III. HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamatan
Contoh tanah
|
H 1
|
T 2
|
H 2
|
T2
|
Gedung Meneng
|
10
|
31º
|
4
|
31º
|
Gading Rejo
|
22
|
31º
|
12
|
31º
|
3.1 Perhitungan
A. Tekstur Tanah Gedung Meneng
B.K = BB
= 50 =
50 = 45,66 = 45
1+KA
1+0,095
1,095
FK = 0,36 (31-20)
= 0,36 (11)
= 3,96
%
debu + % liat = (H1 - B)+FK
BK Tanah × 100%
= (10 - 0) + 3,96
46
× 100%
= 10 + 3,96
46
× 100%
= 0,3034 × 100%
=
30, 34 %
= 30 %
% liat = (H2
– B) + FK)
BK
Tanah × 100%
= (4 – 0) + 3,96)
46
× 100%
= 4 + 3,96
46
× 100%
= 17,30 %
= 17 %
% debu = 100 % - (% debu +
% liat)
= 100 % - ( 13 % + 17 %)
= 100 % - 30 %
= 70 %
B. Tekstur Tanah Gading Rejo
BK = BB =
50 =
50 = 44,2 = 44
1+Ka
1+0,13 1,13
FK
= 0,36 (T – 20)
= 0,36 (31 –
20)
= 3,96
% debu + % liat = (H1 – B)
+FK
BK
Tanah × 100%
= (22 – 0) + 3,96
44
× 100%
|
= 22 + 3,96
44
× 100%
= 25,96
44 × 100%
= 59 %
% liat = (H2 – B) +FK
BK Tanah
× 100%
= (12 –
0) + FK
44
× 100%
= 15,96
44 × 100%
=
36,27 %
|
% debu = ( % debu
+ % liat) - % liat
= 59 % - 36 %
= 23 %
% pasir =
100 % - (% debu + % liat)
= 100 % - 59 %
= 41 %
3.3 Tabel Hasil Penetapan
Tekstur Tanah di Lapang
Jenis Tanah
|
Rasa dan Sifat
|
Tekstur Tanah
|
Gedung Meneng
|
Rasa kasar agak jelas membentuk bola agak keras,
mudah hancur serta melekat
|
Lempung berpasir
|
Gading Rejo
|
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(kering) membentuk gulungan, jika dipijat gulungan mudah hancur, serta
melekatnya sedang
|
Lempung berliat
|
3.3 Tabel Hasil Penetapan
Tekstur Tanah di Laboratorium
Jenis Tanah
|
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
Tekstur
|
Gedung Meneng
|
70 %
|
13 %
|
17 %
|
Lempung berpasir
|
Gading Rejo
|
41 %
|
23 %
|
36 %
|
Lempugn berliat
|
Manfaat cacing tanah
1.
Memakan langsung tanah dan memutahkan kembali yang
mudah untuk dicerna tanaman
2.
Aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan kadar NPK
3.
Lubang bekas cacing unktuk aerasi dan drainase dalam
tanah
Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah atau memakan langsung massa tanah (Minnich 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran).
Hal ini diamini oleh Edwards dan Lofty (1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang cacing tanah, “Biology of Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan, sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan kondisi populasi yang sehat.
Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Pasalnya, aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Penelitian terhadap tanah-tanah gundul di bekas tambang di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%
Di samping menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah berada juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur tanah.
Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya dalam buku berjudul “Introduction to the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu, selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah.
Dengan demikian, cacing tanah membantu menjaga kelangsungan hidup bumi secara seimbang. Cacing telah memberikan banyak keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya.
1. PENDAHULUAN
Makhluk hidup di dunia ini tak kan
bisa lepas dari peranan tanah. Khusunya manusia, pasti akan membutuhkan tanah,
yang secara umum dapat digunakan sebagai tempat tinggal, begitupun juga makhluk
hidup yang lain yang berpijak di atas daratan berupa tanah.
Berdasarkan pendekatan Geologi,
tanah memiliki definisi yaitu lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolit (lapisan partikel halus). Artinya dalam definisi tersebut
hanya melihat tanah secara umum sama seperti pengertian tanah dengan pendekatan
Pedologi yaitu bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan
bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
Pendekatan Pedologi adalah pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam
Murni, apa adanya, dan tidak mengaitkan dengan kepentingan tertentu. Kajian
pendekatan Pedologi meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah,
Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang
Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
Namun, jika dilihat dari kacamata
mahasiswa pertanian tentunya tanah memiliki peran khusus sebagai media tumbuh
tanaman, yaitu dengan pendekatan Edapologi. Dalam pendekatan Edapologi tersebut
dikhususkan peranan tanah sebagai media tumbuh tanaman, jadi bagaimana mengolah
tanah secara baik dan benar agar dapat menghasilkan produktivitas tanaman yang
tinggi serta keadaan tanah yang selalu subur, baik dengan pemberian pupuk,
bahan organik, dan sebagainya. Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi
Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi
Tanah.
Berdasarkan pengertian tanah secara
menyeluruh, tanah memiliki definisi sebagai berikut : Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda, misalnya yang berwarna merah, hitam, kelabu,
ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya. Dan untuk membedakan sifat
tanah tersebut dilakukan klasifikasi tanah, yaitu usaha untuk membeda-bedakan
tanah berdasar atas sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena
tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang
berbeda pula. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik tanah baik secara
umum maupun khusus maka disusunlah makalah ini. Dan untuk karakteristik tanah
secara khusus saya mengambil klasifikasi tanah dari jenis tanah Alfisol untuk
dianalisa.
2. SIFAT DAN
KARAKTERISTIK TANAH
Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman
memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi ,
maupun biologisnya dimana ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu
sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjabaran
masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika, kimiawi,
maupun biologinya.
1.
Sifat Fisika Tanah
a.
Tekstur
· Tekstur tanah
menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand),
debu (silt), dan liat (clay).
· Berikut ini
merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
Sumber
|
Soil separates
|
|||
Kerikil
|
pasir
|
debu
|
liat
|
|
USDA
|
> 2mm
|
2 mm–50 mm
|
50 mm-2 mm
|
< 2mm
|
ISSS
|
> 2mm
|
2 mm-20 mm
|
20 mm-2 mm
|
< 2mm
|
USPRA
|
> 2mm
|
2 mm-50 mm
|
50 mm-5 mm
|
< 5mm
|
BSI, MIT, DIN
|
> 2mm
|
2 mm-60 mm
|
60 mm-2 mm
|
< 2mm
|
· Berdasarkan
kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
1)
Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2)
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3
macam)
3)
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
(a)
tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
(b) tanah
bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus,
lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt)
(4 macam)
(c)
tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay
Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
· Tanah yang
didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih
poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso
(sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai
pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, dan fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah padat-kompak.
b.
Struktur
·
Merupakan gumpalan
tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama
lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus,
dll.
·
Ikatan partikel
tanah berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya, yang mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
·
Pengamatan
struktur tanah di lapangan (SSS, 1975) terdiri dari :
1. Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe struktur (lempeng,
tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
2. Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasa, sangat kasar)
3. Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak beragregat, lemah, sedang, kuat)
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga tiang dan kemantapan agregatnya kuat.
c. Konsistensi
·
Adalah derajad
kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah
terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi
bentuk tanah
·
Konsistensi
ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah
·
Cara penentuan
konsistensi tanah yaitu :
(1) lapangan : memijit
tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium : Angka-angka
Atterberg
·
Penentuan di
lapangan :
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
·
Penentuan di
laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG)
dan Batas Berubah Warna (BBW)
Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman
karena terikat kuat oleh tanah
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur dominan liat yang membentuk agregat padat-kompak. Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah Alfisol memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula oleh teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga liat, sehingga lekat di tangan dan mudah digulung serta dibentuk cincin.
d. Porositas
· Porositas atau
pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh
air dan udara).
· Pori-pori tanah
dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro pore) dan pori-pori halus (micro
pore). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada
tanah liat.
· Tanah dengan
banyak pori-pori kasar (pasir) sulit menahan air sehingga tanaman mudah
kekeringan, tetapi sistem perakarannya dalam. Sedangkan untuk tanah-tanah liat
dapat menahan air dengan baik hanya saja sistem perakarannya lebih dangkal
dibandingkan tanah dominan pasir.
· Porositas tanah
dipengaruhi oleh :
1.
Kandungan bahan organik
2.
Struktur tanah
3.
Tekstur tanah
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung hingga liat, porositasnya rendah menyebabkan penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu strukturnya padat-kompak sulit ditembus akar untuk berpenetrasi.
e. Warna tanah
· Secara langsung
mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah satu faktor penentu suhu
tanah.
· Secara tidak
langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil
drainase, kandungan bahan organik surface horizon, pembeda antar horison.
· Diukur dengan
menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart)
· Warna tanah
dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala
dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak
murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3
warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna
tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status oksidasi senyawa
besi dalam tanah.
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan hingga merah gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik tanah.
2. Sifat
Kimia Tanah
a.
Reaksi Tanah (pH Tanah)
· Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di
dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di
dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+.
Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi
netral yaitu mempunyai pH=7.
· Pentingnya pH
tanah adalah untuk :
1)
Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman
2) Menunjukkan
kemungkinan adanya unsure-unsur beracun
3) Mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme
· pH optimum
untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua
unsur hara makro tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.
b. Kapasitas Tukar
Kation (KTK)
· Kation adalah
ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,, K+,
Na+, NH4+, H+, Al3+,
dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air
tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah.
· Banyaknya
kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat
tanah (biasanya per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas
tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100 gr
(me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan
1 gr hydrogen.
· Kapasitas tukar
kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsure hara lebih
baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi
oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan
tanah,. Karena unsure-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka
unsure-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
c.
Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
· Proses
pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya dengan ketersediaan 3 anion
hara makro yang diserap tanaman, yaitu nitrat, fosfat, dan sulfat, yang secara
alami dihasilkan dari dekomposisi bahan organic dan pelapukan mineral tanah.
· Makin tinggi
nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap (fiksasi) tanah terhadap anion,
sehingga pemberian pupuk pelepas anion seperti TSP (H2PO4-),
ammonium nitrat (NO3-), dan ammonium sulfat (SO42-),
makin tidak efisien karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu juga
akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin tinggi, sehingga
pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+), kalsit (Ca2+)
dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak efisien
karena mudah tercuci/hilang dari tanah.
d. Unsur-unsur
Hara Esensial
· Unsur-unsur
hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya
dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak
terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh
optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah
unsur hara esensial ada 17 yaitu :
v Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg,
dan S
v Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn,
Cl, dan Co
· Unsur hara
makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro
adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
- Sifat kimia tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan yaitu cenderung memiliki pH basa, dan tingkat kejenuhan basa yang tinggi di seluruh profil tanah. P-tersedia dari sangat rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi.
3. Sifat biologi tanah
a.
Fauna Tanah
Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna
1)
Makrofauna
Hewan-hewan besar (makrofauna)
penghuni tanah dapat dibedakan menjadi : (a) hewan-hewan besar pelubang tanah,
misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan karena memakan dan menghancurkan
tanaman, (b) cacing tanah, berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan
memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi menjadi lebih baik, dan lebih
mudah ditembus akar, (c) arthropoda dan moluska, membantu memperbaiki tata
udara tanah dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2)
Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah
yang terpenting adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa berperan dalam menghambat
daur ulang (recycling) unsure-unsur hara, ataupun menghambat berbagai proses dalam
tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda berdasarkan jenis
makanannya dibedakan menjadi : (a) omnivorous, memakan sisa-sisa bahan organic,
(b) predaceous, memakan hewan-hewan tanah, (c) parasitic, merusak akar tanaman.
b. Flora Tanah
Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora
1)
Makroflora
Tanaman-tanaman tinggi merupakan
makroflora sebagai produsen primer bahan organic dan penyimpanan energy surya.
Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah, dank arena akar menembus ke
lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk menjadi sumber humus tidak hanya
dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih dalam.
2)
Mikroflora
Mikroflora dalam tanah sangat
beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada
setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes membantu pembentukan
struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan
(sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan
struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali
lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang
lebih penting.


- Sifat biologi tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan yaitu memiliki kehidupan organisme tanah yang rendah, baik fauna tanah maupun flora tanah, karena jenis tanah Alfisol memiliki BOT yang rendah padahal BOT adalah makanan organisme tanah, khusunya cacing tanah. Sehingga, akibat keberadaan BOT tersebut mempengaruhi pula keberadaan organisme dalam tanah yang banyak membawa pengaruh pada kesuburan tanah itu sendiri.
3. FUNGSI DAN PERANAN TANAH
Beberapa fungsi Tanah sebagai media
tumbuh, yaitu :
1.
Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2.
Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3.
Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon,
vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang
dapat meningkatkan kesediaan hara)
4.
Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder
tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama &
penyakit tanaman.
Dua fungsi tanah yang utama yaitu :
1. Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
2. Sebagai matriks tempat akar tumbuhan
berjangkar dan air tanah tersimpan
Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang,
hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau
degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi
tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak
mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah
:
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia
kebutuhan tanaman,
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
- Peranan tanah pada tanah jenis Alfisol secara potensil dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium
4. PENGELOLAAN ATAU PENGOLAHANNYA
Yang dimasud dengan pengolahan tanah
adalah suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah
sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Untuk menciptakan sifat
olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun tujuan pengolahan tanah
adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih
baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman; membunuh
gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa
tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik;
menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan;
mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah
dalam pengaturan air.
Cara pengolahan tanah sangat
mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi
akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur
tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana
tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan
yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu
butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga
terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah,
maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat
memperkecil terjadinya erosi.
Pada tanah jenis Alfisol yang
memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, cara pengolahannya yaitu
dengan mencangkul tanah terlebih dahulu sebelum ditanami, gunanya untuk
menggemburkan tanah, dan mengubah struktur tiang yang keras menjadi
remah/granuler, dan mengubah kemantapan agregatnya agar tidak terlalu keras,
dan tanah tidak mengalami kompaksi, apabila tanah mengalami kompaksi maka air
lebih sukar menyerap ke bagian tanah di dalamnya, dan itu tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Agregat-agregat yang mantap dengan ruang pori yang yang
cukup akan menjamin penyebaran udara dan air dalam tubuh tanah secara optimal,
yaitu keadaan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Untuk pengelolaaan tanah Alfisol
sehubungan dengan C-Organik atau BOT-nya yang rendah dapat dilakukan dengan
cara mengembalikan sisa-sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, dan
memberikan pupuk anorganis sesuai dengan yang diperlukan. Dengan menjamin tanah
tetap cukup mengandung bahan-bahan organik dan zat-zat mineral maka kegiatan
organisme dalam tanah pun tetap terjaga, dimana berbagai organisme tersebut
sangat berperan dalam kesuburan tanah. Untuk menjamin tetapnya cukup
bahan-bahan organik dan zat mineral dalam tanah karena kandungan bahan-bahan
tersebut akan makin berkurang sehubungan dengan keperluan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta terangkutnya bahan-bahan itu keluar dari tanah
semasa panenan dilakukan.
Untuk permasalahan pH tanah Alfisol
yang terlalu basa dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik pula, karena
bahan organik pun dapat menetralkan tanah dari yang tadinya basa menjadi netral
kembali. Karena tanah yang netral merupakan tanah yang bagus kualitasnya.
Beberapa cara/usaha lain dalam
pengolahan/pengelolaan tanah baik secara umum maupun pada jenis tanah Alfisol
yaitu sebagai berikut :
Ø Menjamin tanah cukup mengandung air melalui pengairan
yang baik serta menjamin tidak mudahnya kehilangan air sebagai akibat
penguapan
Ø Melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau
Ø Menerapkan
sistem pengolahan minimal
Ø Menghindarkan
tanah agar tidak mudah diserang erosi
Ø Mempertahankan permukaan tanah agar tanah cerul atau
tertutup umtuk menghindarkan penguapan
5. KESIMPULAN
v Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
v Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang dapat
dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya.
Adapun sifat fisika tanah yaitu :
1. Tekstur
2. Struktur
3. Konsistensi
4. Porositas
5. Warna tanah
Adapun sifat kimia tanah yaitu :
1. Reasksi Tanah (pH Tanah)
2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
3. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
4. Unsur-unsur Hara Esensial
Adapun sifat biologi tanah yaitu :
1. Fauna tanah, terdiri dari
makrofauna dan mikrofauna
2. Flora tanah, terdiri dari
,makroflora dan mikroflora
v Fungsi
tanah yaitu :
1. Tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer
tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara)
4.
Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder
tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama &
penyakit tanaman.
v Yang dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu
usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.
v Adapun tujuan pengolahan tanah adalah untuk
menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan
tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada
tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju
erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan
pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam
pengaturan air.
Daftar Taman
Nasional Di Indonesia. Taman Nasional (National Park) merupakan
kawasan yang dilindungi oleh pemerintah dari perkembangan manusia dan polusi.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.
Taman Nasional
juga dilindungi oleh World Conservation Union Kategori II (IUCN; International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Di Indonesia
terdapat 50 Taman Nasional. Bahkan 5 diantaranya dinyatakan sebagai Situs
Warisan Dunia (World Heritage Sites) yaitu Taman Nasional
Komodo, TN. Ujung Kulon, TN. Lorentz, TN. Gunung Leuser, TN. Kerinci Seblat, dan
TN Bukit Barisan Selatan.
Daftar Taman
Nasional di Indonesia berikut disajikan dengan format; “Nama Taman Nasional”;
“Provinsi (Kabupaten)”; “Luas”; “Dasar hukum atau SK. penunjukkan sebagai Taman
nasional”. Berikut Daftar nama Taman Nasional (National Park) di
Indonesia:
Taman Nasional
Indonesia di Sumatera
- TN. Batang Gadis; Sumatera Utara (Mandailing Natal), 108.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1266/Menhut-II/2004, 29 April 2004
- TN. Berbak; Jambi (Tanjung Jabung), 162.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
- TN. Bukit Barisan Selatan; Bengkulu dan Lampung, (Bengkulu Selatan dan Lampung Utara), 365.000,00 ha. Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 736/Mentan/X/82, 14 Oktober 1982.
- TN. Bukit Dua Belas; Jambi, (Sarolangun Bangko, Batanghari, Bungo Tebo), 60.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 258/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000.
- TN. Bukit Tiga Puluh; Riau dan Jambi; (Bungo Tebo, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir), 144.223,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6407/Kpts-II/2002, 21 Juni 2002.
- TN. Gunung Leuser; Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, (Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Timur, Langkat), 1.094.692,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 276/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997
- TN. Kerinci Seblat; Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, (Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kerinci, Muara Bungo, Sarolangun Bangko, Pesisir Selatan, Musi Rawas), 1.375.349,87 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 901/Kpts-II/1999, 14 Oktober 1999. Perluasan taman nasional dengan tambahan kawasan 14.160,00 ha sesuai Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 420/Kpts-II/2004, 19 Oktober 2004 – jadi total luas 1.389.509,87 ha
- TN. Sembilang; Sumatera Selatan, (Musi Banyuasin), 202.896,32 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 95/Kpts-II/2003, 19 Maret 2003.
- TN. Siberut; Sumatera Barat, (Padang Pariaman), 190.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 407/Kpts-VI/1993, 8 Oktober 1993.
- TN. Tesso Nilo; Riau, (Pelawan, Indragiri Hulu), 38.576,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 255/Kpts-II/2004, 19 Juli 2004.
- TN. Way Kambas; Lampung, (Lampung Tengah), 125.621,30 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 670/Kpts-II/1999, 26 Agustus 1999.
Taman Nasional
Indonesia di Jawa
- TN. Alas Purwo; Jawa Timur, (Banyuwangi), 43.420,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 190/Kpts-II/1993, 26 Februari 1993.
Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru
- TN. Baluran; Jawa Timur, (Panarukan), 25.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 279/ Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.
- TN. Bromo Tengger Semeru; Jawa Timur, (Pasuruan, Probolinggo), 50.276,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 278/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997
- TN. Gunung Ciremai; Jawa Barat, (Kuningan, Majalengka), 15.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 424/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.
- TN. Gunung Gede Pangrango; Jawa Barat, (Bogor, Sukabumi, Cianjur), 21.975,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 174/Kpts-II/2003, 10 Juli 2003.
- TN. Gunung Halimun – Salak; Jawa Barat, Banten, (Bogor, Sukabumi, Lebak),113.357,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
- TN. Gunung Merapi; DI Yogyakarta, Jawa Tengah, (Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten), 6.410,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 134/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.
- TN. Gunung Merbabu; Jawa Tengah, (Magelang, Semarang, Boyolali), 5.725,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 135/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.
- TN. Kepulauan Karimunjawa; Jawa Tengah, (Jepara), 111.625,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 78/Kpts-II/1999, 22 Februari 1999.
- TN(L). Kepulauan Seribu; DKI Jakarta, (Pulau Seribu), 107.489,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6310/Kpts-II/2002, 13 Juli 2002.
- TN. Meru Betiri; Jawa Timur, (Jember), 58.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 277/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.
- TN. Ujung Kulon; Banten, (Pandeglang), 123.156,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 758/Kpts-II/1999, 23 September 1999.
Taman Nasional
Indonesia di Bali dan Nusa Tenggara
- TN. Bali Barat; Bali, (Jembrana, Buleleng), 19.002,89 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 493/Kpts-II/1995, 15 September 1995.
- TN. Gunung Rinjani; Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah), 41.330,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 280/Kpts-VI/1997, 3 Juni 1997.
- TN. Kelimutu; Nusa Tenggara Timur, (Ende), 5.356,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 679/Kpts-II/1997, 10 Oktober 1997.
- TN. Komodo; Nusa Tenggara Timur, (Manggarai), 173.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 306/Kpts-II/1992, 29 Februari 1992.
- TN. Laiwangi – Wanggameti; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Timur), 47.014,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 13 Agustus 1998.
- TN. Manupeu – Tanah Daru; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Barat), 87.984,09 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 3 Agustus 1998.
Taman Nasional
Indonesia di Kalimantan
- TN. Betung Kerihun; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 800.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 510/Kpts-II/1999, 30 Juni 1999.
- TN. Bukit Baka- Bukit Raya; Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, (Sintang, Kasongan), 181.090,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 281/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
- TN. Danau Sentarum; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 132.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 34/Kpts-II/1999, 4 Februari 1999.
- TN. Gunung Palung; Kalimantan Barat, (Ketapang), 90.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 448/Menhut-VI/1990, 3 Juni 1990.
- TN. Kayan Mentarang; Kalimantan Timur, (Bulungan), 1.360.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 831/Kpts-II/1996, 7 Oktober 1996.
- TN. Kutai; Kalimantan Timur, (Kutai), 198.629,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 325/ Kpts-II/1995, 29 Juni 1995.
- TN. Sebangau; Kalimantan Tengah, (Katingan, Pulang Pisau, Kota Palangka Raya), 568.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 423/Menhut-II/2004, 10 Oktober 2004
- TN. Tanjung Putting; Kalimantan Tengah, (Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur), 415.040,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 687/Kpts-II/1996, 25 Oktober 1996.
Taman Nasional
Indonesia di Sulawesi
- TN(L). Bunaken; Sulawesi Utara, (Minahasa), 89.065,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 730/Kpts-II/1991, 15 Oktober 1991.
Taman Nasional Bunaken
- TN. Bantimurung Bulusarawung; Sulawesi Selatan, (Maros, Bulukumba), 43.750,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 398/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.
- TN. Bogani Nani Wartabone; Sulawesi Utara, Gorontalo, (Bolaang Mangondow, Gorontalo), 287.115,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1127/Kpts-II/1992, 19 Desember 1992.
- TN. Kep. Togean; Sulawesi Tengah, (Tojo Una-una), 362.605,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 418/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.
- TN(L). Kepulauan Wakatobi; Sulawesi Tengara, (Buton), 1.390.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 765/Kpts-II/2002, 19 Agustus 2002.
- TN. Lore Lindu; Sulawesi Tengah, (Donggala, Poso), 217.991,98 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 646/Kpts-II/1999, 23 Juni 1999
- TN. Rawa Aopa Watumohai; Sulawesi Tenggara, (Kendari, Kolaka), 105.194,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 756/Kpts-II/1990, 17 Desember 1990.
- TN(L). Taka Bonerate; Sulawesi Selatan, (Selayar), 530.765,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 92/Kpts-II/2001, 26 Februari 2001
Taman Nasional
Indonesia di Maluku dan Papua
- TN. Aketajawe – Lolobata; Maluku, (Halmahera Tengah, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Timur), 167.300,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 397/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.
Taman Nasional Lorentz
- TN. Lorentz; Papua Barat, Papua, (Fakfak, Merauke), 2.450.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 154/Kpts-II/1997, 19 Maret 1997.
- TN. Manusela; Maluku, (Maluku Tengah), 189.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 291/Kpts-II/1997, 23 Mei 1997.
- TN. Teluk Cenderawasih; Papua Barat, Papua, (Yapen, Waropen, Manokwari), 1.453.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 8009/Kpts-II/2002, 29 Agustus 2002.
- TN. Wasur; Papua, (Merauke), 413.810,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 282/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997.
Semoga Taman
Nasional dalam daftar ini akan selalu lestari dan mampu menjadi garda terakhir
dalam upaya pelestarian pelestarian alam yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan
rekreasi alam termasuk oleh anak cucu kita, kelak.
Piramida Penduduk Indonesia
Susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara grafis dengan perbedaan atas dan bawah. Gambaran tersebut dinamai piramida penduduk. Dalam piramida ada garis horisontal dan garis vertikal, sumbu vertikal menggambarkan umur pen-duduk dari nol sampai dengan 65 tahun lebih, dengan interval satu tahunan ataupun lima tahunan.Sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk baik secara absolut maupun relatif dalam skala tertentu. Pada bagian kiri sumbu vertikal digambarkan penduduk laki-laki dan perempuan disebelah kanan. Tidak seluruh piramida penduduk selalu runcing bagian atas. Untuk negara maju, susunan penduduk yang digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, bagian atas sama besar dengan bagian bawah, bahkan ada beberapa negara maju dengan grafik piramida penduduk bagian atas lebih besar.
Dengan piramida penduduk akan dapat diketahui gambaran mengenai:
1) Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan.
2) Penduduk kelompok anak-anak, dewasa dan orang tua.
3) Jumlah angkatan kerja.
4) Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan.
5) Angka ketergantungan.
6) Rasio laki-laki perempuan.
7) Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
8) Perkiraan jumlah kelahiran yang akan datang. ………………….
Susunan penduduk atas dasar umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu daerah/negara dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk piramida penduduk, yaitu:
1) Piramida penduduk muda
Piramida penduduk muda (expensive) berbentuk kerucut alasnya lebar dan puncaknya meruncing.
Piramida kerucut ini menggambarkan:
a) Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
b) Kondisi tersebut menggambarkan bahwa penduduk daerah tersebut sedang mengalami pertumbuhan.
c) Tingkat kelahiran dan kematian masih cukup tinggi.
d) Pertumbuhan penduduknya tinggi.
2) Piramida penduduk dewasa
Bentuk piramida menyerupai persegi empat, bentuk tersebut menggambarkan keadaan penduduk:
a) Jumlah penduduk dalam keadaan stasioner.
b) Jumlah kelahiran dan kematian seimbang.
c) Jumlah penduduk relatif tetap.
d) Pertumbuhan penduduk rendah
e) Penduduk muda hampir sebanding dengan penduduk tua.
3) Piramida penduduk tua
Bentuk piramidanya menyerupai bentuk ……
Selengkapnya tentang Piramida Penduduk Indonesia (klik disini)
Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik yang disebut piramida penduduk.
a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk
a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk
Bentuk piramida penduduk dibadakan menjadi tiga macam yaitu :
- Bentuk Limas (Expansive), menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi, contohnya: Indonesia, Filipina, Mesir, Nigeria, Brazil.
- Bentuk Granat (Stationer), menunjukkan jumlah usia muda hampir sama dengan usia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali, contohnya: Amerika Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
- Bentuk Batu Nisan (Constructive), menunjukkan jumlah penduduk usia tua lebih besar dari pada usia muda, jumlah penduduk mengalami penurunan, contohnya: negara-negara yang baru dilanda perang.
Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk
limas, sedangkan negara-negara maju umumnya berbentuk granat atau batu
nisan.
Ciri-ciri struktur penduduk pada tiap bentuk piramida :
1.
Piramida
Penduduk Expansif memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2.
Piramida
Penduduk Stasioner memiliki ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat
3.
Piramida
Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
Penduduk
Pertumbuhan penduduk di setiap negara akan berdampak pula terhadap
pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan. Menurut Perserikatan Bangsa –
Bangsa (PBB) yang menangani masalah kependudukan melaporkan bahwa pada tahun
2003 jumlah penduduk dunia 6,3 milyar
Berdasarkan grafik di atas perkembangan jumlah penduduk dunia yang sangat
cepat ini akan menimbulkan ledakan penduduk.
Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population
(1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan
makanan bertambah menurut deret hitung ”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk
lebih cepat dari pada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus
menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai
akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk
bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal inipun membuat pemerintah
berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.
a. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
a. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
1. Jumlah
pengangguran semakin meningkat
2. Kekurangan
pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
3. Kebutuhan
pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
4. Terjadinya
polusi dan kerusakan lingkungan
5. Tingkat
kemiskinan semakin meningkat
6. Jumlah
pengangguran semakin meningkat
7. Kekurangan
pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
8. Kebutuhan
pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
9. Terjadinya
polusi dan kerusakan lingkungan
10. Tingkat
kemiskinan semakin meningkat
b. Usaha mengatasi Ledakan Penduduk antara lain :
1.
Memperluas
lapangan kerja melalui industrialisasi
2.
Melaksanakan
program Keluarga Berencana (KB)
3.
Meningkatkan
produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4.
Melaksanakan
program transmigrasi
5.
Menambah sarana
pendidikan dan perumahan sederhana
Potensi atau sumber daya alam meliputi berbagai bentuk
cadangan mineral dan energi, hutan, perikanan, lahan pertanian dan sebagainya.
Berbagai jenis sumber daya alam tersebut dapat di klasifikasikan menjadi dua,
yaitu menurut wujud dan penggunaannya serta menurut proses pembentukannya.
A. Sumber daya
alam menurut wujud dan penggunaannya
a) Sumber daya
alam sumber energi
Sumber energi meliputi segala jenis
bahan yang menjadi tenaga penggerak bagi berbagai peralatan (kendaraan/mesin).
Berbagai sumber daya alam menghasilkan energi adalah matahari, angin, air,
batubara, minyak dan gas bumi, serta panas bumi (geothermal).
>
Matahari melalui energi panas dan cahayanya, merupakan
sumber energi utama planet bumi
>
Angin dan air (air terjun, sungai, gelombang laut)
dimanfaatkan untuk memutar kincir yang dapat membangkitkan energy listrik
>
Batubara, digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik tenaga uap dan pemanas ruangan
>
Minyak (bensin, solar, minyak tanah) serta gas bumi
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin
>
Panas bumi (geothermal), yaitu energi panas yang
berasal dari aktivitas magma di dalam perut bumi. Panas bumi dapat dimanfaatkan
menjadi tenaga pembangkit listrik
b) Sumber daya
alam berupa material
~
Mineral logam
Mineral logam meliputi berbagai
bahan galian biji yang biasanya diperoleh melalui usaha penggalian. Sebagai
contoh adalah:
- Biji timah, didapat dari batuan granit
- Biji besi, didapat dari tanah yang mengandung besi
- Biji tembaga, didapat dari penambangan yang dilakukan di lereng gunung
- Biji bauksit, berasal dari dalam tanah berlumpur
- Emas dan perak, didapat dari penambangan yang dilakukan di sungai atau di
dalam tanah
Pemanfaatan sumber mineral, antara lain sebagai bahan
baku industry, bahan bangunan, dan perhiasan. Sebagai contoh bijih besi
digunakan untuk membuat besi tuang yang kemudian diubah menjadi baja. Baja
dapat digunakan untuk bahan bangunan, bahan dasar berbagai benda.
~
Mineral bukan logam
Mineral bukan logam meliputi
berbagai bahan galian industry, yaitu bahan dasar untuk kepentingan industry
tertentu. Sebagai contoh adalah:
- Pasir kuarsa (hasil pelapukan batu kuarsa), ditemukan sebagai endapan di
muara sungai, pantai, atau danau
- Kaolin (tanah liat putih), merupakan pelapukan batuan granit
- Belerang, terbentuk di daerah gunung api dan sumber air panas, berupa
solfatar (gas mengandung belerang)
- Batu gamping/kapur, berasal dari sisa-sisa rumah binatang karang yang hidup
di laut (daerah penghasil kapur merupakan bekas laut yang telah terangkat)
Bahan-bahan mineral nonlogam banyak digunakan sebagai
bahan baku industri (industri pertanian, obat-obatan), bahan bangunan,
perhiasan. Hasilnya antara lain batu-batu, semen, pupuk, batu permata.
c) Sumber daya
alam hayati
Sumber daya alam hayati adalah
potensi alam berupa organism hidup seperti tumbuhan, hewan dan organisme.
Sumber daya alam hayati meliputi sumber daya alam nabati dan sumber daya alam
hewani
>
Sumber daya alam nabati, yaitu segala sumber daya yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebagai contoh, berbagai jenis tumbuhan hutan
serta tanaman budi daya dalam kegiatan pertanian atau perkebunan
>
Sumber daya alam hewani, yaitu segala sumber daya yang
berasal dari hewan. Sebagai contoh, hasil-hasil perburuan, perikanan laut,
serta budi daya peternakan dan perikanan.
d) Sumber daya
alam nonhayati
Sumber daya alam nonhayati adalah
potensi alam berupa benda mati seperti udara, air, tanah/lahan, dan energi.
Sebagaimana telah disebutkan matahari, air, udara, berpean sebagai sumber
energi yang mendukung kelangsungan hidup manusia dan sumber daya alam hayati
(tumbuhan, hewan, dan organisme)
B. Sumber daya
alam menurut proses pembentukannya
a) Sumber daya
alam yang dapat diperbaharui
Sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (renewable natural resources),
yaitu sumber daya alam yang tidak dapat habis karena dapat diperbaharui melalui
proses alami dan rekayasa manusia. Sumber daya alam ini dapat digunakan
berkali-kali atau setelah diambil dapat segera dipulihkan dalam jangka waktu
yang relatif cepat. Pembaharuan dapat terjadi melalui proses alami dan
rekayasa,
>
Pembaharuan melalui siklus (daur perputaran), terjadi
pada udara, air, dan tanah
>
Pembaharuan melalui reproduksi terjadi pada hewan dan
tumbuhan. Hewan dan tumbuhan akan beranak pinak dengan berbagai cara. Beberapa
contoh reproduksi pada hewan, misalnya bertelur, dan beranak sedangkan pada
tumbuhan antara lain bertunas dan berbuah
> Pembaharuan terhadap sumber daya alam juga dapat dilakukan dengan rekayasa,
rekayasa yang paling sederhana misalnya dengan stek, ovulasi, dan inseminasi
pada tumbuhan atau hewan
b) Sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable natural resources),
yaitu sumber daya alam yang dapat habis dan tidak dapat diperbarui. Setelah
digunakan hingga habis tidak ada jalan lain untuk menggantikan sumber daya alam
tersebut, sebagai contoh batubara, minyak bumi, gas bumi dan berbagai biji
logam. Berbagai bahan tersebut terbentuk dalam rentang waktu jutaan tahun. Jadi
kalaupun dapat terbentuk kembali, prosesnya akan memakan waktu hingga jutaan
tahun.
Beberapa ciri sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui :
- Jumlahnya terbatas
- Penyebarannya tidak merata
- Bila telah habis sulit untuk tersedianya kembali, atau kalaupun dapat baru
akan tersedia kembali dalam waktu sangat lama
- Umunya berupa mineral bahan galian
- Untuk mendapatkannya harus melalui usaha penambangan
> Batubara merupakan bahan tambang yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang
hidup jutaan tahun yang lalu. Batubara tersusun atas hydrogen, oksigen, dan
karbon yang umumnya terdapat dalam kerak bumi
>
Minyak dan gas bumi terbentuk dari plankton, binatang,
dan tumbuhan pada jutaan tahun lalu yang mengalami proses pembentukan seperti
halnya batubara
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui masih
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan yang cepat habis dan bahan yang
tidak cepat habis.
>
Jenis sumber daya alam yang cepat habis, meliputi
mineral sumber energi seperti batubara, minyak bumi, dan gas bumi. Sumber daya
alam tersebut cepat habis karena tingkat penggunaannya yang sangat tinggi.
Setiap hari berjuta-juta kendaraan membutuhkan bensin, berbagai jenis industry
menggunakan bahan bakar minyak
>
Jenis sumber daya alam yang lama habis, misalnya
mineral bukan energi seperti biji besi, belerang, timah. Bahan-bahan tersebut
lebih lama waktu habisnya karena tingkat penggunaannya jauh lebih sedikit
TAHAP KOTA
Klasifikasi kota secara numerik yaitu penggolongan
kota yang didasarkan pada unsur – unsur penduduk seperti jumlah penduduk,
kepadatan penduduk dan luas wilayah.
1.
Kota kecil,
jumlah penduduk antara 20.000 s.d. 50.000 jiwa.
2.
Kota sedang,
jumlah penduduk antara 50.000 s.d. 100.000 jiwa.
3.
Kota besar,
jumlah penduduk antara 100.000 s.d. 1.000.000 jiwa.
4.
Kota
metropolitan, jumlah penduduk antara 1.000.000 s.d. 5.000.000 jiwa.
5.
Kota
megapolitan, jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 jiwa.
b.
Klasifikasi
kota dilihat dari kualitas perkembangannya.
Menurut Lewis Mumford meninju pertumbuhan suatu kota melalui enam fase
yaitu sebagai berikut,
1.
Tahap eopolis (eopolis
stage)
Dalam tahap ini dicerminkan oleh adanya kehidupan masyarakat yang semakin
maju, walaupun dalam kondisi kehidupannya masih didasarkan pada kegiatan
pertanian, pertambangan, dan perikanan.
2.
Tahap polis (polis
stage)
Tahap ini ditandai oleh adanya pasar yang cukup besar, sementara itu
beberapa kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan di beberapa
bagian kota.
3.
Tahap
metropolis (metripolis stage)
Dalam tahap ini kota sudah mulai bertambah besar. Fungsi – fungsi
perkotaannya terlihat mendominasi kota – kota kecil lainnya yang berada di
sekitar kota dan daerah – daerah belakangnya (hinterland)
4.
Tahap megapolis
(megapolis stage)
Tahap ini ditandai oleh adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi
pada materi. Standarisasi produksi lebih diutamakan daripada usaha – usaha
kerajinan tangan.
5.
Tahap
tiranipolis (tryanopolis stage)
Pada tahap ini ukuran atau tolak ukur budaya adalah apa yang tampak secara
fisik (display). Masalah uang atau materi dan ketidakacuhan mengenai segala
aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
6.
Tahap
nekropolis (nekropolis stage)
Tahap ini disebut sebagai tahap kemunduran dari suatu kota. Hal ini
ditandai dengan kemunduran pelayanan kota beserta fungsi – fungsinya dan
menunjukkan gejala – gejala kehancuran yang disebabkan karena adanya
peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit yang melanda hebat.
c.
Taylor mengklasifikasikan
kota berdasarkan karakteristik dinamika fungsionalnya, karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut,
1.
Tahap
awal/infantil (the infantil stage)
Pada tahapan ini belum terlihat adanya pembagian yang jelas mengenai daerah
– daerah permukiman dengan daerah – daerah perdagangan. Selain itu juga belum
terlihat adanya perbedaan kawasan pemukiman kelas bawah dan kelas atas.
Bangunan – bangunan yang ada masih tidak teratur.
2.
Tahap
muda/juvenil (the juvenil stage)
Pada tahapan ini mulai terlihat adanya proses pengelompokan pertokoan pada
bagian – bagian kota tertentu. Kawasan permukiman kelas menengah ke atas sudah
mulai bermunculan di pinggiran kota dan munculnya kawasan pabrik.
3.
Tahap ketuaan (the
senile stage)
Pada tahap ini ditandai adanya pertumbuhan yang terhenti (cessation of
growth), kemunduran dari beberapa distrik dan kesejahteraan ekonomi
penduduknya menunjukkan gejala – gejala penurunan. Kondisi – kondisi seperti
ini terlihat didaerah – daerah industri.
d.
Menurut
Houston, berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, kota diklarifikasikan
menjadi tiga, sebagai berikut,
1.
Stadium
pembentukan inti kota (nuclear phase)
Stadium ini merupakan tahap pembentukan CBD (Central Business District).
Pada masa ini baru dirintis pembangunan gedung – gedung utama sebagai penggerak
kegiatan perekonomian.
2.
Stadium
formatif (formative phase)
Tahapan ini mulai menunjukkan ciri – ciri yang berbeda dengan tahapan
pertama pada abad ke-19. Hal ini timbul sebagai akibat adanya revolusi industri
yang meledak di kawasan Eropa Barat. Perkembangan industri pada saat itu mulai
meluas dan perkembangan teknologi juga masuk ke sektor – sektor lain seperti
sektor transportasi, komunikasi, serta perdagangan.
4. Stadium modern
(modern phase)

PENGERTIAN
INTERAKSI
Interaksi dapat di artikan sebagia prilaku atau hubungan timbal balik.
Perilaku dan hubungan timbale balik yang di maksud adalah perilaku dan hubungan
timbale balik yang saling menguntungkan uang dapat di gunakan untuk saling
melengkapi atau saling menutupi keterbatasan yant terdapat dalam setiap
wilayah.
Dalam geografi, interaksi yang di maksud adalah perilakiu suatu wilayah
akibat perpindahan manusia, barang dan informasi. Arus manusia di sebut
imigrasi, gerakan atau perpindahan gagasan daninformasi di sebut komunikasi,
arus barang atau energi disebut transportasi.
Menurut bintaro, interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbale
balik dan mempunyai pengaruh terhadap tingkah perlilaku dari pihak-pihak yang
bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar, atau
melalui surat kabar.
Menurut yoseph S. ROUCEK, interaksi merupakan suatu proses yang bersirfat
timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang
bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.
Interaksi wilayah
Pesatnya perkembangan ekonomi terjhadi karena
adanya interaksi antar wilayah dan adanyua daya serap dari arus penanaman
modal, interaksi wilayah dalam geografi pertama kali di kemukakan oleh ullman
dalam bukunya: “geography as spatial interaction”.
Secara geografi interaksi diartikan sebagai suatu
hubungan timbale balik yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih
yang dapat menimbulkan , gejala, kenampakan ataupun permasalahan
B.
PRINSIP INTERAKSI
Pada prinsipnya interaksi keruangan merupakan
a.
Hubungantimbal balik antara
dia wilayah atau lebih, misalnya antara kota dengan desa, antara kota dengan
kota, antara daerah industry dan daerah pemasaran, antara daerah yang padat
penduduknya dan daerah yang jarang penduduknya.
b.
Dalam hubungan timbale balik
wilayah ini, terdapat proses pergerakan yaitu;
1.
Pergerakan manusia atau
mobilitas
2.
Pergerakan atau perpindahan
gagasan dan informasi atau dinamakan dengan komunikasi, seperti informasi
tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, bencana alam, dan sebagainya.
3.
Pergerakan materi atau benda,
yang dinamakan transportasi seperti perpindahan hasil pertanian, produk
industry, barang tambang dan lain-lain.
c.
Akibat hubungan antara dua
wilayah tersebut, maka timbulah gejala kenampakan atau permasalahan baru.
Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat menguntungkan (+) atau merugikan (-)
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INTERAKSI
Pola dan kekuaran interaksi antara dua wilayah
atau lebih sangat di pengaruhi oleh keadaan alam dan social daerah tersebut,
serta kemudahan-kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan kedua wilayah
itu. Menurut Edward ullman, ada tiga factor utama yang mendasari atau
mempengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah yaitu:
a.
Wilayah yang saling melengkapi
(regional complementary), yaitu wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang
berbeda –beda, baik secara kualitas maupun kuantitas.
b.
Adanya kesempatan untuk
berintervensi (interventing opportunity) yang meliputi dua pengertian yaitu:
1.
Adanya kemungkinan perantara
yang dapat menghambat timbulnya interaksi antara dua wilayah, dan dapat memuhi
kebutuhan sumber daya wilayah lain
2.
Adanya sumber daya pengganti
yang di butuhkan wilayah sehingga melemahkan interaksi dengan wilayah lain.
c.
Adanya kemudahan pemindahan
dalam ruang (spatial transfer ability), kemudahan ini dapat berupa benda,
manusia, gagasan atau informasi,adapun beberapa factor yang mempengaruhi yaitu:
1.
Jarak mutlak dan jarak
relative antar wilayah
2.
Biaya angkutan atau
transportasi
3.
Kemudahan atau kelancaran
transportasi
D.
WUJUD INTERAKSI
Beberapa wujud interaksi yang bersifat fisik
adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan penggunaan lahan. Misalnya,
daerah permukiman berubah menjadi daerah pusat pertokoan.
b.
Pembangunan berbagai sarana
dan prasarana. Misalnya, gedung perkantoran, jalan, pertokoan, sekolah dan
perumahan.
Beberapa interaksi yang bersifat social adalah
sebagai berikut:
a.
Kontak social antar
masyarakat, kontak social antar masyarakat menghasilkan berbgai bentuk
aktifitas dalam suatu lingkungan. Misalnya adanya berbagai organisasi sosial.
b.
Perubahan status social seseorang
perubahan satatus social bias bersifat positif (Meningkat) atau negative
(Menurun)
E. ZONA INTERAKSI DESA KOTA
Menurut bintaro, wilayah-wilayah atau zona interaksi
adalah sebagai berikut.
a.
City, diartikan sebagai pusat kota
b.
Suburban (subdaerah kota), yaitu suatu wilayah yang lokasinya berdekatan
dengan pusatkota. Wilayah ini meruakan tempat tinggal para penglaju. Penglajau
adalah pendudu yang melakukan mobilitas harian (tanpa menginap di kota)
c.
Suburban fringe(jalur tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang
dilingkari subdaerah perkotaan. Wilayah ini merupakan peralihan daerah kota.
d.
Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar), yaitu semua batas
wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini di tandai dengan sifat-sifatnya yang
mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
e.
Rural (daerah pedesaan)
F. TEORI-TEORI
INTERAKSI DALAM GEOGRAFI
Berikut teori interaksi dalam
geografi,
a.
Teori grafitasi
Teori grafitasi pertama kali
di kemukakan oleh sir issac newton (1687) dalam ilmu fisika. Dia mengemukakan
bahwa dua buah benda akan memiliki gaya tari manarik antara keduanya. Gaya
tarik menarik ini di sebut gaya gravitasi, kekuatan tarik menarik tersebut
besarnya sebanding berbanding dengan hasil kali kedua masa benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Konsep model gravitasi ini di
dasarkan atas pernyataan bahwa jika ukuran salah satu atau kedua wilayah
bertambah, maka pengaruh yang terjadi di anatara kedua kota tersebut juga akan
bertambah. Semakin jauh jarak antara kedua wilayah, maka semakn berkurang juga
pengaruh yang terjadi di antara keduanya. Fenomena demikian di kenal sebagai
peluruhan jarak (distance delay). Model gravitasi ini dapat di gunakanuntuk
menghitung,
1.
Aliran transportasi (lalu lintas)
2.
Migrasi antara kedua wilayah serta
3.
Jumlah penduduk yang cenderung menggunakan satu tempat pusat, misalnya satu
tempat belanja.
Secara matematis, gaya
gravitasi dinyatakan dengan rumus;

Keterangan :
G : Besarnya gaya gravitasi antara 2 buah benda (N)
g : Tetapan gravitasi newton, besarnya 6.760 x 102
Nm2/kg2
m1: Masa benda satu (dalam kg)
m2: Masa benda 2 (dalam kg)
d1.2 : Jarak benda (dalam m)
b.
Kekuatan interaksi
Model matematika dalam teori grafitasi newton tersebut kemudian di terapkan
dalam bidang geografi untuk mengukur kekuatan interaksi kekurangan antara dua
wilayah atau lebih oleh W.J reily (1929). Dia berpendapat bahwa kekuatan
interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat di ukur dengn memperhatikan jumlah
penduduk masing-masing wilayah terebut. Untuk menghitung kekuatan interaksi
keruangan ini, reily mengemukakan rumus sebagai berikut

Keterangan :

K = nilai konstan
empiris, biasanya angka 1



c.
Teori titik henti
Teori titik henti (the breaking theory) sebetulnya merupakan modifikasi
dari teori grfitasi reily. Teori ini berusaha memberikan suatau cara dalam
memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan
dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Selain itu, juga juga dapat di
gunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industry atau pelayanan-pelayanan
sosial antara dua wilayah, sehingga dapat di jangkau oleh penduduk daerah
tersebut.

Keterangan :




d.
Teori mobilitas penduduk
Model grafitasi di terapkan juga dengan interaksi maslah perpindahan
penduduk (mobilitas penduduk). Untuk mengetahui perpindahan penduduk pendatang
di suatu tempat, maka harus di dapatkan koefisien serap.
Contoh :

A

A : daerah asal penduduk
B : daerah penerima
J : jarak antara A dan B
Koefisien serap
dapat di tuliskan dengan rumus ;

Keterangan ;
KS : koefisien serap
m : jumlah
migrasi
n :
waktu (tahun)
j
: jarak antar dua wilayah
e.
Teori grafik
Teori ini di kemukakan oleh K.J kansky dengan menggunakan jaringan
transportasi sebagai komponennya. Daerah yang di hubungkan dengan jarigan jalan
yang kompleks akan mempunyai pola interaksi keruangan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang yang di hubungkan oleh satu jalur tranportasi
saja. Teori grafik dapat di tuliskan dengan rumus:

Keterangan ;



G. ASPEK
INTERAKSI KOTA
a.
Aspek interaksi dibidang
ekonomi antara lain;
1.
Kota sebagai pusat pasar dan
pembelanjaan
2.
Pusat segala kegiatan industry
3.
Sarana dan aktifitas
perdagangan, transprtasi dan komunikasi dapat berkembang
4.
Perbedaan harga-harga barang
relative kecil
b.
Aspek interaksi kota di bidang
social antara lain;
1.
Tata perumahan tempat tinggal
yang cukup sehat
2.
Tersedia fasilitas
transportasi dan komunikasi
3.
Tersedia fasilitas hiburan
seperti gedung bioskop, karaoke, diskotik dan sebagainya
4.
Banyak di bangun tempat-tempat
pelayanan social seperti pasar, kantor pos dan lain-lain
c.
Aspek interaksi kota di bidang
budaya antara lain
1.
Tingkat pendidikan makin maju
2.
System komunikasi makin
terbuka
3.
Adanya integrasi pola budaya
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh antar anggota masyarakat
4.
Kecendrungan masyarakat untuk
menjadi keluarga kecil bahagaia dan sejahtera makin besar
H. MANFAAT INTERAKSI
a.
Desa bagi kota
1.
Sumber tenaga kerja
2.
Sumber bahan mentah
3.
Sumber bahan
pangan
b.
Kota bagi desa
1.
Sumber tenaga kerja terlatih
dan terdidik
2.
Pembelanjaan
3.
Permodalan
c.
Kota bagi kota
1.
Mengurangi perbedaan biaya
hidup dan pendapatan
2.
Mencukupi dan melengkapi
kebutuhan penduduk
3.
Agar tidak terjadi pemusatan
kegiatan produksi
I. DAMPAK INTERAKSI
a.
Dampak positif interaksi kota
antara lain
1.
Pengetahuan desa lebih
meningkat karena di desa-desa sudah banyak di dirikan sekolah dasar hingga
sekolah menengah
2.
Melalui studi pertanian di
kota akan di peroleh pengetahuan tentang cara-cara pemilihan bibit unggul,
pemupukan, dan pemberantasan hama, mencangkok, okulasi, serta stek dalam rangka
menyebar luaskan tanaman produktif. Hal ini akan bermanfaat bagi petani, yang
pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan desa
3.
Banyak guru dari kota menjadi
penggerak warga desa untuk membangun, selain itu dapat memberantas buta
huruf dan buta pengetahuan
4.
Transportasi yang lebih lancer
antara desa-kota menyebabkan komunikasi danpengiriman barang dari desa ke
kota atau sebaliknya menjadi lancer. Hal ini akan meningkatkan ekonomi desa,
khususnya bidang perdagangan
5.
Teknologi tepat guna dalam
bidang pertanian dan peternakan akan meningkatkan produksi desa. Hal itu akan
meningkatkan penghasilan penduduk yang pada gilirannya akan meningkatkan
penghasilan desa
6.
Masuknya para ahli di berbagai
disiplin ilmu pengetahuan bermanfaat bagi desa dalam melestarikan lingkungan,
khususnya pencegahan erosi dan pencarian sumber air bersih. Selain itu usaha
meningatkan bidang pengairan dapat dilaksanakan.
7.
Bantuan pemerintah dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang wiraswasta, antara lain kerajinan
tangan, industry rumah tangga. Peternakan serta teknik pertukangan
8.
Pengetauan masalah
kependudukan, khususnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) sudah
tersebar di desa-desa
9.
Berkembangnya organisasi sosial
dan koperasi desa, telah membawa pengaruh positif bagi penduduk desa.
b.
Dampak negatif komunikasi desa
antara lain
1.
Modernisasi kota dikhawatirkan
mengubah cara hidup pemuda desa,merka cenderung meninggalkan orientasi
pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka. Mereka tidak mau lagi mengelola
sawah dan ladangnya.
2.
Pengaruh televise, khususnya
film-film yang berbai seks dan kejahatan, jika salah dalam menafsirkan akan
berbahaya. Penduduk desa yang masih murni dapat meniru adegan film, sehingga
timbul prostitusi dan kriminalitas.
3.
Terbukanya kesempatan kerja
dan daya tarik kota di berbagai bidang, telah menyerap tenaga muda dari desa.
Hal itu menyebabkan tenaga kerja yang potensial di desa sangat berkurang
4.
Perluasan kota dan masuknya
orang-orang kota (berharta) ke desa telaj mengubah tata guna lahan desa.
5.
Masuknya kehidupan kota yang
tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi kota, cenderung mengganggu tata
pergaulan dan seni budaya.
6.
Masalah lain yang mungkin
timbul akibat interaksi desa-kota adalah pengangguran, tuna wisma dan
kriminalitas.
Pengertian kota
1. Menurut Max Weber, kota adalah tempat yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah
adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan
bersifat kosmopolitan.
2. Menurut Louis Wirth, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat
dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
3. Menurut Arnold Toybee, sebuah kota selain permukiman, juga merupakan
sesuatu kekomplekan yang khusus dan tiap kota menunjukan pribadinya
masing-masing.
4. Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman yang kepadatan
penduduknya yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur
mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beranekaragam
serta ditutupi oleh gedung-gedung yang tinggi berlokasi berdekatan.
5. Menurut R. Bintarto, kota merupakan suatu bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar, corak kehidupan yang lebih heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
6. Menurut Peraturan menteri dalam negeri nomor 2 Tahun 1987, Pasal 1,
kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta pemukiman yang telah
memperhatikan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
B. Bebrapa istilah
yang berhubungan dengan kota
Menurut Prof.
R. Bintarto, terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian kota
antara lain sebagai berikut:
1. City adalah pusat kota.
2. Urban adalah suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan
dan penghidupan modern atau dapar disebut daerah perkotaan.
3. Suburban atau Faubourgh adalah suatu
area yang lokasinya dekat pusat kota atau inti kota dengan luas mencakup daerah
penglaju dan commuter.
4. Suburban Fringe adalah suatu
daerah peralihan antara kota dari lokasinya mengelilingi saburban.
5. Urban Fringe adalah jalur daerah batas luar kota
kecuali kota.
6. Rural Urban Fringe adalah jalur
daerah yang terletak antara daerah kota dengan desa, yang ditandai dengan
penggunaan tanah campuran.
7. Town adalah suatu kota kabupaten.
C. Klasifikasi kota
Kalsifikasi
kota antara negara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini sangat
dipemgaruhi oleh tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai dan jumlah
penduduk negara yang bersangkutan.
Klasifikasi
kota adalah penggolongan atau pengelompokkan kota berdasarkan beberapa kriteria
tersebut, antara lain sebagai berikut.
Berdasarkan
sejarah berdirinya
1. Kota-kota sebelum masehi, yaitu kota-kota
yang didirikan kira-kira 2500 tahun sebelum masehi (SM), misalnya: Athena,
Roma, Babilonia, dan sebagainya.
2. Kota-kota abadi pertengahan, yaitu
kota-kota yang dibangun sekitar abad ke-5 hingga abad ke-10 karena pengaruh
kegiatan perdagangan yang mulai ramai, misalnya Genoa dan Venice.
3. Kota-kota lama di Timur Tengah dan Timur jauh, yaitu kota-kota yang berdiri akibat pengaruh perdagangan antara bangsa
portugis eropa, seperti Portugis, Spanyol, kawasan Timur Tengah dan Timur jauh,
misalnya Baghdad, Damaskus, dan Beijing.
4. Kota-Kota dunia modern, yaitu
kota-kota yang berkembang pesat akibat kemajuan di bidang ekonomi,
transportasi, industri, dan lain-lain, misalnya Birmingham, Pittsburg, dan
Manchester.
2.
Berdasarkan
tingkat perkembangannya.
1. Tingkat Eopolis, yaitu suatu
desa yang berkembang dan telah menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan atau
yang berkembang menjadi kota baru.
2. Tingkat polis, yaitu suatu
kota yang masih memiliki ciri-ciri atau sifat agraris. Sebagai kehidupan
ekonominya masih ditopang oleh sektor pertanian. Di Indonesia, sebagaian besar
perkotaan masih berada pada sebagian besar perkotaannya masih berada pada
tingkat polis.
3. Tingkat metropolis, yaitu kota
besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri, misalnya Medan, Jakarta,
Bandung, dan Surabaya.
4. Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah
perkotaan yang terdiri dari bebrapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya
sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. Dalam beberapa hal, kota
pada tingakt megapolis ini telah menunjukan adanya penurunan. Kualitas yang
mendekati kemunduran. Contohnya gabungan kota-kota besar di Amerika Serikat
dari Boston sampai Washington.
5. Tingkat Nektropolis, yaitu kota
yang berkembang menuju keruntuhan.
3.
Berdasarkan
fungsinya
1. Kota pusat produksi, yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh (batubara), Arun dan
Bontang (LPG), dan lain-lain. Contoh kota produsen barang setengah jadi dan
barang jadi, yaitu kota-kota industri seperti Jakarta, Bandung, Cilegon,
Gresik, surabaya, dan lain-lain.
2. Kota pusat perdagangan, yaitu kota
yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun
internasional, misalnya Jakarta, Singapura, Hongkong, Rotterdam, dan Bremen.
3. Kota pusat pemerintahan, yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat kesehatan dan rekreasi, umumnya terletak di
daratan tinggi yang sejuk atau di tepi pantai, misalnya Cipanas, Kaliurang,
Monoco, Palm Beach, dan Florida.
4.
Berdasarkan
jumlah penduduknya
1. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–50.000
orang. Umumnya, misalnya Porong, Babat, Kertosono, dan sebagainya.
2. Kota sedang, yaitu kota yang berpenduduk antara
50.000–100.000
50.000–100.000
orang. Misalnya, Lamongan, Ponorogo, Babat, Kertosono, dan sebagainya.


3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara
100.000–1000.000 orang. Misalnya, Malang, Kediri, Madiun, dan sebagainya.
4. Kota Metropolitan, yaitu kota
yang berpenduduk antara 1.000.000–5.000.000 orang. Misalnya, Medan, Bandung,
Surabaya, dan sebagainya.
5. Kota Megapolitan, yaitu kota yang
berpenduduk lebih dari 5.000.000 orang. Misalnya Jakarta, Tokyo, New York, dan
sebagainya.
D. Struktur ruang kota
Berdasarkan keadaan keruangan kota dengan lingkungan
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Inti kota (Core of City)
Inti kota merupakan pusat keadaan ekonomi, politik,
keadaan, dan lain-lain. Daerah ini sering di sebut pusat daerah kegiatan
(PDK) atau Central Business District (CBD). Daerah ini akan
berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan kebutuhan warga. Namun, daerah
ini sering pula mengalami perubahan daya tarik akibat perkembangan kota itu
sendiri. Wujud dari daerah pusat kegiatan atau inti kota adalah berupa kompleks
pertokoan, pemukiman, perkantoran, stasiun, terminal bus dan taksi, pasar,
sekolah, termpat hiburan, dan rekreasi.
2. Selaput inti kota
Selaput inti kota merupakan daerah luar dari inti
kota, sebagai akibat dari tidak tertampunganya kegiatan dalam kota. Bila inti
kota mengalami perkembangan hingga keluar daerah PDK, daerah di luar PDK ini
disebut selapt inti kota (SIK) atau disebut integument.
Perkembangan suatu inti kota dapat menimbulkan beberapa pola suatu inti kota
dapat menimbulkan beberapa pola unit kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1. Sentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala pengelompokkan pada suatu titik
tempat utama yang akan menjadi PDK atau nukleus utama.
2. Nukleasi, yaitu nukleus yang fungsinya mirip dengan PDK tetapi ukurannya
lebih kecil. Nukleasi dapat diartikan sebagai pembentukan nukleus-nukleus utama
yang lain.
3. Desentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala untuk menjauhi titik utama.
Gejala desentralisasi ini dapat menimbulkan nukleus-nukleus baru.
4. Segregasi, yaitu suatu kompleks (kelompok) perumahan yang terpisah satu
sama lain karena terjadi perbedaan sosial, ekomoni, dan kultural. Sebagai
contoh kelompok perumahan daerah miskin sering disebut daerah slum atau
daerah kumuh.
3. Kota satelit
Kota satelit merupakan suatu daerah memiliki sifat perkotaan dan
daerah ini memberi daya dukung bagi kehidupan kota. Kota satelit terbentuk
akibat perkembangan yang terjadi di dalam inti kota. Menurut F.Schnore, kota
satelit merupakan pusat-pusat kecil dibidang indutri yang berfungsi sebagai
kota produksi.
4. Suburban
Suburban
merupakan suatu daerah disekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah
permukiman dan manufaktur (pabrik). Menurut Walter T.Martin, suburban merupakan
kelompok mesyarakat yang relatif kecil dan berdiam dekat kota-kota tersebut.
Interpretasi
Citra pada Bentang Alam dan Bentang Budaya
Bentang alam
dan bentang budaya merupakan objek dari penginderaan jauh. Melalui metode
penginderaan jauh, keduanya dapat direkam oleh sensor sehingga menjadi citra. Dengan
interpretasi citra, unsur-unsur bentang alam dan bentang budaya dapat dikenali
dan hasilnya dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Di bawah ini
disajikan contoh pengenalan unsur bentang alam dan bentang budaya dari citra
penginderaan jauh yang disarikan oleh Prof. Dr. Sutanto dalam bukunya berjudul
Penginderaan Jauh, tahun 1992.
1.
|
Unsur Bentang Alam
|
|||
a.
|
Sungai
|
|||
Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap
jika airnya jernih, atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh
bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut
lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan ke
arah bawah (muara), gosong sungai meruncing ke arah hulu dan melebar ke arah
muara (lihat gambar 4.6 dan 4.7).
|
||||
b.
|
Dataran Banjir
|
|||
Dataran banjir memiliki permukaan yang rata dengan posisi lebih rendah
dari daerah sekitar. Kadang-kadang dijumpai tempat-tempat yang tidak rata
karena adanya bekas saluran atau adanya oxbow lake (danau tapal kuda).
Dataran banjir memiliki rona yang seragam atau kadang-kadang tidak seragam,
dan terdapat sungai yang posisinya kadang-kadang agak jauh.
|
||||
c.
|
Kipas Aluvial dan Kerucut Aluvial
|
|||
1)
|
Kipas aluvial berbentuk kipas dengan permukaan halus. Lereng bawahnya landai
(1 – 2 derajat) dengan bagian atas yang curam, rona yang putih sampai kelabu
putih dengan bagian bawah lebih gelap karena adanya vegetasi yang padat.
|
|||
![]() |
||||
![]() |
||||
Kapal besar dan kecil dapat dikenali dengan mudah, dan dapat dihitung
bila perlu. Rumahpun demikian pula halnya. Rumah kecilpun dapat dikenali dan
diukur luasnya bila diperlukan. Air Sungai Mahakam yang berona cerah
menunjukkan bahwa air itu keruh.
|
||||
2)
|
Kerucut aluvial bentuknya seperti kipas aluvial dengan ukuran lebih
kecil. Lerengnya curam (bisa mencapai 20 derajat).
|
|||
d.
|
Guguk Pasir (Beach Ridge)
|
|||
Gubuk pasir berbentuk sempit dan memanjang, lurus atau melengkung, igir
rendah dengan permukaan air yang datar, sejajar sama lain dan sejajar pantai.
Tak terdapat aliran permukaan dan erosi. Pada kawasan terbukti bentuknya
sesuai garis tinggi. Daerah ini sering dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau
jalan.
|
||||
e.
|
Hutan Bakau
|
|||
Hutan bakau memiliki rona sangat hitam karena daya pantul terhadap cahaya
rendah, ketinggian pohon seragam dan tumbuh pada pantai yang becek, tepi
sungai atau peralihan air payau.
|
||||
f.
|
Hutan Rawa
|
|||
Hutan rawa memiliki rona dan tekstur tidak seragam. Hal ini disebabkan
karena ketinggian pohonnya berbeda. Terletak antara hutan bakau dengan hutan
rimba di kawasan pedalaman.
|
||||
g.
|
Sagu dan Nipah
|
|||
1)
|
Sagu memiliki daun yang membentuk roset (bintang) sedang nipah tidak.
|
|||
2)
|
Sagu memiliki rona yang gelap sedang nipah berona cerah dan seragam.
|
|||
3)
|
Sagu tumbuh berkelompok sedang nipah tidak.
|
|||
4)
|
Tangkai bunga sagu memantulkan cahaya putih yang berasal dari tajuk bunga
sedang nipah tidak.
|
|||
2.
|
Unsur Bentang Budaya
|
|||
a.
|
Jalan Raya dan Jalan Kereta Api
|
|||
Jalan raya dan jalan kereta api memiliki bentuk memanjang, lebarnya
seragam dan relatif lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan
daerah sekitar dan pada umumnya cerah. Simpang jalan tegak lurus atau
mendekati tegak lurus (lihat gambar 4.8).
|
||||
b.
|
Terowongan dan Jembatan
|
|||
1)
|
Pada terowongan nampak seperti jalan atau jalan kereta api yang tiba-tiba
hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik yang lain.
|
|||
2)
|
Pada jembatan nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang menyilang jalan,
terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara jembatan dengan sungai.
Badan jembatan umumnya lebih sempit dari jalan yang dihubungkannya.
|
|||
c.
|
Stasiun Kereta Api, Terminal Bus, dan Bandar Udara
|
|||
1)
|
Pada stasiun kereta api terdapat bangunan rumah yang terpisah dari
sekitarnya, nampak cabang rel kereta api dan gerbong kereta api. Pada stasiun
besar nampak rel yang hilang pada satu sisi rumah dan timbul kembali pada
sisi yang lain.
|
|||
2)
|
Pada terminal bus nampak kawasan yang datar, teratur dan luas, terdapat
bangunan besar dengan deretan bus yang berjajar ke arah samping dan jaraknya
rapat.
|
|||
3)
|
Pada bandar udara nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. Landasan
yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung
terminal, tempat parkir pesawat dan kadang-kadang nampak pesawat terbangnya.
|
|||
d.
|
Lapangan Sepakbola
|
|||
Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran teratur (5 : 4), dengan
rona cerah dan tekstur yang halus. Pada foto skala 1 : 5.000 nampak gawang di
tengah garis belakang.
|
||||
e.
|
Rumah Permukiman
|
|||
1)
|
Rumah mukim berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di
tengah-tengah bagian atapnya, terletak dekat jalan dan ukuran rumah relatif
kecil (lihat gambar 4.8 dan 4.9).
|
|||
2)
|
Gedung sekolah bentuknya seperti I, L atau U dengan halaman yang teratur
dan bersih serta luas.
|
|||
3)
|
Rumah sakit merupakan bangunan seragam, besar dan memanjang, pola teratur
dengan deretan bangunan yang terpisah satu sama lain yang dihubungkan oleh
bangunan penghubung. Memiliki halaman yang luas untuk parkir dan letaknya di
tepi jalan.
|
|||
4)
|
Pabrik/industri memiliki gedung dengan ukuran besar dan pada umumnya
memanjang, beberapa gedung sering bergabung dengan jarak yang dekat (rapat).
Terletak di pinggir jalan, terdapat tempat bongkar muat barang, kadang-kadang
nampak tangki air/bahan bakar, cerobong asap dan sebagainya (lihat gambar
4.9).
|
|||
5)
|
Pasar memiliki bentuk dan ukuran gedung yang teratur dan seragam. Pola
teratur dengan jarak rapat, terletak di tepi jalan besar dan nampak
konsentrasi kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
|
|||
f.
|
Tanah Pertanian dan Perkebunan
|
|||
1)
|
Sawah berupa petak-petak persegi panjang pada daerah datar, pada daerah
miring bentuk petak mengikuti garis tinggi. Sering nampak saluran irigasi.
Jika pada sawah tersebut terdapat tanaman padi, memiliki tekstur yang halus dengan
rona gelap pada usia muda, abu-abu pada usia 2 bulan dan cerah pada usia tua.
Jika ditanami tebu, tekstur lebih kasar dari padi dan tampak jalur lariknya.
Tekstur dan rona nampak seragam pada kawasan yang luas.
|
|||
![]() |
||||
![]() |
||||
2)
|
Perkebunan karet memiliki jalur lurus dengan tinggi pohon seragam, jarak tanaman
dalam jalur teratur demikian juga jarak antar jalur. Tekstur mirip beledu
dengan rona yang gelap. Terletak pada ketinggian 50 - 60 m dari permukaan
laut dengan relief miring.
|
|||
3)
|
Perkebunan kopi tampak sebagai deretan lurus titik-titik hitam dan latar
belakang cerah. Pohon pelindung lebih tinggi dan lebih jarang. Jarak tanaman
teratur (3 - 4 m) dan tinggi tanaman 3 - 4 m. Terletak pada kawasan yang
miring sampai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut. Tanahnya gembur dan
mampu meresap air sampai dalam, dengan curah hujan lebih dari 2000 m setiap
tahun.
|
|||
4)
|
Perkebunan kelapa memiliki pola yang teratur dengan rona yang cerah dan jarak
tanaman sekitar 10 m dengan tinggi pohon mencapai 15 m. Terdapat pada daerah
yang mudah meresap air dengan curah hujan yang cukup banyak. Tajuk pohon
berbentuk bintang.
|
|||
5)
|
Perkebunan kelapa sawit memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk bintang.
Teksturnya lebih halus dari pada tanaman kelapa, rona gelap dengan jarak
tanaman teratur (6 - 9 m) dan curah hujan 2.000 mm - 4.000 mm per tahun.
|
|||
Setelah Anda mempelajari kegiatan belajar 4 dan memahaminya, maka Anda dapat
mengerjakan tugas/tes mandiri di bawah ini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar