BUKU PINTAR OSN 2014

LATIHAN OSN GEOGRAFI PROPINSI



http://mhharismansur.blogspot.com/2013/03/soal-dan-jawaban-olimpiade-geografi.html




Backwash EFEK
Berikutnya, teori yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal (1957), yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dengan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash effect dan spread effect. Berbeda dengan Hirschmann, pandangan Myrdal cenderung bernada pesimisme. Untuk Indonesia, pesimisme Myrdal menjadi kenyataan, efek pengurasan sumber daya manusia dan kapital wilayah belakang (backwash effect) bekerja lebih kuat dibanding spread effect. Hal ini kurang memberi efek positif bagi perkembangan wilayah belakang, bahkan cenderung bersifat akumulatif-eksploitatif. Efek trickle-down tidak terjadi karena akumulasi kapital pada suatu wilayah – yang dicirikan dengan berkembangnya footloose industry, tidak memiliki keterkaitan bahan baku dalam prosesnya dengan produksi di wilayah belakangnya, sehingga kurang berfungsi sebagai penggerak perkembangan wilayah.

Landasan teori lainnya yang cukup penting dikemukakan oleh John Friedmann (1966), yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan. Teori Friedmann kemudian populer dengan istilah center-periphery theory atau teori pusat pertumbuhan, dimana penetapan pusat-pusat perumbuhan sebagai prioritas dalam pembangunan diasumsikan akan memberi efek positif bagi pengembangan wilayah belakangnya.

REVOLUSI HIJAU

ahabat sdi, pada kesempatan kali ini Simak Dulu Info akan berbagi artikel mengenai Sejarah Revolusi Hijau. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor pertanian di Indonesia tidak lepas dari perkembangan sektor industri pertanian itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di dunia ditandai dengan munculnya Revolusi Hijau.
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk.
Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi. Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu peru-bahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya meningkatkan produksi pangan. Revolusi Hijau sering disebut juga Revolusi Agraria. Pengertian agraria meliputi bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah
Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan me-maparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian (pangan). Malthus berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 31, 64, dan seterusnya), sedangkan hasil pertanian mengikuti deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dan seterusnya). Hasil penelitian Malthus itu menimbulkan kegemparan di Eropa dan Amerika.
FENOMENA REVOLUSI HIJAU GENERASI KEDUA
            Hasil spektakuler dari Revolusi Hijau berupa peningkatan produksi dan produktifitas pertanian. Revolusi Hijau merujuk pada suatu proses perubahan teknologi budidaya pertanian secara besar-besaran, memamfaatkan temuan-temuan dan terobosan baru hasil penelitian di bidang pertanian yang berupa : adopsi benih dan bibit unggul, penggunaan pupuk dan pestisida, pengelolaan air irigasi dan drainase, intensifikasi areal pertanian yang baru dibuka, dll. Hasil nyata yang dinikmati Indonesia yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, yang sayangnya terlepas kembali sejak awal dekade 1990-an ini.
            Data menunjukkan pada periode 1965-1984, tingkat pertumbuhan produksi padi, gandum, dan jagung dunia berturut-turut adalah 3,1 3,2 dan 2,8% per tahun. Angka tersebut menurun pada periode 1985-1991 menjadi 2,2 2,0 dan 0,0 %(FAO,1995). Kemungkinan besar penyebab menurunnya produktifitas tersebut adalah sumber-sumber pertumbuhan tersebut sudah terlalu jenuh (exhausted). Andalan utama Revolusi Hijau mungkin sudah mencapai titik jenuh. Juga investasi sarana dan prasarana irigasi mulai menurun terkait menurunnya penerimaan ekonomis yang dapat diperoleh oleh petani dan negara secara agregat.
            Saat ini proses perubahan teknologi di sektor pertanian itu telah masuk pada suatu fase yang mementingkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Perlu suatu lembaga untuk mempertahankan dan mencari sumber-sumber pertumbuhan baru di sector pertanian. Fase institusionalisasi proses produksi pertanian tersebut disebut Revolusi Hijau Generasi Kedua. Bab ini akan menguraikan fenomena Revolusi Hijau Generasi Kedua tersebut dan keterkaitannya dengan strategi dan kebijakan pangan nasional Indonesia.





Morfologi GUMUK PASIR
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk
1.      sabit (barchans),tidak punya barier ,ada yang tinggi dan rendah
2.      melintang (transverse), seperti ombak arah tegak lurus
3.      memanjang (longitudinal dune), terjadi searah arah angin
4.      parabola (parabolik), arah angin berhadapan dengan arah angin
5.       bintang (star dune).  Dari segala arah
Kerja angin mempunyai 2 aspek, yaitu erosif dan akumulatif. Akumulatif seperti yang terjadi di daerah pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dari materialnya. Bentuk-bentuk gumuk pasir seperti barchan, parabolik, longitudinal dan transversal merupakan tipe gumuk pasir yang berkembang di bawah pengaruh aktivitas angin. Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan dengan bentuk teratur.




Keseimbangan dan SIFAT Ekosistem
Individu yang menyusun populasi dalam ekosistem selalu tumbuh dan berkembang. Komponen abiotik yang memengaruhi ekosistem juga terus-menerus mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pada komunitas dan ekosistem. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Perkembangan ekosistem dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem yang kompleks dan seimbang disebut suksesi. Ekosistem yang seimbang adalah ekosistem yang komponen penyusunnya memiliki komposisi yang seimbang. Komposisi seimbang bukan berarti jumlahnya sama. Misalnya pada waktu musim hujan, jumlah rumput (produsen) di suatu padang rumput meningkat sehingga dapat mencukupi kebutuhan makan populasi rusa. Ketika musim kemarau, jumlah rumput berkurang sehingga menyebabkan jumlah rusa juga menurun. Apabila perubahan komposisi itu terjadi secara seimbang dari waktu ke waktu, maka ekosistem itu dikatakan seimbang dan dapat bertahan lama. Daya lenting ekosistem adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali dalam keadaan seimbang. Apabila ekosistem yang seimbang mendapat gangguan, keseimbangan ini dapat mengakibatkan perubahan yang dapat menyebabkan terbentuknya keseimbangan baru. Sifat ekosistem sangat dinamis, sehingga dapat terjadi perubahan jumlah komposisi komponen biotik dari waktu ke waktu. Tidak semua gangguan ekosistem dapat diatasi dengan daya lenting ekosistem secara alami. Kebakaran hutan atau penebangan hutan yang berlebihan dapat mengakibatkan keseimbangan ekosistem tidak dapat pulih dengan segera.
                                                              


PRINSIP BERKELANJUTAN
Pada tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Brundtland Report  atau yang lebih dikenal dengan nama “Our Common Future.” Secara politis, laporan ini menandai masuknya urusan lingkungan kedalam agenda politik ekonomi bangsa-bangsa. Kerusakan ekologis yang disebabkan oleh upaya pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi telah memberikan ancaman yang nyata. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kesinambungan sumber daya ke generasi yang akan datang.
Di dalam laporan tersebut, dikonsepkanlah prinsip sustainable development yang diterjemahkan menjadi ‘pembangunan berkelanjutan’ yang kemudian menjadi tema kampanye pembangunan di banyak negara, terutama negara-negara berkembang. Prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah proses pemanfaatan alam dan pengunan ekonomi yang tidak mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiga prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan melingkupi upaya untuk melindungi lingkungan hidup, masyarakat sekitar serta ketersediaan sumber daya di masa yang akan datang, atau disebut dengan Environment, Local People and Future (ELF).
Berdasarkan dokumen World Commission on Environment and Development dipaparkan bahwa pembangunan berkelanjutan menekankan pada pentingnya untuk pengendalian pengambilan sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui. Kedua sumber daya alam tersebut masih dapat diambil, namun harus mempertimbangkan dampak pengambilannya serta meminimalisir efek negatifnya. Negara-negara didorong untuk mulai memperhatikan implikasi sosio-kultural serta environmental dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warganya. Misalnya saja, suatu negara masih dapat menembang hutan mereka namun menanamnya di tempat yang berbeda. Pada intinya, konsep sustainable development jembatan terhadap kebutuhan ekonomis dengan upaya perlindungan lingkungan dan masyarakat lokal. Upaya untuk mendorong diterapkannya prinsip pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan tiga cara: 1) melalui pendidikan, 2) reformasi dan pengembangan institusi yang ada, serta 3) melalui regulasi yang baik.
Dengan dimasukkannya konsep pembangunan berkelanjutan di dalam dokumen WCED, ada harapan terhadap perubahan pola kebiakan dan investasi di berbagai belahan dunia. Sekalipun isu lingkungan pada masa itu masih merupakan agenda minoritas, namun mulai terlihat trend yang cukup positif terhadap wacana lingkungan hidup di dalam diskusi internasional. Dokumen “Our Common Future’ menjadi dokumen bersejarah yang menandai perjalanan diimplementasikannya berbagai prinsip untuk mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan di berbagai negara.


Dampak Intrusi Air Laut

Banyaknya pembangunan di wilayah pesisir pantai tentunya berdampak pada naiknya tingkat populasi penduduk di wilayah pesisir pantai tersebut. Itu berarti bahwa kebutuhan air tanah di wilayah tersebut juga meningkat tentunya.Oleh karena itu di wilayah pesisir pantai dengan tingkat kebutuhan air tanah yang tinggi rawan terjadinya "intrusi air laut".  
Intrusi Air Laut
Sumber : www.lenntech.com  
Apa itu intrusi air laut? 
Intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air laut ke arah daratan. Perbedaan tekanan air tanah yang lebih kecil dibandingkan air laut pada kedalaman yang sama menyebabkan terjadinya intrusi air laut ini. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan batas antara air tanah dan air laut naik ke daratan, sehingga air tanah di wilayah pesisir pantai tersebut menjadi terasa asin.  
Faktor - faktor yang dapat menyebabkan intrusi air laut : 
1. Pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas. 
2. Pemangkasan hutan mangrove di pesisir pantai. 
3. Pemanasan global. 
4. Turunnya muka air tanah akibat proses geologi (pergeseran lempeng tektonik).  
Dampak intrusi air laut : 
1. Kebutuhan akan air bersih semakin sulit, karena air tanah sudah terkontaminasi dengan air laut sehingga rasanya menjadi asin. 
2. Pertanian di sekitar pesisir pantai akan mengalami kerugian karena kebutuhan air tawar untuk irigasi semakin berkurang. 
3. Kesehatan penduduk sekitar pesisir pantai memburuk karena kurangnya konsumsi air bersih.  
Cara - cara untuk mencegah terjadinya intrusi air laut : 
1. Memberi batasan pengambilan air tanah kepada penduduk sekitar pesisir pantai sesuai ketentuan yang berlaku. 
2. Menjaga dan melestarikan kembali hutan mangrove di pesisir pantai. 
3. Membuat bendungan atau penampungan air bersih. 
Semoga dengan penjelasan ini kita semua bisa menggunakan air tanah di wilayah pesisir pantai dengan bijak demi kehidupan kita da
KEUNGGULAN DAN MANFAAT BIOPORI
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. (Gambar 1)
Gambar 1.Keunggulan Lubang Resapan Biopori
Meningkatkan Daya Resapan Air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman
Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan dapat dihindari.

   KELAS LAHAN DAN KEMIRINGAN 


Kemiringan lereng

Kelas Lereng

No

Kelerengan

(%)

Bentang alam Sifat dan kesesuaian lahan

1. 0 - 8% Datar Cocok untuk pengembangan permukiman dan pertanian. Sebagian wilayah dapat berpotensi terjadi bencana banjir dan drainase yang buruk.

2. 8 - 15% Landai Irigasi terbatas tetapi baik untuk pengembangan pertanian tanaman keras, drainase baik dan cocok untuk pembangunan permukiman/perumahan dan areal bisnis.

3. 15 - 25% Bergelombang Cocok untuk cultivation, problem erosi cukup besar, cocok untuk pengembangan industri ringan, komplek permukiman/perumahan dan fasilitas rekreasi.

4. 25 - 45% Terjal Cocok untuk dikembangkan menjadi tempat tinggal secara cluster, pariwisata

dengan intensitas rendah, hutan dan padang rumput.

No

Kelerengan

(%)

Bentang alam Sifat dan kesesuaian lahan

5. > 45% Sangat terjal Daerah sesuai untuk tempat tinggal satwa liar, hutan dan padang rumput terbatas.

Sumber: Modifikasi Dari Noor, 2005

4. Batuan






SUKU BANGSA
Semua suku bangsa di dunia punya sejarah yang menarik tentang penduduk aslinya. Seperti suku Indian yang merupaka penduduk asli di Negara Adi kuasa Amerika Serikat, ataupun suku Bushman ( kl nonton film "God Must Be Crazy" pasti tau ttg suku Bushman) dari benua Afrika. Suku Ainu yg merupakan penduduk asli negara Jepang, suku Asmat, suku Sasak dll yg berasal dari negara Indonesia kita tercinta. Sepertinya belum ada trit yang membahas soal suku2 ini yah, jadi sebelumnya saya permisi dulu, trims.Aborigin : suku di Australia

Adapula suku bangsa berdasarkan percampuran ras seperti Orang Peranakan yang merupakan campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, orang Indo sebutan campuran bule dengan bangsa Melayu,
orang Mestis untuk campuran Hispanik dengan bumiputera,
 Eurosia, dan sebagainya.

Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan (patrilinial) seperti suku Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa. Adapula ditentukan menurut agamanya, sebutan Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang muslim, orang Serani bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya.
MENGENAL JENIS-JENIS AWAN

Sumber Gambar: BKMG Jakarta 2010
Seorang ahli (Gibbs (1987) mengatakan yang dimaksud dengan iklim adalah keadaan atmosfer yang meliputi suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Keadaan atmosfer tersebut ditentukan adanya proses penguapan air yang terangkat keatas dan pada ketinggian tertentu terdinginkan dan membentuk butiran air (hujan) dan bila ukuran butir air ini bertambah besar secara visual terlihat sebagai awan. Salah satu cara untuk menetapkan ramalan/prakiraan iklim/cuaca, dapat dilakukan dengan membaca gejala alam yaitu dengan melihat jenis awan yang nampak, apakah awan tersebut mengandung hujan lebat, petir, kilat, atau bahkan berpotensi terjadi badai, cuaca buruk dan turbulensi yang sangat besar.
Ada 10 (sepuluh) jenis awan utama yaitu cirrus (Ci), Cirrocumulus (Cc), Cirrostratus (Cs), Altocumulus (Ac), Altostratus (As), Stratus (St), Stratocumulus (Sc), Cumulus (Cu), Nimbostratus (Ns), Cumulonimbus (Cb). Ciri dan sifat dari jenis-jenis awan tersebut sebagai berikut :
Cirrus (Ci), awan terlihat halus dan lembut seperti bulu2, berwarna putih. Ketinggian umumnya lebih dari 5.000 meter. Terdiri dari kristal es, suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.
Cirrocumulus (Cc), mengandung butiran air super-dingin, bercampur dengan kristal es. Butiran air cepat membeku. Awan ini berumur sangat singkat, cepat berubah menjadi cirrostratus. Mengandung hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), bercampur salju.
Cirrostratus (Cs), gugusan kristal es, menyebar dan menutupi sebagian atau seluruh langit. Menyerupai selaput tipis tembus cahaya. Sering terbentuk cincin atau halo di sekeliling matahari atau bulan. Kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), seolah-olah cerah di permukaan.
Altocumulus (Ac), puncak awan putih bergulung, dengan dasar awan lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa berkembang menjadi awan hujan lainnya, bahkan cumulonimbus. Lapisan awan lenticularis dapat terbentuk di atas pegunungan, atau angin kencang pada siang hari, massa udara stabil dan kering.
Altostratus (As), awan seperti lembaran halus berwarna abu-abu gelap. Dapat menghasilkan hujan gerimis, hujan ringan hingga sedang. Umumnya terbentuk sepanjang sore hari, diikuti hujan pada senja atau malam hari.
Dalam kondisi tertentu dapat berkembang awan altostratus lenticularis, akibat angin kencang, dan tidak menghasilkan hujan.
Stratus (St), awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk lembaran atau lapisan. Tidak tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi dimana aliran angin mengakibatkan udara terkondensasi pada lapisan atmosfer bawah. Kadang-kadang terlihat sebagai kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang menjadi awan badai nimbostratus.
Stratocumulus (Sc), awan rendah yang umumnya bergerak lebih cepat dari cumulus. Cenderung lebih mengembang ke arah horisontal daripada arah vertikal. Dasar awan umumnya lebih gelap daripada puncak awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam. Dapat terlihat seperti lembaran rendah yang lebar, atau berbentuk rekahan dimana cahaya matahari terlihat melalui rekahan tersebut.
Cumulus (Cu), adalah awan yang mengandung kristal es. Terlihat seperti serabut atau buntut kuda berwarna putih. Terlihat pada posisi yang sangat tinggi, umumnya lebih dari 5.000 meter dimana suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.
Nimbostratus (Ns), berwarna gelap, visibility rendah, langit tertutup awan, dan sinar matahari terhalang. Umumnya disertai cuaca buruk. Hujan turun dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama.
Cumulonimbus (Cb), awan cumulus yang tumbuh vertikal ketika cuaca terik. Mengandung hujan lebat, petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca buruk. Turbulensi sangat besar.
Oleh : Ir.Sri Puji Rahayu, MM
Sumber : Awan serta Hubungannya dengan Hujan dan Musim, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010.
Gambar : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010
ANGIN
Angin adalah massa udara yang bergerak (Lakita dalam Farita, 2006). Menurut Pariwono (1989), angin didefinisikan sebagai gerakan udara mendatar (horizontal) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara dua tempat. Atmosfer selalu berusaha membentuk sebaran tekanan yang seragam, maka massa udara yang padat dari tekanan tinggi mengalir ke tempat bertekanan rendah dimana massa udaranya relatif lebih renggang.

http://4.bp.blogspot.com/-idE8R32eDSg/TvNVh3F09uI/AAAAAAAAAbc/ubV8wnAZQP8/s320/Angin.jpg
Angin Tidak nampak tapi bisa dirasakan


Penyebab Terjadinya Angin
Salah satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien tekanan. Gaya gradien tekanan timbul karena adanya perbedaan suhu udara. Dalam hal ini hubungan antara permukaan bumi dalam menerima energi radiasi matahari yang sama tapi mempunyai laju pemanasan yang berbeda – beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Perbedaan tekanan udara pemanasan terlihat dari suhu udara yang berada langsung diatas permukaan yang terpanasi sehingga menyebabkan ketidakseimbangan yang menimbulkan perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Gradien tekanan ini akan memicu terjadinya angin. Atmosfer selalu berusaha membentuk sebaran tekanan yang seragam, maka massa udara yang padat dari tekanan tinggi mengalir ke tempat bertekanan rendah dimana massa udaranya relatif lebih renggang.

Kuat atau lemahnya hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya. Disamping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek (frictional force) (Pariwono, 1989). Semakin besar perbedaan tekanan udara maka semakin besar pula kecepatan angin berhembus (Hasse dan Dobson, 1986 dalam Farita, 2006).



Faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan angin adalah gaya coriolis. Gaya coriolis timbul akibat rotasi bumi. Gaya coriolis menyebabkan perubahan gerak angin ke arah kanan pada belahan bumi bagian utara dan pembelokan angin ke arah kiri pada belahan bumi bagian selatan. 
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor :
1) Gradien barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)

Makin besar gradien barometrik, makin besar pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 900 sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas.

PERUBAHAN IKLIM
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) kurang lebih mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang, biasanya dalam satu dekade atau lebih (IPCC, 2001). Kementerian Lingkungan Hidup (2001) mendefinsikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik atmosfer bumi ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Selanjutnya LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Beberapa definisi diatas pada intinya menjelaskan bahwa perubahan iklim terkait dengan perubahan cuaca yang menyebabkan dampak yang luas pada manusia dan lingkungan baik secara lokal maupun global.
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian pemahaman mengenai perubahan iklim diatas, manusia memiliki kontribusi yang besar pada terjadinya perubahan iklim. Berdasarkan laporan IPCC pada tahun 2007 kemungkinan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim adalah sebesar 90%, keadaan ini lebih tinggi dari laporan terakhir dari IPCC pada tahun 2001 dimana kemungkinan manusia sebagai penyebab perubahan iklim adalah sebesar 60%. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa penyebab utama terjadinya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti peningkatan gas CO2 yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan dari lahan hutan menjadi lahan yang bernilai ekonomi seperti pemukiman dan perkebunan, sedangkan peningkatan gas metan (CH4) dan gas dinitrogen oksida (NO) disebabkan oleh aktivitas pertanian.
EL NINO DAN LA NINA
Pengertian El-Nino :

El-Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah (dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan Pacasmayo. Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin kerena naiknya massa air di bawah permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling)
Kejadian ini  kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun.
El-Nino  adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di serkitar pasifik tengah dan timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El-Nino  tidak dapat dilihat.
El-Nino  sering disebut fase panas (warm event) di samudera pasifik ekuatorial bagian tengah dan timur. El-Nino  diindikasikan dengan beda tekanan atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau yang disebut Osilasi Selatan. Disebut demikian karena keduanya terletak di belahan bumi bagian selatan. El-Nino  ditandai dengan indeks osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif, artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
Ketika terjadi El-Nino  angin pasat timuran melemah. Angin berbalik ke barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke barat. Hal ini menyebabkan peruabahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah perairan pasifik tengah, pasifik timur, dan amerika tengah.  Selain itu air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang pantai selatan amerika dan pasifik timur berkurang atau bahkan menghilang sama sekali. Wilayah pasifik tengah, pasifik timur menjadi sehangat pasifik barat.

Dampak El-Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia

Fenomena El-Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah indonesia berkurang. Tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El-Nino tersebut. Namun, karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino.
El-Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Kekeringan dan kebakaran hutan terparah terjadi pada tahun 1977. Kebakaran tersebut menimbulkan polusi udara yang menyebar hingga ke negara-negara tetangga seperti malaysia, Brunei, Filipina dan Thailand.
EUTROFIKASI
Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga sering disebut dengan blooming. Dengan kata lain merupakan pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah dimana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik.

Proses Terjadinya Euterofikasi

Limbah organik kebanyakan akan mengair ke sungai, danau atau perairan lainnya melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4):

COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + enerji … ….(3)
COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru) …..(4)

Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.

Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan sebagai reaksi.

Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob.

Pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.

Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton tersebut menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan termasuk karena beracun.

Arus Laut

Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).
Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.
Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983).

Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990)
Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air  yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin.

c.Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.
e.Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa.
f. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary
Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores. Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya.
Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :
Arus Ekman; Arus yang dipengaruhi oleh angin
Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi
Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut
Arus Geostropik : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis
Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan
MITIGASI BENCANA
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: (a) kesiapsiagaan; (b) peringatan dini; dan (c) mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan dilakukan melalui:
  1. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;
  2. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;
  3. penyediaan dan penyiapan barang pasokan  pemenuhan kebutuhan dasar;
  4. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi  tentang mekanisme tanggap darurat;
  5. penyiapan lokasi evakuasi;
  6. penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan
  7. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
Peringatan Dini
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui:
  1. pengamatan gejala bencana;
  2. analisis hasil pengamatan gejala bencana;
  3. pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang;
  4. penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; dan
  5. pengambilan tindakan oleh masyarakat.
Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi dilakukan  melalui:
  1. pelaksanaan penataan tata ruang;
  2. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,  tata bangunan; dan
  3. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern;
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:
  1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
  2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;
  3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.

Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.


Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

Mitigasi Bencana

Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.



  iklim katulistiwa

Karena secara Geografis terletak di antara dua samudra dan dua benua, Indonesia memiliki tiga iklim utama, yaitu: iklim musim (muson), iklim tropis (iklim panas), dan iklim Laut.

A. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim ini terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah setiap  setengah tahun sekali. Pada bulan Oktober-April, angin bertiup berasal dari Barat Daya yang bersifat basah sehingga menimbulkan musim hujan. Sementara itu pada bulan April-Oktober, angin yang bertiup berasal Timur Laut yang bersifat kering sehingga menimbulkan musi kemarau.

1. Angin Musim Barat Daya
Angin ini bertiup antara bulan Oktober sampai April, dan bersifat basah. Akibat angin ini, Indonesia mengalami musim penghujan.

2. Angin Musim Timur Laut
Angin ini bertiup antara bulan April sampai Oktober, dan bersifat kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut Indonesia mengalami musim kemarau.

B. Iklim Tropis
Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas, sehingga negara Indonesia memiliki iklim tropis (panas). Iklim ini terjadi karena Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa.

C. Iklim Laut
Sebagai besar wilayah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut dan samudra. Hal ini menyebabkan Indonesia mempunyai iklim laut. Sifat iklim laut ini lembab dan banyak mendatangkan hujan.

Iklim laut ini mengakibatkan perubahan arah angin di daerah pantai. Pada malam hari, angin bertiup dari arah darat ke laut. Pada siang hari, angin bertiup dari arah laut ke darat.
 210  0  0  0

Ditulis Oleh : khairul anas ~ All- Round About Knowledge

Iklim khatulistiwa, juga dikenali sebagai iklim hutan hujan tropika, ialah sejenis iklim tropika yang tidak mengalami musim kering, iaitu kesemua 12 bulan dalam setahun mencatat nilai kerpasan min sekurang-kurangnya 60 mm (2.36 inci). Iklim khatulistiwa tiada musim panas dan sejuk yang ketara, sebaliknya bercuaca panas dan lembap sepanjang tahun dengan hujan lebat yang turun pada waktu petang hampir setiap hari. Panjang waktu siangnya hampir sama setiap hari, meskipun jurang perbezaan suhu purata antara siang dan malam jauh lebih ketara berbanding perbezaan suhu purata antara "musim panas" dan "musim sejuk".
Iklim khatulistiwa biasanya ditemui di garis lintang antara lima darjah di Utara dan Selatan dari khatulistiwa yang didominasi oleh Zon Pertemuan Antartropika. Namun demikian, di tempat lain wujudnya juga mikroiklim tropika, apatah lagi bukan semua tempat di sepanjang rantau khatulistiwa beriklim khatulistiwa (lihat juga zon kering khatulistiwa).
Ciri-ciri iklim:
  • Garis lintangnya berada dalam Jalur Tekanan Rendah Doldrum sepanjang tahun, maka tidak mengalami perubahan musim.
  • Matahari tengah hari sentiasa berhampiran dengan garis tegak dan mencapai kepanasan tertinggi dua kali setahun, iaitu pada waktu ekuinoks.
  • Suhu harian purata adalah 26 °C (79 °F) sepanjang tahun. Litupan awan yang berlebihan dan curahan hujan yang lebat menghalang kenaikan suhu melebihi 26°C.
  • Perubahan suhu harian adalah antara 2 °C (36 °F) dan 5 °C (41 °F), iaitu lebih besar daripada julat suhu tahunan iaitu 2°C.
  • Curahan hujan adalah lebat sekali dan selalunya bersifat perolakan.
Iklim khatulistiwa dilambangkan oleh Af mengikut sistem pengelasan iklim Köppen. Hutan hujan tropika merupakan tumbuh-tumbuhan semula jadi di rantau khatulistiwa.

Cabang Cabang Ilmu Geologi

Kristalografi yaitu ilmu yang mempelajari kristal dan mineral
Mineralogi yaitu ilmu yang mempelajari mineral
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari asal mula batuan
Petrologi Sedimen yaitu ilmu yang mempelajari batuan sedimen
Geologi Struktur yaitu ilmu yang mempelajari sikap, bentuk, dan tatanan batuan pada kerak bumi
Geologi Fisikal yaitu ilmu yang mempelajari proses eksternal dan internal, seperti erosi, deposisi, dan aktivitas gunung berapi
Sejarah Geologi yaitu ilmu yang mempelajari kronologi peristiwa dari perkembangan bumi
Stratigrafi yaitu ilmu yang mempelajari urutan dan kronologi dari lapisan batuan
Paleontologi yaitu ilmu yang mempelajari kehidupan
Geofisika yaitu ilmu yang mempelajari sifat fisika material pembentuk kerak bumi
Geokimia yaitu ilmu yang mempelajari sifat kimia material pembentuk kerak bumi
Geologi Ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari kegunaan praktis dari material geologis
Gelogi Tambang yaitu ilmu yang mempelajari masalah jebakan material dan

Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum, yaitu :
1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung
2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping
3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v)
4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar
5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna

WALTER CHRISTALLER
Menjelaskan tentang tanah positif yang merupakan tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota itu ada karena untuk berbagai jasa penting yang harus disediakan tanah/lingkungan sekitar. Kota merupakan pusat daerah yang produktif. Sedangkan tempat pusat adalah pusat kota. Adapun asumsi-asumsi dalam penyusunan teori Christaller :
1.    Konsumen menanggung ongkos angkutan maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu
2.    Jangkauan suatu barang ditentukan oeh jarak yang dinyatakan biaya dan waktu
3.    Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa
4.    Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya
5.    Wilayah tersebut merupakan dataran yang rata yang mempunyai ciri-ciri ekonomis dan penduduk yang sama serta penduduknya juga tersebar secara merata.
Menurut teori ini, tempat pusat/sentra secara hierarki dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
1.    Tempat sentral yang berhirarki 3 ( K=3 )
Merupakan pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, memudahkan kebutuhan pelayanan seluas mungkin atau disebut juga dengan ‘kasus pasar optimal’.
2.    Tempat sentral yang berhirarki 4 ( K=4 )
Merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Maksudnya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Prinsipnya adalah bagaimana meminimumkan jarak penduduk untukmendapatakan pelayanan fungsi di tempat pusat.
3.    Tempat sentral yang berhirarki 7 ( K=7 )
Merupakan situasi administratif yang optimum. Maksudnya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya. Prinsipnya adanya kemudahan dalam rentang kendali pengawasan pemerintahan.
Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri :
1.    Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua datar dan sama
2.    Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface)
3.    Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah
4.    Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya
Penjelasan model Christaller tentang terjadinya mode area pelayanan heksagonal yaitu :


Gambar Model Pelayanan Hek
Batuan ultrabasa
adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45 %), kandungan MgO > 18 %, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungan kalium dan umumnya kandungan mineral mafiknya lebih dari 90 %. Batuan ultrabasa umumnya terdapat sebagai opiolit.

Kelompok batuan peridotite terdiri dari :
• Dunite – terdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene dan chromite.
• Harzburgite – terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.
• Lherzolite – terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau pyrope garnet.
• Pyroxenite – terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.

Peridotite adalah suatu batuan beku berukuran butir menengah, berwarna gelap, mengandung sedikitnya 10 persen olivine, besi dan mineral yang kaya akan magnesium (biasanya pyroxenes), dan tidak lebih dari 10 persen feldspar.
Kelompok batuan peridotit tidak umum tersingkap dipermukaan dan sangat tidak stabil. Umumnya batuan peridotit yang tersingkap telah terubah menjadi serpentinit, dimana mineral pyroksen dan olivin terubah menjadi mineral serpentin dan amfibol, proses perubahan ini (hydrasi) diikuti dengan perubahan volume yang mengakibatkan terjadinya perubahan (deformasi) dari tekstur awalnya.
JENIS BATUAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari

Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
  • Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
  • Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
  • Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

Fanerik/fanerokristalin

Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
  • Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
  • Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
  • Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
  • Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
  • Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
  • Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
  • Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
  • Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
  • Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
  • Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
  • Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
  • Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
  • Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
  • Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,

Equigranular

Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
  • Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
  • Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
  • Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

Inequigranular

Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
  • Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
  • Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
  • Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
  • Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
  • Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
  • Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
  • Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
  • Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
  • Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
  • Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.

Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.

Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya

Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
  • Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
  • Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
  • Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2

Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
  • Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
  • Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
  • Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
  • Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna

Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
  • Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
  • Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
  • Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
  • Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
  • Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
  • Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
  • Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

Jenis-jenis batuan beku

Batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu :
  1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit, diorit, dan Gabro
  2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir
  3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit, obsidian, dan basalt



MORFOLOGI BENTUKAN

Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya), bentuklahan dapat dibedakan menjadi 10 macam bentuklahan asal proses:

  1. Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
  2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
  3. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
  4. Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
  5. Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
  6. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
  7. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
  8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
  9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
  10. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.

Spektrum Elektromagnetik Yang Digunakan
            Berdasarkan spektrum elektromaknetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas  :
  1. foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini adalah spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 µm.
  2. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunkan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 µm – 0,56 µm).
  3. Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.
  4. Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 µm dan hingga 1,2 µm bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
  5. Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.
f.       Bentuklahan asal proses solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi karst, walaupun faktor selain batuan sama. Faktor lain tersebut adalah terletak pada derah tropis basah, dengan topografi tinggi dan vegetasi penutup cukup rapat. Batuan karbonat yang memiliki banyak diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan CaCO3. Oleh karena itu batuan karbonat yang sedikit diaklas atau tidak mempunyai diaklas walaupun terletak pada wilayah dengan curah hujan tinggi, tidak terbentuk topografi karst. Vegetasi rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah itu mempunyai pH rendah atau air menjadi asam. Pada kondisi asam, air akan mudah melarutkan karbonat (CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas, curah hujan dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat, akan mendorong terjadinya topografi karst.
g.      Bentukan hasil proses solusional ini pada dasarnya ada 3 (tiga), yaitu bentuk solusional, bentuk sisa (residual), dan bentukan deposisional. Berdasarkan hasil proses pembentukannya maka bentuklahan solusional dibedakan menjadi 3 antara lain :
h.      a.    Bentukan sisa (residual form)
i.   1)   Kubah Karst
j.   Kubah karst merupakan bentukan menyerupai kubah (dome) yang terbentuk akibat adanya sisa proses pelarutan batuan karbonat yang ada disekilingnya. Di antara kubah karst dipisahkan oleh cockpit yang satu sama lain saling berhubungan. Selain dipisahkan oleh cockpit kubah karst juga dapat dipisahkan oleh dataran aluvial karst. Ciri-cirinya antara lain bentukan positif, membulat, dengan ketinggian seragram.
k. 2)   Menara Karst
l.   Menara karst merupakan bentukan positif yang merupakan sisa dari proses solusional. Menara karst memiliki lereng curam sampai tegak atau vertikal yang terpisah satu sama lain dan sebarannya lebih jarang.
m.    b.    Bentukan solusional (solusional form)
n. 1)   Dolin
o. Dolin merupakan bentukan depresi/cekungaan yang terbentuk akibat proses pelarutan dengan ukuran beberapa meter sampai 1km dengan kedalaman beberapa meter hingga ratusan meter. Karena bentuknya cekung maka dolin sering terisi oleh air hujan sehingga menjadi suatu genangan yang disebut sebagai danau dolin.
p. 2)   Uvala
q. Uvala merupakan cekungan yang cukup luas yang terbentuk oleh gabungan beberapa danau doline.
r.   3)   Polje
s.  Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa gua, dan biasanya dasarnya tertutup oleh aluvium.
t.        c.    Bentukan deposisional (depositional form)
u. 1)   Stalaktit
v. Stalaktit merupkan bentukan runcing yang menghadap ke bawah dan menempel pada langit-langit gua yang terbentukan akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya air.
w.    2)   Stalakmit
x. Stalakmit hampir sama dengan stalaktit akan tetapi posisinya berada di lantai gua menghadap ke atas.
y. 3)   Dataran aluvial karst
z.  Dataran aluvial karst adalah bentukan deposisional dengan relief datar landai yang terdiri atar material aluvium.
aa.   Menurut tempat terjadinya bentukan solusional dapat dibedakan menjadi bentukan endokarst dan eksokarst. Eksokarst terletak di permukaan, kontak langsung dengan udara luar, sedangkan endokarst terdapat di dalam gua atau terowongan karst. Bentuk- bentuk tersebut adalah sebagai berikut ini:
bb.  a.         Bentukan Eksokarst:
cc.               Dolin, danau dolin, uvala, polje, kubah karst, menara karst, dataran aluvial karst.
dd. b.        Bentukan Endokarst:
ee.               Gua, stalaktit, stalakmit, kolom, korden.


PETA
Peta yang menggambarkan satu atau dua kenampakan yang ada di permukaan bumi, contoh peta-peta tematik antara lain:

Peta geologi, menerangkan struktur batuan dan sifatnya yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Peta tanah air, menggambarkan pesebaran tanah dan air dalam suatu daerah.
Peta irigasi, menggambarkan saluran irigasi dari suatu daerah. Biasanya disertai sungai dan waduk.
Peta transportasi, menggambarkan jalur-jalur lalu lintas baik darat, laut maupun udara.
Peta arkeologi, menggambarkan penyebaran letakpeninggalan benda-benda purba,
Peta ishoyet, menggambarkan banyaknya curah hujan di suatu tempat
Peta tanah, menjelaskan tentang jenis-jenis tanah dan tingkat aktivitas manusia yang terjadi setiap hari.
Peta penggunaan lahan, menggambarkan bentuk penggunaan tanah yang ada hubungannya antara lingkungan geografi dan aktivitas manusia

Skala foto dapat ditulis dengan beberapa cara
, yaitu:1.

System pecahanMisalnya 1/50.000, artinya jika jarak dua buah titik di peta adalah 1 satuan panjang, maka jarak sebenarnya adalah 50.000 satuan panjang.1.

System perbandinganMisalnya 1: 50.0001.

System padanan unitMisalnya 1 mm = 25 m, artinya jarak 1 milimeter di foto sama dengan 25 meter di lapanganUkuran skala yang besar dapat memberikan kesan kenampakan obyek-obyek yang ada dipermukaan bumi dengan lebih jelas dan rinci.
Rumus 1:

S = Skala foto = Jarak di foto / Jarak di lapangan= d / D
Untuk dapat menggunakan rumus ini terlebih dahulu kita harus mampu menggunakan systemperhitungan skala pada peta, sebab antara skala peta dan skala foto sangat berhubungan erat.
Contoh:
 Pada sebuah peta topografi yang berskala 1 : 25.000, jarak kota A dan B adalah 55,3 mm,sedangkan pada foto udara jarak kota A dan B adalah 106,
5 mm. hitung skala foto…
 Jawab:Jarak AB di peta = 55,3 mm, maka jarak AB sebenarnya (di lapangan) adalah:1 : 25.000 = 55,3 : ABAB = (25.000 X 55,3) / 1=1.382.500 mm
atau
1.382,5 m.Sedangkan jarak AB di foto = 106,5 mm, maka skala foto
adalah…
FAKTOR PEMBANTUK TANAH
Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui  proses pembentukan tanah (pedogenesis)  dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk (parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:

Soil (s) = f(p,cl,o,r,t,...) ................................ Jenny (1941)

p = parent material

cl = climate

o = organism

r = relief

t = time



TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara Pasir ( sand ) berukuran 2 mm – 50 mikron, debu ( silt ) berukuran 50 – 2 mikron dan liat ( clay ) berukuran < 2 mikron. Klasifikasi tekstur ini berdasarkan jumlah partikel yang berukuran < 2 mm. Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang nyata, maka penambahan / penyisipan kata – kata berkerikil atau berbatu ditambahkan pada nama kelas tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu.
Berdasarkan kelas teksturnya menurut (Kemas Ali Hanafiah, 2010)  maka tanah digolongkan menjadi:
(a)      Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
(b)     Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengadung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
(c)      Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
(1)    tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus (dua macam).
(2)    Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt) (4 macam), dan
droometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).
14.         Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
Berat debu dan liat = - 0,5 ………………(a)
Berat liat =  - 0,5…………..(b)
Berat debu = berat (debu + liat) – berat liat………...(a+b)
15.         Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% pasir                      =   
% debu                      =   
% liat             =   
16.         Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur

III. HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Hasil Pengamatan

Contoh tanah
H 1
T 2
H 2
T2
Gedung Meneng
10
31º
4
31º
Gading Rejo
22
31º
12
31º

3.1 Perhitungan

A. Tekstur Tanah Gedung Meneng   

B.K =    BB          =      50       =      50    = 45,66 = 45
           1+KA           1+0,095        1,095

 FK  =   0,36 (31-20)
       =  0,36 (11)
       =  3,96

         % debu + % liat  =  (H1 - B)+FK 
       BK Tanah       × 100%

                         =  (10 - 0) + 3,96  
                                     46              × 100%
                                               
                                     =  10 + 3,96 
                                                46               × 100%

                                     =  0,3034 × 100% 
                               
                                                                                                                                                                                                 =  30, 34 %
                                     =  30 %
% liat       =  (H2 – B) + FK)
                        BK Tanah         × 100%

                 =  (4 – 0) + 3,96)
                             46                 × 100%

                  =  4 + 3,96  
                           46                   × 100%

                  =  17,30 %

                  =  17 %


% debu    =  100 % - (% debu + % liat)
  
                  =  100 % - ( 13 % + 17 %)

                  =  100 % - 30 %

                  =  70 %


B. Tekstur Tanah Gading Rejo


BK  =    BB      =       50       =  50       = 44,2  = 44
            1+Ka          1+0,13      1,13

       FK  =   0,36  (T – 20)

     =   0,36  (31 – 20)

     =  3,96


% debu + % liat  =  (H1 – B) +FK   
                                    BK Tanah        × 100%

                            =  (22 – 0) + 3,96
                                          44              × 100%



DAERAH
L
Li
D


SMA Meneg
30
17
70
Lempung berpasir

Gading Rejo
Li
D
P
Lempung berliat


36
23
41














 
 
                            =  22 + 3,96
           44                  × 100%

 =  25,96                                 
       44           × 100%

 =  59 %


% liat     =  (H2 – B) +FK
                     BK Tanah            × 100%

               =  (12 – 0) + FK
                                    44                   × 100%

                         =  15,96
                               44        × 100%

                         =  36,27 %

P= 100-(D+L)
D= (D+L)-L
L=
 
                         =  36 %


% debu   = ( % debu + % liat) - % liat

               =  59 % - 36 %

               =  23 %

% pasir   =  100 % - (% debu + % liat)

               =  100 % - 59 %

               =  41 %

3.3 Tabel Hasil Penetapan Tekstur Tanah di Lapang



Jenis Tanah
Rasa dan Sifat
Tekstur Tanah
Gedung Meneng
Rasa kasar agak jelas membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat
Lempung berpasir
Gading Rejo
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering) membentuk gulungan, jika dipijat gulungan mudah hancur, serta melekatnya sedang
Lempung berliat


3.3 Tabel Hasil Penetapan Tekstur Tanah di Laboratorium

Jenis Tanah
Pasir
Debu
Liat
Tekstur
Gedung Meneng
70 %
13 %
17 %
Lempung berpasir
Gading Rejo
41 %
23 %
36 %
Lempugn berliat

Manfaat cacing tanah
1.      Memakan langsung tanah dan memutahkan kembali yang mudah untuk dicerna tanaman
2.      Aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan kadar NPK
3.      Lubang bekas cacing unktuk aerasi dan drainase dalam tanah

Berdasarkan hasil penelitian modern, seperti yang dilaporkan dalam publikasi Dr. Ni Luh Kartini, seorang ahli tanah dan penemu pupuk “kascing” dari Universitas Udayana—Bali, mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya memang lebih subur. Pasalnya, tanah yang bercampur dengan kotoran cacing memberikan banyak manfaat bagi tanaman.
Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah atau memakan langsung massa tanah (Minnich 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran).

Hal ini diamini oleh Edwards dan Lofty (1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang cacing tanah, “Biology of Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan, sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan kondisi populasi yang sehat.

Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Pasalnya, aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Penelitian terhadap tanah-tanah gundul di bekas tambang di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%

Di samping menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah berada juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur tanah.

Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya dalam buku berjudul “Introduction to the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu, selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah.

Dengan demikian, cacing tanah membantu menjaga kelangsungan hidup bumi secara seimbang. Cacing telah memberikan banyak keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya.
1. PENDAHULUAN
Makhluk hidup di dunia ini tak kan bisa lepas dari peranan tanah. Khusunya manusia, pasti akan membutuhkan tanah, yang secara umum dapat digunakan sebagai tempat tinggal, begitupun juga makhluk hidup yang lain yang berpijak di atas daratan berupa tanah.
Berdasarkan pendekatan Geologi, tanah memiliki definisi yaitu lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus). Artinya dalam definisi tersebut hanya melihat tanah secara umum sama seperti pengertian tanah dengan pendekatan Pedologi yaitu bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu. Pendekatan Pedologi adalah pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni, apa adanya, dan tidak mengaitkan dengan kepentingan tertentu. Kajian pendekatan Pedologi meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
Namun, jika dilihat dari kacamata mahasiswa pertanian tentunya tanah memiliki peran khusus sebagai media tumbuh tanaman, yaitu dengan pendekatan Edapologi. Dalam pendekatan Edapologi tersebut dikhususkan peranan tanah sebagai media tumbuh tanaman, jadi bagaimana mengolah tanah secara baik dan benar agar dapat menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi serta keadaan tanah yang selalu subur, baik dengan pemberian pupuk, bahan organik, dan sebagainya. Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.
Berdasarkan pengertian tanah secara menyeluruh, tanah memiliki definisi sebagai berikut : Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, misalnya yang berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya. Dan untuk membedakan sifat tanah tersebut dilakukan klasifikasi tanah, yaitu usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda pula. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik tanah baik secara umum maupun khusus maka disusunlah makalah ini. Dan untuk karakteristik tanah secara khusus saya mengambil klasifikasi tanah dari jenis tanah Alfisol untuk dianalisa.
2. SIFAT DAN KARAKTERISTIK TANAH
Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya dimana ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman.  Berikut ini penjabaran masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika, kimiawi, maupun biologinya.
1.      Sifat Fisika Tanah
a.       Tekstur
·         Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
·         Berikut ini merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
Sumber
Soil  separates

Kerikil
pasir
debu
liat
USDA
> 2mm
2 mm–50 mm
50 mm-2 mm
< 2mm
ISSS
> 2mm
2 mm-20 mm
20 mm-2 mm
< 2mm
USPRA
> 2mm
2 mm-50 mm
50 mm-5 mm
< 5mm
BSI, MIT, DIN
> 2mm
2 mm-60 mm
60 mm-2 mm
< 2mm
·         Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
1)      Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2)      Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam)
3)      Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
(a)    tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
(b)   tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt) (4 macam)
(c)    tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
·         Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
  •  Pada tanah jenis Alfisol  memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, dan  fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah padat-kompak.
b.   Struktur
·         Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll.
·         Ikatan partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya, yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
·         Pengamatan struktur tanah di lapangan (SSS, 1975) terdiri dari :
1.      Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe struktur (lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
2.      Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasa, sangat kasar)
3.      Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak beragregat, lemah, sedang, kuat)
  •   Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga tiang dan kemantapan agregatnya kuat.
c.    Konsistensi
·         Adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah
·         Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah
·         Cara penentuan konsistensi tanah yaitu :
      (1) lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium : Angka-angka Atterberg
·         Penentuan di lapangan :
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
·         Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)
Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat kuat oleh tanah
  • Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur dominan liat yang membentuk agregat padat-kompak. Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah Alfisol memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula oleh teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga liat, sehingga lekat di tangan dan mudah digulung serta dibentuk cincin.
d.   Porositas
·         Porositas atau pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara).
·         Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro pore) dan pori-pori halus (micro pore).  Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat.
·         Tanah dengan banyak pori-pori kasar (pasir) sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan, tetapi sistem perakarannya dalam. Sedangkan untuk tanah-tanah liat dapat menahan air dengan baik hanya saja sistem perakarannya lebih dangkal dibandingkan tanah dominan pasir.
·         Porositas tanah dipengaruhi oleh :
1.      Kandungan bahan organik
2.      Struktur tanah
3.      Tekstur tanah
  • Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung hingga liat, porositasnya rendah menyebabkan penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu strukturnya padat-kompak sulit ditembus akar untuk berpenetrasi.
e.   Warna tanah
·         Secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah satu faktor penentu suhu tanah.
·         Secara tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil drainase, kandungan bahan organik surface horizon, pembeda antar horison.
·         Diukur dengan menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart)
·         Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah.
  •  Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan hingga merah gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik tanah.
2.    Sifat Kimia Tanah
a.       Reaksi Tanah (pH Tanah)
·         Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7.
·         Pentingnya pH tanah adalah untuk :
1)      Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman
2)      Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun
3)      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
·         pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.
b.      Kapasitas Tukar Kation (KTK)
·         Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah.
·         Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100 gr (me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 gr hydrogen.
·         Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsure hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah,. Karena unsure-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsure-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
c.       Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
·         Proses pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya dengan ketersediaan 3 anion hara makro yang diserap tanaman, yaitu nitrat, fosfat, dan sulfat, yang secara alami dihasilkan dari dekomposisi bahan organic dan pelapukan mineral tanah.
·         Makin tinggi nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap (fiksasi) tanah terhadap anion, sehingga pemberian pupuk pelepas anion seperti TSP (H2PO4-), ammonium nitrat (NO3-), dan ammonium sulfat (SO42-), makin tidak efisien karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu juga akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin tinggi, sehingga pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+), kalsit (Ca2+) dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak efisien karena mudah tercuci/hilang dari tanah.
d.      Unsur-unsur Hara Esensial
·         Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu :
v  Unsur makro   : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
v  Unsur mikro    : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
·         Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
  • Sifat kimia tanah pada jenis tanah Alfisol  secara keseluruhan yaitu cenderung memiliki pH basa, dan tingkat kejenuhan basa yang tinggi di seluruh profil tanah. P-tersedia dari sangat rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi.
3. Sifat biologi tanah
a.       Fauna Tanah
Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna
1)      Makrofauna
Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan menjadi : (a) hewan-hewan besar pelubang tanah, misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan karena memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing tanah, berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi menjadi lebih baik, dan lebih mudah ditembus akar, (c) arthropoda dan moluska, membantu memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2)      Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah yang terpenting adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa berperan dalam menghambat daur ulang (recycling) unsure-unsur hara, ataupun menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi : (a) omnivorous, memakan sisa-sisa bahan organic, (b) predaceous, memakan hewan-hewan tanah, (c) parasitic, merusak akar tanaman.
b.      Flora Tanah
Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora
1)      Makroflora
Tanaman-tanaman tinggi merupakan makroflora sebagai produsen primer bahan organic dan penyimpanan energy surya. Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah, dank arena akar menembus ke lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk menjadi sumber humus tidak hanya dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih dalam.

2)      Mikroflora
Mikroflora dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang lebih penting.
Bakteri autotroph bermanfaat bagi manusia mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energy. Bakteri autotroph dalam tanah terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang dapat mengoksidasi ammonia                 nitrit   (oleh nitrosomonas) dan nitrit            nitrat (oleh nitrobacter).

  • Sifat biologi tanah pada jenis tanah Alfisol  secara keseluruhan yaitu memiliki kehidupan organisme tanah yang rendah, baik fauna tanah maupun flora tanah, karena jenis tanah Alfisol memiliki BOT yang rendah padahal BOT adalah makanan organisme tanah, khusunya cacing tanah. Sehingga, akibat keberadaan BOT tersebut mempengaruhi pula keberadaan organisme dalam tanah yang banyak membawa pengaruh pada kesuburan tanah itu sendiri.
3.  FUNGSI DAN PERANAN TANAH
Beberapa fungsi Tanah sebagai media tumbuh, yaitu :
1.      Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2.      Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3.      Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
4.      Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.

Dua fungsi tanah yang utama yaitu :
1.  Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
2.  Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan                    
Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah.

Dua Pemahaman Penting tentang Tanah :
1.  Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman,
2.  Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama &                          penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
  •  Peranan tanah pada tanah jenis Alfisol secara potensil dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium
4. PENGELOLAAN ATAU PENGOLAHANNYA
Yang dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi.
Pada tanah jenis Alfisol yang memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, cara pengolahannya yaitu dengan mencangkul tanah terlebih dahulu sebelum ditanami, gunanya untuk menggemburkan tanah, dan mengubah struktur tiang yang keras menjadi remah/granuler, dan mengubah kemantapan agregatnya agar tidak terlalu keras, dan tanah tidak mengalami kompaksi, apabila tanah mengalami kompaksi maka air lebih sukar menyerap ke bagian tanah di dalamnya, dan itu tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat-agregat yang mantap dengan ruang pori yang yang cukup akan menjamin penyebaran udara dan air dalam tubuh tanah secara optimal, yaitu keadaan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Untuk pengelolaaan tanah Alfisol sehubungan dengan C-Organik atau BOT-nya yang rendah dapat dilakukan dengan cara mengembalikan sisa-sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, dan  memberikan pupuk anorganis sesuai dengan yang diperlukan. Dengan menjamin tanah tetap cukup mengandung bahan-bahan organik dan zat-zat mineral maka kegiatan organisme dalam tanah pun tetap terjaga, dimana berbagai organisme tersebut sangat berperan dalam kesuburan tanah. Untuk menjamin tetapnya cukup bahan-bahan organik dan zat mineral dalam tanah karena kandungan bahan-bahan tersebut akan makin berkurang sehubungan dengan keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta terangkutnya bahan-bahan itu keluar dari tanah semasa panenan dilakukan.
Untuk permasalahan pH tanah Alfisol yang terlalu basa dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik pula, karena bahan organik pun dapat menetralkan tanah dari yang tadinya basa menjadi netral kembali. Karena tanah yang netral merupakan tanah yang bagus kualitasnya.
Beberapa cara/usaha lain dalam pengolahan/pengelolaan tanah baik secara umum maupun pada jenis tanah Alfisol yaitu sebagai berikut :
Ø  Menjamin tanah cukup mengandung air melalui pengairan yang baik serta  menjamin tidak mudahnya kehilangan air sebagai akibat penguapan
Ø  Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau
Ø  Menerapkan sistem pengolahan minimal
Ø  Menghindarkan tanah agar tidak mudah diserang erosi
Ø  Mempertahankan permukaan tanah agar tanah cerul atau tertutup umtuk menghindarkan penguapan
5. KESIMPULAN
v  Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
v  Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik,  kimiawi , maupun biologisnya.
Adapun sifat fisika tanah yaitu :
1. Tekstur
2. Struktur
3. Konsistensi
4. Porositas
5. Warna tanah
Adapun sifat kimia tanah yaitu :
1. Reasksi Tanah (pH Tanah)
2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
3. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
4. Unsur-unsur Hara Esensial
Adapun sifat biologi tanah yaitu :
1. Fauna tanah, terdiri dari makrofauna dan mikrofauna
2. Flora tanah, terdiri dari ,makroflora dan mikroflora
v   Fungsi tanah yaitu :
1.  Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2.  Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
4.  Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
v  Yang dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.
v  Adapun tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Daftar Taman Nasional Di Indonesia. Taman Nasional (National Park) merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah dari perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.
Taman Nasional juga dilindungi oleh World Conservation Union Kategori II (IUCN; International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Di Indonesia terdapat 50 Taman Nasional. Bahkan 5 diantaranya dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) yaitu Taman Nasional Komodo, TN. Ujung Kulon, TN. Lorentz, TN. Gunung Leuser, TN. Kerinci Seblat, dan TN Bukit Barisan Selatan.
Daftar Taman Nasional di Indonesia berikut disajikan dengan format; “Nama Taman Nasional”; “Provinsi (Kabupaten)”; “Luas”; “Dasar hukum atau SK. penunjukkan sebagai Taman nasional”. Berikut Daftar nama Taman Nasional (National Park) di Indonesia:
Taman Nasional Indonesia di Sumatera
  1. TN. Batang Gadis; Sumatera Utara (Mandailing Natal), 108.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1266/Menhut-II/2004, 29 April 2004
  2. TN. Berbak; Jambi (Tanjung Jabung), 162.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
  3. TN. Bukit Barisan Selatan; Bengkulu dan Lampung, (Bengkulu Selatan dan Lampung Utara), 365.000,00 ha. Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 736/Mentan/X/82, 14 Oktober 1982.
  4. TN. Bukit Dua Belas; Jambi, (Sarolangun Bangko, Batanghari, Bungo Tebo), 60.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 258/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000.
  5. TN. Bukit Tiga Puluh; Riau dan Jambi; (Bungo Tebo, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir), 144.223,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6407/Kpts-II/2002, 21 Juni 2002.
  6. TN. Gunung Leuser; Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, (Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Timur, Langkat), 1.094.692,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 276/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997
  7. TN. Kerinci Seblat; Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, (Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kerinci, Muara Bungo, Sarolangun Bangko, Pesisir Selatan, Musi Rawas), 1.375.349,87 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 901/Kpts-II/1999, 14 Oktober 1999. Perluasan taman nasional dengan tambahan kawasan 14.160,00 ha sesuai Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 420/Kpts-II/2004, 19 Oktober 2004 – jadi total luas 1.389.509,87 ha
  8. TN. Sembilang; Sumatera Selatan, (Musi Banyuasin), 202.896,32 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 95/Kpts-II/2003, 19 Maret 2003.
  9. TN. Siberut; Sumatera Barat, (Padang Pariaman), 190.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 407/Kpts-VI/1993, 8 Oktober 1993.
  10. TN. Tesso Nilo; Riau, (Pelawan, Indragiri Hulu), 38.576,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 255/Kpts-II/2004, 19 Juli 2004.
  11. TN. Way Kambas; Lampung, (Lampung Tengah), 125.621,30 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 670/Kpts-II/1999, 26 Agustus 1999.
Taman Nasional Indonesia di Jawa
  1. TN. Alas Purwo; Jawa Timur, (Banyuwangi), 43.420,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 190/Kpts-II/1993, 26 Februari 1993.
http://alamendah.files.wordpress.com/2010/04/taman-nasional-gunung-bromo-tengger-semeru.jpg?w=200&h=132
Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru
  1. TN. Baluran; Jawa Timur, (Panarukan), 25.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 279/ Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.
  2. TN. Bromo Tengger Semeru; Jawa Timur, (Pasuruan, Probolinggo), 50.276,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 278/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997
  3. TN. Gunung Ciremai; Jawa Barat, (Kuningan, Majalengka), 15.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 424/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.
  4. TN. Gunung Gede Pangrango; Jawa Barat, (Bogor, Sukabumi, Cianjur), 21.975,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 174/Kpts-II/2003, 10 Juli 2003.
  5. TN. Gunung Halimun – Salak; Jawa Barat, Banten, (Bogor, Sukabumi, Lebak),113.357,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
  6. TN. Gunung Merapi; DI Yogyakarta, Jawa Tengah, (Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten), 6.410,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 134/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.
  7. TN. Gunung Merbabu; Jawa Tengah, (Magelang, Semarang, Boyolali), 5.725,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 135/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.
  8. TN. Kepulauan Karimunjawa; Jawa Tengah, (Jepara), 111.625,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 78/Kpts-II/1999, 22 Februari 1999.
  9. TN(L). Kepulauan Seribu; DKI Jakarta, (Pulau Seribu), 107.489,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6310/Kpts-II/2002, 13 Juli 2002.
  10. TN. Meru Betiri; Jawa Timur, (Jember), 58.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 277/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.
  11. TN. Ujung Kulon; Banten, (Pandeglang), 123.156,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 758/Kpts-II/1999, 23 September 1999.
Taman Nasional Indonesia di Bali dan Nusa Tenggara
  1. TN. Bali Barat; Bali, (Jembrana, Buleleng), 19.002,89 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 493/Kpts-II/1995, 15 September 1995.
  2. TN. Gunung Rinjani; Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah), 41.330,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 280/Kpts-VI/1997, 3 Juni 1997.
  3. TN. Kelimutu; Nusa Tenggara Timur, (Ende), 5.356,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 679/Kpts-II/1997, 10 Oktober 1997.
  4. TN. Komodo; Nusa Tenggara Timur, (Manggarai), 173.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 306/Kpts-II/1992, 29 Februari 1992.
  5. TN. Laiwangi – Wanggameti; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Timur), 47.014,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 13 Agustus 1998.
  6. TN. Manupeu – Tanah Daru; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Barat), 87.984,09 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 3 Agustus 1998.
Taman Nasional Indonesia di Kalimantan
  1. TN. Betung Kerihun; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 800.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 510/Kpts-II/1999, 30 Juni 1999.
  2. TN. Bukit Baka- Bukit Raya; Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, (Sintang, Kasongan), 181.090,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 281/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.
  3. TN. Danau Sentarum; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 132.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 34/Kpts-II/1999, 4 Februari 1999.
  4. TN. Gunung Palung; Kalimantan Barat, (Ketapang), 90.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 448/Menhut-VI/1990, 3 Juni 1990.
  5. TN. Kayan Mentarang; Kalimantan Timur, (Bulungan), 1.360.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 831/Kpts-II/1996, 7 Oktober 1996.
  6. TN. Kutai; Kalimantan Timur, (Kutai), 198.629,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 325/ Kpts-II/1995, 29 Juni 1995.
  7. TN. Sebangau; Kalimantan Tengah, (Katingan, Pulang Pisau, Kota Palangka Raya), 568.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 423/Menhut-II/2004, 10 Oktober 2004
  8. TN. Tanjung Putting; Kalimantan Tengah, (Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur), 415.040,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 687/Kpts-II/1996, 25 Oktober 1996.
Taman Nasional Indonesia di Sulawesi
  1. TN(L). Bunaken; Sulawesi Utara, (Minahasa), 89.065,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 730/Kpts-II/1991, 15 Oktober 1991.
http://alamendah.files.wordpress.com/2010/04/taman-nasional-bunaken.jpg?w=200&h=132
Taman Nasional Bunaken
  1. TN. Bantimurung Bulusarawung; Sulawesi Selatan, (Maros, Bulukumba), 43.750,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 398/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.
  2. TN. Bogani Nani Wartabone; Sulawesi Utara, Gorontalo, (Bolaang Mangondow, Gorontalo), 287.115,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1127/Kpts-II/1992, 19 Desember 1992.
  3. TN. Kep. Togean; Sulawesi Tengah, (Tojo Una-una), 362.605,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 418/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.
  4. TN(L). Kepulauan Wakatobi; Sulawesi Tengara, (Buton), 1.390.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 765/Kpts-II/2002, 19 Agustus 2002.
  5. TN. Lore Lindu; Sulawesi Tengah, (Donggala, Poso), 217.991,98 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 646/Kpts-II/1999, 23 Juni 1999
  6. TN. Rawa Aopa Watumohai; Sulawesi Tenggara, (Kendari, Kolaka), 105.194,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 756/Kpts-II/1990, 17 Desember 1990.
  7. TN(L). Taka Bonerate; Sulawesi Selatan, (Selayar), 530.765,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 92/Kpts-II/2001, 26 Februari 2001
Taman Nasional Indonesia di Maluku dan Papua
  1. TN. Aketajawe – Lolobata; Maluku, (Halmahera Tengah, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Timur), 167.300,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 397/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.
http://alamendah.files.wordpress.com/2010/04/puncak-jaya-di-taman-nasional-lorentz.jpg?w=200&h=149
Taman Nasional Lorentz
  1. TN. Lorentz; Papua Barat, Papua, (Fakfak, Merauke), 2.450.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 154/Kpts-II/1997, 19 Maret 1997.
  2. TN. Manusela; Maluku, (Maluku Tengah), 189.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 291/Kpts-II/1997, 23 Mei 1997.
  3. TN. Teluk Cenderawasih; Papua Barat, Papua, (Yapen, Waropen, Manokwari), 1.453.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 8009/Kpts-II/2002, 29 Agustus 2002.
  4. TN. Wasur; Papua, (Merauke), 413.810,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 282/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997.
Semoga Taman Nasional dalam daftar ini akan selalu lestari dan mampu menjadi garda terakhir dalam upaya pelestarian pelestarian alam yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam termasuk oleh anak cucu kita, kelak.

Piramida Penduduk Indonesia

Susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara grafis dengan perbedaan atas dan bawah. Gambaran tersebut dinamai piramida penduduk. Dalam piramida ada garis horisontal dan garis vertikal, sumbu vertikal menggambarkan umur pen-duduk dari nol sampai dengan 65 tahun lebih, dengan interval satu tahunan ataupun lima tahunan.
http://1.bp.blogspot.com/-ckB0z09nXyI/TjILVtFrK6I/AAAAAAAABVA/2pXZJyZw82k/s1600/siap+maju.jpg
Sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk baik secara absolut maupun relatif dalam skala tertentu. Pada bagian kiri sumbu vertikal digambarkan penduduk laki-laki dan perempuan disebelah kanan. Tidak seluruh piramida penduduk selalu runcing bagian atas. Untuk negara maju, susunan penduduk yang digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, bagian atas sama besar dengan bagian bawah, bahkan ada beberapa negara maju dengan grafik piramida penduduk bagian atas lebih besar.
Dengan piramida penduduk akan dapat diketahui gambaran mengenai:
1) Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan.
2) Penduduk kelompok anak-anak, dewasa dan orang tua.
3) Jumlah angkatan kerja.
4) Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan.
5) Angka ketergantungan.
6) Rasio laki-laki perempuan.
7) Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
8) Perkiraan jumlah kelahiran yang akan datang. ………………….
Susunan penduduk atas dasar umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu daerah/negara dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk piramida penduduk, yaitu:
1) Piramida penduduk muda
Piramida penduduk muda (expensive) berbentuk kerucut alasnya lebar dan puncaknya meruncing.
Piramida kerucut ini menggambarkan:
a) Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
b) Kondisi tersebut menggambarkan bahwa penduduk daerah tersebut sedang mengalami pertumbuhan.
c) Tingkat kelahiran dan kematian masih cukup tinggi.
d) Pertumbuhan penduduknya tinggi.
2) Piramida penduduk dewasa
Bentuk piramida menyerupai persegi empat, bentuk tersebut menggambarkan keadaan penduduk:
a) Jumlah penduduk dalam keadaan stasioner.
b) Jumlah kelahiran dan kematian seimbang.
c) Jumlah penduduk relatif tetap.
d) Pertumbuhan penduduk rendah
e) Penduduk muda hampir sebanding dengan penduduk tua.
3) Piramida penduduk tua
Bentuk piramidanya menyerupai bentuk ……
Selengkapnya tentang Piramida Penduduk Indonesia (klik disini)
Piramida Penduduk
https://ccsfactfiles.wikispaces.com/file/view/population_pyramid_PAINT2.jpg/284886918/684x467/population_pyramid_PAINT2.jpg
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang disebut piramida penduduk.

a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk
Bentuk piramida penduduk dibadakan menjadi tiga macam yaitu :

  1. Bentuk Limas (Expansive), menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi, contohnya: Indonesia, Filipina, Mesir, Nigeria, Brazil.
  2. Bentuk Granat (Stationer), menunjukkan jumlah usia muda hampir sama dengan usia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali, contohnya: Amerika Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
  3. Bentuk Batu Nisan (Constructive), menunjukkan jumlah penduduk usia tua lebih besar dari pada usia muda, jumlah penduduk mengalami penurunan, contohnya: negara-negara yang baru dilanda perang.

Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk limas, sedangkan negara-negara maju umumnya berbentuk granat atau batu nisan. 

Ciri-ciri struktur penduduk pada tiap bentuk piramida :

1.     Piramida Penduduk Expansif memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi

2.     Piramida Penduduk Stasioner memiliki ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat

3.      Piramida Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang

Penduduk
Pertumbuhan penduduk di setiap negara akan berdampak pula terhadap pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan. Menurut Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang menangani masalah kependudukan melaporkan bahwa pada tahun 2003 jumlah penduduk dunia 6,3 milyar

Berdasarkan grafik di atas perkembangan jumlah penduduk dunia yang sangat cepat ini akan menimbulkan ledakan penduduk.

Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population (1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan makanan bertambah menurut deret hitung ”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal inipun membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.

a. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
1.      Jumlah pengangguran semakin meningkat
2.      Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
3.      Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
4.      Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
5.      Tingkat kemiskinan semakin meningkat 
6.      Jumlah pengangguran semakin meningkat
7.      Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
8.      Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
9.      Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
10.  Tingkat kemiskinan semakin meningkat 

b. Usaha mengatasi Ledakan Penduduk antara lain :
1.      Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi
2.      Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
3.      Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4.      Melaksanakan program transmigrasi
5.      Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana
Potensi atau sumber daya alam meliputi berbagai bentuk cadangan mineral dan energi, hutan, perikanan, lahan pertanian dan sebagainya. Berbagai jenis sumber daya alam tersebut dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu menurut wujud dan penggunaannya serta menurut proses pembentukannya.
A. Sumber daya alam menurut wujud dan penggunaannya
a)    Sumber daya alam sumber energi
Sumber energi meliputi segala jenis bahan yang menjadi tenaga penggerak bagi berbagai peralatan (kendaraan/mesin). Berbagai sumber daya alam menghasilkan energi adalah matahari, angin, air, batubara, minyak dan gas bumi, serta panas bumi (geothermal).
>  Matahari melalui energi panas dan cahayanya, merupakan sumber energi utama planet bumi
>  Angin dan air (air terjun, sungai, gelombang laut) dimanfaatkan untuk memutar kincir yang dapat membangkitkan energy listrik
>  Batubara, digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap dan pemanas ruangan
>  Minyak (bensin, solar, minyak tanah) serta gas bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin
>  Panas bumi (geothermal), yaitu energi panas yang berasal dari aktivitas magma di dalam perut bumi. Panas bumi dapat dimanfaatkan menjadi tenaga pembangkit listrik
b)   Sumber daya alam berupa material
~  Mineral logam
Mineral logam meliputi berbagai bahan galian biji yang biasanya diperoleh melalui usaha penggalian. Sebagai contoh adalah:
-      Biji timah, didapat dari batuan granit
-      Biji besi, didapat dari tanah yang mengandung besi
-      Biji tembaga, didapat dari penambangan yang dilakukan di lereng gunung
-      Biji bauksit, berasal dari dalam tanah berlumpur
-      Emas dan perak, didapat dari penambangan yang dilakukan di sungai atau di dalam tanah
Pemanfaatan sumber mineral, antara lain sebagai bahan baku industry, bahan bangunan, dan perhiasan. Sebagai contoh bijih besi digunakan untuk membuat besi tuang yang kemudian diubah menjadi baja. Baja dapat digunakan untuk bahan bangunan, bahan dasar berbagai benda.
~  Mineral bukan logam
Mineral bukan logam meliputi berbagai bahan galian industry, yaitu bahan dasar untuk kepentingan industry tertentu. Sebagai contoh adalah:
-      Pasir kuarsa (hasil pelapukan batu kuarsa), ditemukan sebagai endapan di muara sungai, pantai, atau danau
-      Kaolin (tanah liat putih), merupakan pelapukan batuan granit
-      Belerang, terbentuk di daerah gunung api dan sumber air panas, berupa solfatar (gas mengandung belerang)
-      Batu gamping/kapur, berasal dari sisa-sisa rumah binatang karang yang hidup di laut (daerah penghasil kapur merupakan bekas laut yang telah terangkat)
Bahan-bahan mineral nonlogam banyak digunakan sebagai bahan baku industri (industri pertanian, obat-obatan), bahan bangunan, perhiasan. Hasilnya antara lain batu-batu, semen, pupuk, batu permata.
c)    Sumber daya alam hayati
Sumber daya alam hayati adalah potensi alam berupa organism hidup seperti tumbuhan, hewan dan organisme. Sumber daya alam hayati meliputi sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani
>  Sumber daya alam nabati, yaitu segala sumber daya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebagai contoh, berbagai jenis tumbuhan hutan serta tanaman budi daya dalam kegiatan pertanian atau perkebunan
>  Sumber daya alam hewani, yaitu segala sumber daya yang berasal dari hewan. Sebagai contoh, hasil-hasil perburuan, perikanan laut, serta budi daya peternakan dan perikanan.
d)   Sumber daya alam nonhayati
Sumber daya alam nonhayati adalah potensi alam berupa benda mati seperti udara, air, tanah/lahan, dan energi. Sebagaimana telah disebutkan matahari, air, udara, berpean sebagai sumber energi yang mendukung kelangsungan hidup manusia dan sumber daya alam hayati (tumbuhan, hewan, dan organisme)

B.  Sumber daya alam menurut proses pembentukannya
a)    Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources), yaitu sumber daya alam yang tidak dapat habis karena dapat diperbaharui melalui proses alami dan rekayasa manusia. Sumber daya alam ini dapat digunakan berkali-kali atau setelah diambil dapat segera dipulihkan dalam jangka waktu yang relatif cepat. Pembaharuan dapat terjadi melalui proses alami dan rekayasa,
>  Pembaharuan melalui siklus (daur perputaran), terjadi pada udara, air, dan tanah
>   Pembaharuan melalui reproduksi terjadi pada hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan akan beranak pinak dengan berbagai cara. Beberapa contoh reproduksi pada hewan, misalnya bertelur, dan beranak sedangkan pada tumbuhan antara lain bertunas dan berbuah
> Pembaharuan terhadap sumber daya alam juga dapat dilakukan dengan rekayasa, rekayasa yang paling sederhana misalnya dengan stek, ovulasi, dan inseminasi pada tumbuhan atau hewan

b)   Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable natural resources), yaitu sumber daya alam yang dapat habis dan tidak dapat diperbarui. Setelah digunakan hingga habis tidak ada jalan lain untuk menggantikan sumber daya alam tersebut, sebagai contoh batubara, minyak bumi, gas bumi dan berbagai biji logam. Berbagai bahan tersebut terbentuk dalam rentang waktu jutaan tahun. Jadi kalaupun dapat terbentuk kembali, prosesnya akan memakan waktu hingga jutaan tahun.

Beberapa ciri sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui :
-      Jumlahnya terbatas
-      Penyebarannya tidak merata
-      Bila telah habis sulit untuk tersedianya kembali, atau kalaupun dapat baru akan tersedia kembali dalam waktu sangat lama
-      Umunya berupa mineral bahan galian
-      Untuk mendapatkannya harus melalui usaha penambangan

> Batubara merupakan bahan tambang yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang hidup jutaan tahun yang lalu. Batubara tersusun atas hydrogen, oksigen, dan karbon yang umumnya terdapat dalam kerak bumi
>  Minyak dan gas bumi terbentuk dari plankton, binatang, dan tumbuhan pada jutaan tahun lalu yang mengalami proses pembentukan seperti halnya batubara
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui masih dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan yang cepat habis dan bahan yang tidak cepat habis.
>  Jenis sumber daya alam yang cepat habis, meliputi mineral sumber energi seperti batubara, minyak bumi, dan gas bumi. Sumber daya alam tersebut cepat habis karena tingkat penggunaannya yang sangat tinggi. Setiap hari berjuta-juta kendaraan membutuhkan bensin, berbagai jenis industry menggunakan bahan bakar minyak
>  Jenis sumber daya alam yang lama habis, misalnya mineral bukan energi seperti biji besi, belerang, timah. Bahan-bahan tersebut lebih lama waktu habisnya karena tingkat penggunaannya jauh lebih sedikit

TAHAP KOTA
Klasifikasi kota secara numerik yaitu penggolongan kota yang didasarkan pada unsur – unsur penduduk seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan luas wilayah.
1.      Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s.d. 50.000 jiwa.
2.      Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s.d. 100.000 jiwa.
3.      Kota besar, jumlah penduduk antara 100.000 s.d. 1.000.000 jiwa.
4.      Kota metropolitan, jumlah penduduk antara 1.000.000 s.d. 5.000.000 jiwa.
5.      Kota megapolitan, jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 jiwa.

b.      Klasifikasi kota dilihat dari kualitas perkembangannya.
Menurut Lewis Mumford meninju pertumbuhan suatu kota melalui enam fase yaitu sebagai berikut,
1.      Tahap eopolis (eopolis stage)
Dalam tahap ini dicerminkan oleh adanya kehidupan masyarakat yang semakin maju, walaupun dalam kondisi kehidupannya masih didasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan.
2.      Tahap polis (polis stage)
Tahap ini ditandai oleh adanya pasar yang cukup besar, sementara itu beberapa kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan di beberapa bagian kota.
3.      Tahap metropolis (metripolis stage)
Dalam tahap ini kota sudah mulai bertambah besar. Fungsi – fungsi perkotaannya terlihat mendominasi kota – kota kecil lainnya yang berada di sekitar kota dan daerah – daerah belakangnya (hinterland)
4.      Tahap megapolis (megapolis stage)
Tahap ini ditandai oleh adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi pada materi. Standarisasi produksi lebih diutamakan daripada usaha – usaha kerajinan tangan.
5.      Tahap tiranipolis (tryanopolis stage)
Pada tahap ini ukuran atau tolak ukur budaya adalah apa yang tampak secara fisik (display). Masalah uang atau materi dan ketidakacuhan mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
6.      Tahap nekropolis (nekropolis stage)
Tahap ini disebut sebagai tahap kemunduran dari suatu kota. Hal ini ditandai dengan kemunduran pelayanan kota beserta fungsi – fungsinya dan menunjukkan gejala – gejala kehancuran yang disebabkan karena adanya peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit yang melanda hebat.

c.       Taylor mengklasifikasikan kota berdasarkan karakteristik dinamika fungsionalnya, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut,
1.      Tahap awal/infantil (the infantil stage)
Pada tahapan ini belum terlihat adanya pembagian yang jelas mengenai daerah – daerah permukiman dengan daerah – daerah perdagangan. Selain itu juga belum terlihat adanya perbedaan kawasan pemukiman kelas bawah dan kelas atas. Bangunan – bangunan yang ada masih tidak teratur.
2.      Tahap muda/juvenil (the juvenil stage)
Pada tahapan ini mulai terlihat adanya proses pengelompokan pertokoan pada bagian – bagian kota tertentu. Kawasan permukiman kelas menengah ke atas sudah mulai bermunculan di pinggiran kota dan munculnya kawasan pabrik.
3.      Tahap ketuaan (the senile stage)
Pada tahap ini ditandai adanya pertumbuhan yang terhenti (cessation of growth), kemunduran dari beberapa distrik dan kesejahteraan ekonomi penduduknya menunjukkan gejala – gejala penurunan. Kondisi – kondisi seperti ini terlihat didaerah – daerah industri.

d.      Menurut Houston, berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, kota diklarifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut,
1.      Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase)
Stadium ini merupakan tahap pembentukan CBD (Central Business District). Pada masa ini baru dirintis pembangunan gedung – gedung utama sebagai penggerak kegiatan perekonomian.
2.      Stadium formatif (formative phase)
Tahapan ini mulai menunjukkan ciri – ciri yang berbeda dengan tahapan pertama pada abad ke-19. Hal ini timbul sebagai akibat adanya revolusi industri yang meledak di kawasan Eropa Barat. Perkembangan industri pada saat itu mulai meluas dan perkembangan teknologi juga masuk ke sektor – sektor lain seperti sektor transportasi, komunikasi, serta perdagangan.
4.      Stadium modern (modern phase)
http://4.bp.blogspot.com/-wbCFFprY1Vs/UXchIpC6nnI/AAAAAAAACKs/GqTOSlI8DCM/s400/Harris_Ullman-533x690.jpg
PENGERTIAN INTERAKSI
Interaksi dapat di artikan sebagia prilaku atau hubungan timbal balik. Perilaku dan hubungan timbale balik yang di maksud adalah perilaku dan hubungan timbale balik yang saling menguntungkan uang dapat di gunakan untuk saling melengkapi atau saling menutupi keterbatasan yant terdapat dalam setiap wilayah.
Dalam geografi, interaksi yang di maksud adalah perilakiu suatu wilayah akibat perpindahan manusia, barang dan informasi. Arus manusia di sebut imigrasi, gerakan atau perpindahan gagasan daninformasi di sebut komunikasi, arus barang atau energi disebut transportasi.
Menurut bintaro, interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbale balik dan mempunyai pengaruh terhadap tingkah perlilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar, atau melalui surat kabar.
Menurut yoseph S. ROUCEK, interaksi merupakan suatu proses yang bersirfat timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.      Interaksi wilayah
Pesatnya perkembangan ekonomi terjhadi karena adanya interaksi antar wilayah dan adanyua daya serap dari arus penanaman modal, interaksi wilayah dalam geografi pertama kali di kemukakan oleh ullman dalam bukunya: “geography as spatial interaction”.
Secara geografi interaksi diartikan sebagai suatu hubungan timbale balik yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan , gejala, kenampakan ataupun permasalahan
B.     PRINSIP INTERAKSI
Pada prinsipnya interaksi keruangan merupakan
a.       Hubungantimbal balik antara dia wilayah atau lebih, misalnya antara kota dengan desa, antara kota dengan kota, antara daerah industry dan daerah pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang penduduknya.
b.      Dalam hubungan timbale balik wilayah ini, terdapat proses pergerakan yaitu;
1.   Pergerakan manusia atau mobilitas
2.   Pergerakan atau perpindahan gagasan dan informasi atau dinamakan dengan komunikasi, seperti informasi tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, bencana alam, dan sebagainya.
3.   Pergerakan materi atau benda, yang dinamakan transportasi seperti perpindahan hasil pertanian, produk industry, barang tambang dan lain-lain.
c.       Akibat hubungan antara dua wilayah tersebut, maka timbulah gejala kenampakan atau permasalahan baru. Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat menguntungkan (+) atau merugikan (-)
C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI
Pola dan kekuaran interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat di pengaruhi oleh keadaan alam dan social daerah tersebut, serta kemudahan-kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu. Menurut Edward ullman, ada tiga factor utama yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah yaitu:
a.       Wilayah yang saling melengkapi (regional complementary), yaitu wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda –beda, baik secara kualitas maupun kuantitas.
b.      Adanya kesempatan untuk berintervensi (interventing opportunity) yang meliputi dua pengertian yaitu:
1.      Adanya kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antara dua wilayah, dan dapat memuhi kebutuhan sumber daya wilayah lain
2.      Adanya sumber daya pengganti yang di butuhkan wilayah sehingga melemahkan interaksi dengan wilayah lain.
c.       Adanya kemudahan pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability), kemudahan ini dapat berupa benda, manusia, gagasan atau informasi,adapun beberapa factor yang mempengaruhi yaitu:
1.      Jarak mutlak dan jarak relative antar wilayah
2.      Biaya angkutan atau transportasi
3.      Kemudahan atau kelancaran transportasi
D.    WUJUD INTERAKSI
Beberapa wujud interaksi yang bersifat fisik adalah sebagai berikut:
a.       Perubahan penggunaan lahan. Misalnya, daerah permukiman berubah menjadi daerah pusat pertokoan.
b.      Pembangunan berbagai sarana dan prasarana. Misalnya, gedung perkantoran, jalan, pertokoan, sekolah dan perumahan.
Beberapa interaksi yang bersifat social adalah sebagai berikut:
a.       Kontak social antar masyarakat, kontak social antar masyarakat menghasilkan berbgai bentuk aktifitas dalam suatu lingkungan. Misalnya adanya berbagai organisasi sosial.
b.      Perubahan status social seseorang perubahan satatus social bias bersifat positif (Meningkat) atau negative (Menurun)
E. ZONA INTERAKSI DESA KOTA
Menurut bintaro, wilayah-wilayah atau zona interaksi adalah sebagai berikut.
a.       City, diartikan sebagai pusat kota
b.      Suburban (subdaerah kota), yaitu suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusatkota. Wilayah ini meruakan tempat tinggal para penglaju. Penglajau adalah pendudu yang melakukan mobilitas harian (tanpa menginap di kota)
c.       Suburban fringe(jalur tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang dilingkari subdaerah perkotaan. Wilayah ini merupakan peralihan daerah kota.
d.      Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar), yaitu semua batas wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini di tandai dengan sifat-sifatnya yang mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
e.       Rural (daerah pedesaan)
F. TEORI-TEORI INTERAKSI DALAM GEOGRAFI
Berikut teori interaksi dalam geografi,
a.       Teori grafitasi
Teori grafitasi pertama kali di kemukakan oleh sir issac newton (1687) dalam ilmu fisika. Dia mengemukakan bahwa dua buah benda akan memiliki gaya tari manarik antara keduanya. Gaya tarik menarik ini di sebut gaya gravitasi, kekuatan tarik menarik tersebut besarnya sebanding berbanding dengan hasil kali kedua masa benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Konsep model gravitasi ini di dasarkan atas pernyataan bahwa jika ukuran salah satu atau kedua wilayah bertambah, maka pengaruh yang terjadi di anatara kedua kota tersebut juga akan bertambah. Semakin jauh jarak antara kedua wilayah, maka semakn berkurang juga pengaruh yang terjadi di antara keduanya. Fenomena demikian di kenal sebagai peluruhan jarak (distance delay). Model gravitasi ini dapat di gunakanuntuk menghitung,
1.      Aliran transportasi (lalu lintas)
2.      Migrasi antara kedua wilayah serta
3.      Jumlah penduduk yang cenderung menggunakan satu tempat pusat, misalnya satu tempat belanja.
Secara matematis, gaya gravitasi dinyatakan dengan rumus;
Keterangan :
G  : Besarnya gaya gravitasi antara 2 buah benda (N)
g   : Tetapan gravitasi newton, besarnya 6.760 x 102 Nm2/kg2
m1: Masa benda satu (dalam kg)
m2: Masa benda 2 (dalam kg)
d1.2 : Jarak benda (dalam m)
b.      Kekuatan interaksi
Model matematika dalam teori grafitasi newton tersebut kemudian di terapkan dalam bidang geografi untuk mengukur kekuatan interaksi kekurangan antara dua wilayah atau lebih oleh W.J reily (1929). Dia berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat di ukur dengn memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah terebut. Untuk menghitung kekuatan interaksi keruangan ini, reily mengemukakan rumus sebagai berikut
Keterangan :
 = kekuatan interaksi anara wilayah A dan B
K = nilai konstan empiris, biasanya angka 1
  = jumlah penduduk wilayah A
 = jumlah penduduk wilayah B
 = jarak mutlak yang menghubungkan wilayah A dan B
c.       Teori titik henti
Teori titik henti (the breaking theory) sebetulnya merupakan modifikasi dari teori grfitasi reily. Teori ini berusaha memberikan suatau cara dalam memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Selain itu, juga juga dapat di gunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industry atau pelayanan-pelayanan sosial antara dua wilayah, sehingga dapat di jangkau oleh penduduk daerah tersebut.
Keterangan :
= jarak lokasi titik henti yang di ukur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil (dari kota A)
 = jarak antara A dan B (jarak dua kota)
 = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (penduduk kota A)
 = jumlah penduduk kota yang lebih besar (penduduk B)

d.      Teori mobilitas penduduk
Model grafitasi di terapkan juga dengan interaksi maslah perpindahan penduduk (mobilitas penduduk). Untuk mengetahui perpindahan penduduk pendatang di suatu tempat, maka harus di dapatkan koefisien serap.
Contoh :
A
  



A : daerah asal penduduk
B : daerah penerima
J : jarak antara A dan B
Koefisien serap dapat di tuliskan dengan rumus ;
Keterangan ;
KS : koefisien serap
m   : jumlah migrasi
n    : waktu (tahun)
j     : jarak antar dua wilayah
e.       Teori grafik
Teori ini di kemukakan oleh K.J kansky dengan menggunakan jaringan transportasi sebagai komponennya. Daerah yang di hubungkan dengan jarigan jalan yang  kompleks akan mempunyai pola interaksi keruangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang yang di hubungkan oleh satu jalur tranportasi saja. Teori grafik dapat di tuliskan dengan rumus:

 

Keterangan ;
 : indeks konekvitas
 : jumlah jaringan jalan
 : jumlah kota dalam satu wilayah yang di hubungkan oleh jaringan jalan tersebut.
G. ASPEK INTERAKSI KOTA
a.       Aspek interaksi dibidang ekonomi antara lain;
1.      Kota sebagai pusat pasar dan pembelanjaan
2.      Pusat segala kegiatan industry
3.      Sarana dan aktifitas perdagangan, transprtasi dan komunikasi dapat berkembang
4.      Perbedaan harga-harga barang relative kecil
b.      Aspek interaksi kota di bidang social antara lain;
1.      Tata perumahan tempat tinggal yang cukup sehat
2.      Tersedia fasilitas transportasi dan komunikasi
3.      Tersedia fasilitas hiburan seperti gedung bioskop, karaoke, diskotik dan sebagainya
4.      Banyak di bangun tempat-tempat pelayanan social seperti pasar, kantor pos dan lain-lain
c.       Aspek interaksi kota di bidang budaya antara lain
1.      Tingkat pendidikan makin maju
2.      System komunikasi makin terbuka
3.      Adanya integrasi pola budaya masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh antar anggota masyarakat
4.      Kecendrungan masyarakat untuk menjadi keluarga kecil bahagaia dan sejahtera makin besar
H. MANFAAT INTERAKSI
a.       Desa bagi kota
1.      Sumber tenaga kerja
2.      Sumber bahan mentah
3.      Sumber   bahan pangan
b.      Kota bagi desa
1.      Sumber tenaga kerja terlatih dan terdidik
2.      Pembelanjaan
3.      Permodalan
c.       Kota bagi kota
1.      Mengurangi perbedaan biaya hidup dan pendapatan
2.      Mencukupi dan melengkapi kebutuhan penduduk
3.      Agar tidak terjadi pemusatan kegiatan produksi
I.    DAMPAK INTERAKSI
a.       Dampak positif interaksi kota antara lain
1.      Pengetahuan desa lebih meningkat karena di desa-desa sudah banyak di dirikan sekolah dasar hingga sekolah menengah
2.      Melalui studi pertanian di kota akan di peroleh pengetahuan tentang cara-cara pemilihan bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama, mencangkok, okulasi, serta stek dalam rangka menyebar luaskan tanaman produktif. Hal ini akan bermanfaat bagi petani, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan desa
3.      Banyak guru dari kota menjadi penggerak warga desa untuk membangun, selain itu dapat memberantas  buta huruf dan buta pengetahuan
4.      Transportasi yang lebih lancer antara desa-kota menyebabkan komunikasi danpengiriman  barang dari desa ke kota atau sebaliknya menjadi lancer. Hal ini akan meningkatkan ekonomi desa, khususnya bidang perdagangan
5.      Teknologi tepat guna dalam bidang pertanian dan peternakan akan meningkatkan produksi desa. Hal itu akan meningkatkan penghasilan penduduk yang pada gilirannya akan meningkatkan penghasilan desa
6.      Masuknya para ahli di berbagai disiplin ilmu pengetahuan bermanfaat bagi desa dalam melestarikan lingkungan, khususnya pencegahan erosi dan pencarian sumber air bersih. Selain itu usaha meningatkan bidang pengairan dapat dilaksanakan.
7.      Bantuan pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang wiraswasta, antara lain kerajinan tangan, industry rumah tangga. Peternakan serta teknik pertukangan
8.      Pengetauan masalah kependudukan, khususnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) sudah tersebar di desa-desa
9.      Berkembangnya organisasi sosial dan koperasi desa, telah membawa pengaruh positif bagi penduduk desa.
b.      Dampak negatif komunikasi desa antara lain
1.      Modernisasi kota dikhawatirkan mengubah cara hidup pemuda desa,merka cenderung meninggalkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka. Mereka tidak mau lagi mengelola sawah dan ladangnya.
2.      Pengaruh televise, khususnya film-film yang berbai seks dan kejahatan, jika salah dalam menafsirkan akan berbahaya. Penduduk desa yang masih murni dapat meniru adegan film, sehingga timbul prostitusi dan kriminalitas.
3.      Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang, telah menyerap tenaga muda dari desa. Hal itu menyebabkan tenaga kerja yang potensial  di desa sangat berkurang
4.      Perluasan kota dan masuknya orang-orang kota (berharta) ke desa telaj mengubah tata guna lahan desa.
5.      Masuknya kehidupan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi kota, cenderung mengganggu tata pergaulan dan seni budaya.
6.      Masalah lain yang mungkin timbul akibat interaksi desa-kota adalah pengangguran, tuna wisma dan kriminalitas.
  Pengertian kota
1.   Menurut Max Weber, kota adalah tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
2.   Menurut Louis Wirth, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
3.   Menurut Arnold Toybee, sebuah kota selain permukiman, juga merupakan sesuatu kekomplekan yang khusus dan tiap kota menunjukan pribadinya masing-masing.
4.   Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman yang kepadatan penduduknya yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beranekaragam serta ditutupi oleh gedung-gedung yang tinggi berlokasi berdekatan.
5.   Menurut R. Bintarto, kota merupakan suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, corak kehidupan yang lebih heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
6.   Menurut Peraturan menteri dalam negeri nomor 2 Tahun 1987, Pasal 1, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta pemukiman yang telah memperhatikan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
B.      Bebrapa istilah yang berhubungan dengan kota
Menurut Prof. R. Bintarto, terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian kota antara lain sebagai berikut:
1.   City adalah pusat kota.
2.   Urban adalah suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern atau dapar disebut daerah perkotaan.
3.   Suburban atau Faubourgh adalah suatu area yang lokasinya dekat pusat kota atau inti kota dengan luas mencakup daerah penglaju dan commuter.
4.   Suburban Fringe adalah suatu daerah peralihan antara kota dari lokasinya mengelilingi saburban.
5.   Urban Fringe adalah jalur daerah batas luar kota kecuali kota.
6.   Rural Urban Fringe adalah jalur daerah yang terletak antara daerah kota dengan desa, yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran.
7.   Town adalah suatu kota kabupaten.
C.      Klasifikasi kota
Kalsifikasi kota antara negara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini sangat dipemgaruhi oleh tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai dan jumlah penduduk negara yang bersangkutan.
Klasifikasi kota adalah penggolongan atau pengelompokkan kota berdasarkan beberapa kriteria tersebut, antara lain sebagai berikut.
Berdasarkan sejarah berdirinya
1.   Kota-kota sebelum masehi, yaitu kota-kota yang didirikan kira-kira 2500 tahun sebelum masehi (SM), misalnya: Athena, Roma, Babilonia, dan sebagainya.
2.   Kota-kota abadi pertengahan, yaitu kota-kota yang dibangun sekitar abad ke-5 hingga abad ke-10 karena pengaruh kegiatan perdagangan yang mulai ramai, misalnya Genoa dan Venice.
3.   Kota-kota lama di Timur Tengah dan Timur jauh, yaitu kota-kota yang berdiri akibat pengaruh perdagangan antara bangsa portugis eropa, seperti Portugis, Spanyol, kawasan Timur Tengah dan Timur jauh, misalnya Baghdad, Damaskus, dan Beijing.
4.   Kota-Kota dunia modern, yaitu kota-kota yang berkembang pesat akibat kemajuan di bidang ekonomi, transportasi, industri, dan lain-lain, misalnya Birmingham, Pittsburg, dan Manchester.
2.       Berdasarkan tingkat perkembangannya.
1.   Tingkat Eopolis, yaitu suatu desa yang berkembang dan telah menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan atau yang berkembang menjadi kota baru.
2.   Tingkat polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki ciri-ciri atau sifat agraris. Sebagai kehidupan ekonominya masih ditopang oleh sektor pertanian. Di Indonesia, sebagaian besar perkotaan masih berada pada sebagian besar perkotaannya masih berada pada tingkat polis.
3.   Tingkat metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri, misalnya Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
4.   Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri dari bebrapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. Dalam beberapa hal, kota pada tingakt megapolis ini telah menunjukan adanya penurunan. Kualitas yang mendekati kemunduran. Contohnya gabungan kota-kota besar di Amerika Serikat dari Boston sampai Washington.
5.   Tingkat Nektropolis, yaitu kota yang berkembang menuju keruntuhan.
3.       Berdasarkan fungsinya
1.   Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh (batubara), Arun dan Bontang (LPG), dan lain-lain. Contoh kota produsen barang setengah jadi dan barang jadi, yaitu kota-kota industri seperti Jakarta, Bandung, Cilegon, Gresik, surabaya, dan lain-lain.
2.   Kota pusat perdagangan, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional, misalnya Jakarta, Singapura, Hongkong, Rotterdam, dan Bremen.
3.   Kota pusat pemerintahan, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kesehatan dan rekreasi, umumnya terletak di daratan tinggi yang sejuk atau di tepi pantai, misalnya Cipanas, Kaliurang, Monoco, Palm Beach, dan Florida.
4.       Berdasarkan jumlah penduduknya
1.   Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–50.000 orang. Umumnya, misalnya Porong, Babat, Kertosono, dan sebagainya.
2.   Kota sedang, yaitu kota yang berpenduduk antara 50.000–100.00050.000–100.000 orang. Misalnya, Lamongan, Ponorogo, Babat, Kertosono, dan sebagainya.
3.   Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000–1000.000 orang. Misalnya, Malang, Kediri, Madiun, dan sebagainya.
4.   Kota Metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk antara 1.000.000–5.000.000 orang. Misalnya, Medan, Bandung, Surabaya, dan sebagainya.
5.   Kota Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 orang. Misalnya Jakarta, Tokyo, New York, dan sebagainya.
D.      Struktur ruang kota
Berdasarkan keadaan keruangan kota dengan lingkungan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.       Inti kota (Core of City)
Inti kota merupakan pusat keadaan ekonomi, politik, keadaan, dan lain-lain. Daerah ini sering di sebut pusat daerah kegiatan (PDK) atau Central Business District (CBD). Daerah ini akan berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan kebutuhan warga. Namun, daerah ini sering pula mengalami perubahan daya tarik akibat perkembangan kota itu sendiri. Wujud dari daerah pusat kegiatan atau inti kota adalah berupa kompleks pertokoan, pemukiman, perkantoran, stasiun, terminal bus dan taksi, pasar, sekolah, termpat hiburan, dan rekreasi.
2.       Selaput inti kota
Selaput inti kota merupakan daerah luar dari inti kota, sebagai akibat dari tidak tertampunganya kegiatan dalam kota. Bila inti kota mengalami perkembangan hingga keluar daerah PDK, daerah di luar PDK ini disebut selapt inti kota (SIK) atau disebut integument. Perkembangan suatu inti kota dapat menimbulkan beberapa pola suatu inti kota dapat menimbulkan beberapa pola unit kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1.    Sentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala pengelompokkan pada suatu titik tempat utama yang akan menjadi PDK atau nukleus utama.
2.    Nukleasi, yaitu nukleus yang fungsinya mirip dengan PDK tetapi ukurannya lebih kecil. Nukleasi dapat diartikan sebagai pembentukan nukleus-nukleus utama yang lain.
3.    Desentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala untuk menjauhi titik utama. Gejala desentralisasi ini dapat menimbulkan nukleus-nukleus baru.
4.    Segregasi, yaitu suatu kompleks (kelompok) perumahan yang terpisah satu sama lain karena terjadi perbedaan sosial, ekomoni, dan kultural. Sebagai contoh kelompok perumahan daerah miskin sering disebut daerah slum atau daerah kumuh.
3.       Kota satelit
Kota satelit merupakan suatu daerah memiliki sifat perkotaan dan daerah ini memberi daya dukung bagi kehidupan kota. Kota satelit terbentuk akibat perkembangan yang terjadi di dalam inti kota. Menurut F.Schnore, kota satelit merupakan pusat-pusat kecil dibidang indutri yang berfungsi sebagai kota produksi.
4.       Suburban
Suburban merupakan suatu daerah disekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah permukiman dan manufaktur (pabrik). Menurut Walter T.Martin, suburban merupakan kelompok mesyarakat yang relatif kecil dan berdiam dekat kota-kota tersebut.

Interpretasi Citra pada Bentang Alam dan Bentang Budaya
Bentang alam dan bentang budaya merupakan objek dari penginderaan jauh. Melalui metode penginderaan jauh, keduanya dapat direkam oleh sensor sehingga menjadi citra. Dengan interpretasi citra, unsur-unsur bentang alam dan bentang budaya dapat dikenali dan hasilnya dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Di bawah ini disajikan contoh pengenalan unsur bentang alam dan bentang budaya dari citra penginderaan jauh yang disarikan oleh Prof. Dr. Sutanto dalam bukunya berjudul Penginderaan Jauh, tahun 1992.
1.
Unsur Bentang Alam

a.
Sungai


Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih, atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan ke arah bawah (muara), gosong sungai meruncing ke arah hulu dan melebar ke arah muara (lihat gambar 4.6 dan 4.7).







b.
Dataran Banjir



Dataran banjir memiliki permukaan yang rata dengan posisi lebih rendah dari daerah sekitar. Kadang-kadang dijumpai tempat-tempat yang tidak rata karena adanya bekas saluran atau adanya oxbow lake (danau tapal kuda). Dataran banjir memiliki rona yang seragam atau kadang-kadang tidak seragam, dan terdapat sungai yang posisinya kadang-kadang agak jauh.







c.
Kipas Aluvial dan Kerucut Aluvial



1)
Kipas aluvial berbentuk kipas dengan permukaan halus. Lereng bawahnya landai (1 – 2 derajat) dengan bagian atas yang curam, rona yang putih sampai kelabu putih dengan bagian bawah lebih gelap karena adanya vegetasi yang padat.









http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_127/images/geo104_21.gif









http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_127/images/geo104_22.gif









Kapal besar dan kecil dapat dikenali dengan mudah, dan dapat dihitung bila perlu. Rumahpun demikian pula halnya. Rumah kecilpun dapat dikenali dan diukur luasnya bila diperlukan. Air Sungai Mahakam yang berona cerah menunjukkan bahwa air itu keruh.



2)
Kerucut aluvial bentuknya seperti kipas aluvial dengan ukuran lebih kecil. Lerengnya curam (bisa mencapai 20 derajat).







d.
Guguk Pasir (Beach Ridge)



Gubuk pasir berbentuk sempit dan memanjang, lurus atau melengkung, igir rendah dengan permukaan air yang datar, sejajar sama lain dan sejajar pantai. Tak terdapat aliran permukaan dan erosi. Pada kawasan terbukti bentuknya sesuai garis tinggi. Daerah ini sering dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau jalan.






e.
Hutan Bakau



Hutan bakau memiliki rona sangat hitam karena daya pantul terhadap cahaya rendah, ketinggian pohon seragam dan tumbuh pada pantai yang becek, tepi sungai atau peralihan air payau.






f.
Hutan Rawa



Hutan rawa memiliki rona dan tekstur tidak seragam. Hal ini disebabkan karena ketinggian pohonnya berbeda. Terletak antara hutan bakau dengan hutan rimba di kawasan pedalaman.






g.
Sagu dan Nipah



1)
Sagu memiliki daun yang membentuk roset (bintang) sedang nipah tidak.



2)
Sagu memiliki rona yang gelap sedang nipah berona cerah dan seragam.



3)
Sagu tumbuh berkelompok sedang nipah tidak.



4)
Tangkai bunga sagu memantulkan cahaya putih yang berasal dari tajuk bunga sedang nipah tidak.






2.
Unsur Bentang Budaya


a.
Jalan Raya dan Jalan Kereta Api



Jalan raya dan jalan kereta api memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relatif lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah. Simpang jalan tegak lurus atau mendekati tegak lurus (lihat gambar 4.8).






b.
Terowongan dan Jembatan



1)
Pada terowongan nampak seperti jalan atau jalan kereta api yang tiba-tiba hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik yang lain.



2)
Pada jembatan nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang menyilang jalan, terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara jembatan dengan sungai. Badan jembatan umumnya lebih sempit dari jalan yang dihubungkannya.







c.
Stasiun Kereta Api, Terminal Bus, dan Bandar Udara



1)
Pada stasiun kereta api terdapat bangunan rumah yang terpisah dari sekitarnya, nampak cabang rel kereta api dan gerbong kereta api. Pada stasiun besar nampak rel yang hilang pada satu sisi rumah dan timbul kembali pada sisi yang lain.



2)
Pada terminal bus nampak kawasan yang datar, teratur dan luas, terdapat bangunan besar dengan deretan bus yang berjajar ke arah samping dan jaraknya rapat.



3)
Pada bandar udara nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. Landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung terminal, tempat parkir pesawat dan kadang-kadang nampak pesawat terbangnya.







d.
Lapangan Sepakbola



Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran teratur (5 : 4), dengan rona cerah dan tekstur yang halus. Pada foto skala 1 : 5.000 nampak gawang di tengah garis belakang.






e.
Rumah Permukiman



1)
Rumah mukim berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, terletak dekat jalan dan ukuran rumah relatif kecil (lihat gambar 4.8 dan 4.9).



2)
Gedung sekolah bentuknya seperti I, L atau U dengan halaman yang teratur dan bersih serta luas.



3)
Rumah sakit merupakan bangunan seragam, besar dan memanjang, pola teratur dengan deretan bangunan yang terpisah satu sama lain yang dihubungkan oleh bangunan penghubung. Memiliki halaman yang luas untuk parkir dan letaknya di tepi jalan.



4)
Pabrik/industri memiliki gedung dengan ukuran besar dan pada umumnya memanjang, beberapa gedung sering bergabung dengan jarak yang dekat (rapat). Terletak di pinggir jalan, terdapat tempat bongkar muat barang, kadang-kadang nampak tangki air/bahan bakar, cerobong asap dan sebagainya (lihat gambar 4.9).



5)
Pasar memiliki bentuk dan ukuran gedung yang teratur dan seragam. Pola teratur dengan jarak rapat, terletak di tepi jalan besar dan nampak konsentrasi kendaraan bermotor dan tidak bermotor.






f.
Tanah Pertanian dan Perkebunan



1)
Sawah berupa petak-petak persegi panjang pada daerah datar, pada daerah miring bentuk petak mengikuti garis tinggi. Sering nampak saluran irigasi. Jika pada sawah tersebut terdapat tanaman padi, memiliki tekstur yang halus dengan rona gelap pada usia muda, abu-abu pada usia 2 bulan dan cerah pada usia tua. Jika ditanami tebu, tekstur lebih kasar dari padi dan tampak jalur lariknya. Tekstur dan rona nampak seragam pada kawasan yang luas.









http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_127/images/geo104_23.gif









http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_127/images/geo104_24.gif








2)
Perkebunan karet memiliki jalur lurus dengan tinggi pohon seragam, jarak tanaman dalam jalur teratur demikian juga jarak antar jalur. Tekstur mirip beledu dengan rona yang gelap. Terletak pada ketinggian 50 - 60 m dari permukaan laut dengan relief miring.



3)
Perkebunan kopi tampak sebagai deretan lurus titik-titik hitam dan latar belakang cerah. Pohon pelindung lebih tinggi dan lebih jarang. Jarak tanaman teratur (3 - 4 m) dan tinggi tanaman 3 - 4 m. Terletak pada kawasan yang miring sampai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut. Tanahnya gembur dan mampu meresap air sampai dalam, dengan curah hujan lebih dari 2000 m setiap tahun.



4)
Perkebunan kelapa memiliki pola yang teratur dengan rona yang cerah dan jarak tanaman sekitar 10 m dengan tinggi pohon mencapai 15 m. Terdapat pada daerah yang mudah meresap air dengan curah hujan yang cukup banyak. Tajuk pohon berbentuk bintang.



5)
Perkebunan kelapa sawit memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk bintang. Teksturnya lebih halus dari pada tanaman kelapa, rona gelap dengan jarak tanaman teratur (6 - 9 m) dan curah hujan 2.000 mm - 4.000 mm per tahun.

Setelah Anda mempelajari kegiatan belajar 4 dan memahaminya, maka Anda dapat mengerjakan tugas/tes mandiri di bawah ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar